Anda di halaman 1dari 93

DIKLAT RENCANA TERPADU PROGRAM DAN

INVESTASI INFRASTRUKTUR KAWASAN


PERKOTAAN
MEDAN, 20-26 MARET 2017

Mata Diklat
Rencana Tata Ruang Sebagai Basis
Penyusunan Rencana Terpadu

Disampaikan Oleh
Ir. Toeti Ariati, MPM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
1
MAKSUD
Meningkatkan pemahaman, kemampuan,
keterampilan, dan sikap SDM dalam
menjabarkan program infrastruktur ke-PU
PeRa-an berbasis rencana pengembangan
wilayah/kawasan, bagi aparat pemerintah
pusat, pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota yang menangani
bidang infrastruktur, dan/atau
pengembangan wilayah

2 2
TUJUAN
untuk meningkatkan kemampuan peserta
dalam menjabarkan program infrastruktur
dan mempraktekkan integrasi program
sektoral berbasis pengembangan wilayah
dan rencana tata ruang dan/atau rencana
rinci tata ruang yang telah disusun.

3 3
SASARAN
aparat pemerintah di bidang penyusunan
program infrastruktur ke-PU PeRa-an baik
di tingkat pusat maupun di tingkat daerah
(provinsi, kabupaten, dan kota)

4 4
LATAR BELAKANG
 Perlunya berbagai upaya yang terintegrasi dalam rangka
menyamakan visi dan misi penyelenggaraan negara.
 Pada bidang pembangunan infrastruktur, diperlukan
integrasi antarsektor dan antarjenjang pemerintahan
(Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota) untuk melayani pengembangan wilayah,
sehingga terwujud struktur dan pola ruang wilayah yang
produktif, aman, nyaman, dan berkelanjutan.
 Untuk itu, diperlukan penajaman prioritas dan
sinkronisasi program pembangunan infrastruktur yang
berbasis rencana tata ruang

5 5
• RPJPN • RTRWN • RTRWPROP/
• VISI PRESIDEN RI • RTRW KAWASAN KAB/KOTA
• RPJMN STRATEGIS

• RPIJM WIL NAS


• RPIJM KAW STRA

• RPIJM JALAN

• RENSTRA INFRSTR PU • RPIJM SUMBER


• UU JALAN • RPJMN INFRSTR PU DAYA AIR
• UU SUMBER DAYA AIR KEBIJAKAN
• UU JASA KONSTRUKSI PEMBANGUNAN: • RPJM KW PERMUKIMAN
• UU LINGKUNGAN • INFRASTRUKTUR PU • RENSTRA PERUMAHAN • RPIJM PAM
• UU PKP • PERUMAHAN DAN DAN KW PERMUKIMAN • RPIJM PLP
• UU RUSUN KWSN PERMUKIMAN • RPJMN PERUMAHAN • RPJM KAW KUMUH
DAN KW PERMUKIMAN • RPJM PERUMAHAN

• RENJA PU-PERA
• RKAKL PU-PERA

POLA PIKIR BIDANG LINGKUNGAN STRATEGIS

PENGEMBANGAN • PASAR BEBAS ASEAN


• CLIMATE CHANGE
• BENCANA ALAM
PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR • KEPENDUDUKAN
• URBANISASI
• KEMISKINAN
INFRASTRUKTUR PU
PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN

WILAYAH
• PELAYANAN INFRTSRK
• KESENJANGAN WILAYAH
• DLL.
6 PEMBINAAN KE DAERAH
OUTLINE
RTR Sebagai Basis Penyusunan Rencana Terpadu
I. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
II. Teori Pengembangan Wilayah
III. Konsep Wilayah Pengembangan Strategis
IV. Keterkaitan RTRW dan Rencana Rinci TR dengan
pengembangan rencana infrastruktur
V. Pemahaman Kawasan Perkotaan
VI. Peran Infrastruktur Dalam Pengembangan Kawasan
Perkotaan

7 7
PENGERTIAN
 Penataan Ruang
adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

 Tata Ruang
Adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
 Kawasan Perkotaan vs Kota ?

 Bentuk Kawasan Perkotaan:


a. kota sebagai daerah otonom;
b. bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan;
c. bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan
langsung dan memiliki ciri perkotaan.
8
I. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH NASIONAL

9
Pembangunan bukan hanya untuk kelompok
tertentu, tetapi untuk seluruh masyarakat di
seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus
dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan
yang ada, baik kesenjangan antarkelompok
pendapatan, maupun kesenjangan antarwilayah,

Buku I, RPJMN, Hal 5-3


10 10
RPJPN
Tahapan Pembangunan

11 11
VISI PEMBANGUNAN 2015 - 2019

TERWUJUDNYA INDONESIA YANG


BERDAULAT, MANDIRI, DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN
GOTONG-ROYONG

Buku I, RPJMN, Hal 5-1


12 12
MISI PEMBANGUNAN
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dgn
mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sbg negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan
demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat
jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yg berkepribadian dlm kebudayaan.
Buku I, RPJMN, Hal 5-1 13 13
TIGA DIMENSI PEMBANGUNAN

• Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.


• Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan
prioritas: kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan
ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata
dan industri.
• Dimensi pemerataan dan kewilayahan

Buku I, RPJMN, Hal 5-2


14 14
ARAH KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN
NASIONAL 2015-2019
1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan
Berkelanjutan.
2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya
Alam (SDA) yang Berkelanjutan
3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk
Pertumbuhan dan Pemerataan
4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana
Alam dan Penanganan Perubahan Iklim
5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh
6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan
Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan
7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah
Buku I, RPJMN, Hal 5-13 15 15
SEMBILAN AGENDA PRIORITAS
Buku I, RPJMN, Hal 5-4

1. Menghadirkan Kembali Negara untuk Melindungi Segenap bangsa dan


Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga Negara
2. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih, Efektif, Demokratis
dan Terpercaya
3. Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat
Daerah-daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan
4. Memperkuat Kehadiran Negara dalam Melakukan Reformasi Sistem
dan Penegakan Hukum yang Bebas, Korupsi, Bermartabat dan
Terpercaya
5. Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia dan Masyarakat Indonesia
6. Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar
Internasional
7. Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dengan Menggerakkan Sektor-
sektor Strategis Ekonomi Domestik
8. Melakukan Revolusi Karakter Bangsa
9. Memperteguh Kebhinekaan dan Memperkuat Restorasi Sosial
Indonesia 16 16
3. MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN
DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN
DESA DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN

a. Peletakan Dasar-dasar Dimulainya Desentralisasi


Asimetris
b. Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah Terutama
KTI.
Keterkaitan antara pusat pertumbuhan wilayah dan
daerah sekitarnya, perlu difasilitasi dengan
infrastruktur wilayah yang terintegrasi dan
terhubung dengan baik dan terpadu
c. Penanggulangan Kemiskinan

17 17
6. MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT
DAN DAYA SAING DI PASAR INTERNASIONAL
a. Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan
Pembangunan
b. Membangun Transportasi Umum Masal Perkotaan
c. Membangun Perumahan dan Kawasan Permukiman
d. Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi dalam Pembiayaan Infrastruktur
e. Penguatan Investasi
f. Mendorong BUMN menjadi Agen Pembangunan
g. Peningkatan Kapasitas Inovasi dan Teknologi
h. Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional
i. Pengembangan Kapasitas Perdagangan Nasional
j. Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja
k. Peningkatan Kualitas Data dan Informasi Statistik dalam Sensus
Ekonomi Tahun 2016

18 18
7. MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI
DENGAN MENGGERAKKAN SEKTOR-
SEKTOR STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK
a. Peningkatan Kedaulatan Pangan
b. Ketahanan Air
c. Kedaulatan Energi
d. Pelestarian SDA, Lingkungan Hidup, dan
Pengelolaan Bencana
e. Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan
f. Penguatan Sektor Keuangan
g. Penguatan Kapasitas Fiskal Negara

19 19
PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
(BUKU III, HAL. 1-34, 35)

Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional


a. Kebijakan terkait pengembangan struktur tata ruang:
 peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan
berhierarki;
 peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan
sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah nasional.

20 20
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRWN……… LANJUTAN
b. Kebijakan terkait pengembangan pola ruang
 pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup
 pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup
 pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan;
 pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan
warisan budaya nasional;
 pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam
perekonomian internasional;
 pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat
perkembangan antarkawasan.
 Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST)
yang sudah disahkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang
bersangkutan.

21 21
AGENDA PEMBANGUNAN BIDANG
PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG
Isu strategis pembangunan perkotaan

• Kesenjangan yang tinggi antarkota dan pusat pertumbuhan antara


Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia
(KTI) serta antara kota-kota di Pulau Jawa-Bali dengan di luar Pulau
Jawa-Bali.
• Masih belum terpenuhinya Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) di
kota dan kawasan perkotaan, sehingga menjadi kurang layak huni.
• Rendahnya daya saing kota serta ketahanan sosial, ekonomi dan
lingkungan kota terhadap perubahan iklim dan bencana.
• Belum optimalnya pengelolaan perkotaan, terutama di kawasan
perkotaan metropolitan dan kawasan perkotaan yang terletak di
kabupaten.

Buku II, hal 8-13 22 22


SASARAN UTAMA PEMBANGUNAN
PERKOTAAN 2015-2019
1. Pembangunan 5 Kawasan Metropolitan baru di luar Pulau Jawa –
Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional, penggerak pertumbuhan
ekonomi bagi wilayah sekitarnya;
2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen
pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah
ada;
3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali
khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus
urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitar dan perwujudan kota
berkelanjutan;
4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di
sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan;
5. Diwujudkan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Buku II, hal 8-47 23 23


ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Pembangunan perkotaan sebagai pusat-pusat
pertumbuhan diarahkan untuk mewujudkan kota-
kota berkelanjutan dan berdaya saing, melalui
pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa,
sekaligus mengembangkan kota layak huni, kota
hijau yang berketahanan iklim dan bencana, serta
kota cerdas, berdasarkan karakter fisik, potensi
ekonomi, dan budaya lokal

Buku II, hal 8-58 24 24


ARAH KEBIJAKAN STRATEGI
PEMBANGUNAN PERKOTAAN TAHUN
2015-2019
1. Penguatan Tata Kelola Pembangunan
Perkotaan
2. Pengembangan Wilayah
• Mengembangkan wilayah perkotaan
metropolitan dan besar
• Mengembangkan wilayah perkotaan Sedang
dan Kecil
• Mengembangkan Kawasan Perkotaan di
Kabupaten
Buku II, hal 8-58 25 25
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN PERKOTAAN TAHUN 2015-
2019
1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN)
2. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan
(SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan
layak huni
3. Perwujudan kota hijau yang berketahanan iklim dan
bencana
4. Pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan
berbasis teknologi dan budaya lokal
5. Peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan
perkotaan

Buku III, hal 1.23-25 26 26


DASAR PERTIMBANGAN

Amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)


pada RPJM ke-3, lebih memantapkan pembangunan
secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing perekonomian
Indonesia yang semakin kuat dan kompetitif.

 penyediaan infrastruktur yang berkualitas perlu


diupayakan peningkatannya. Delivery sytem belum
optimal. Sinergi antar pemerintah perlu diperbaiki

27 27
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN PERLU MEMPERTIMBANGKAN
• Indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi dan
dampak ekonomi;
• Tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan,
partisipasi masyarakat marginal/minoritas (kaum miskin dan
perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat,
serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat;
dan
• Dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta ekosistem
(keanekaragaman hayati).

28 28
• Visi Kementerian PU
“Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Yang Handal Dalam Mendukung Indonesia Yang
Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”

• Dukungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat, melalui pembangunan infrastruktur pekerjaan umum
dan perumahan rakyat yang andal, inklusif dan berkelanjutan.

29 29
MISI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2015-2019
1. Mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air termasuk sumber
daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan
kedaulatan energy, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik dalam rangka kemandirian ekonomi;
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung
konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan
sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global
yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim;
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam
rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan
prinsip ‘infrastruktur untuk semua’;

30 30
MISI KEMENTERIAN ......... LANJUTAN

4. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan


rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industri konstruksi yang
berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di
kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam
kerangka NKRI;
5. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan umum
dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian
dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan pengembangan
untuk mendukung fungsi manajemen meliputi perencanaan yang terpadu,
pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan
yang ketat.

31 31
TUJUAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT
1. Menyelenggarakan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang terpadu dan berkelanjutan didukung industri konstruksi yang
berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di
kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan;
2. Menyelenggarakan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan
energi, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam
rangka kemandirian ekonomi;
3. Menyelenggaraan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat untuk konektivitas nasional guna meningkatkan produktivitas, efisiensi,
dan pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di
lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan
maritim;
32 32
TUJUAN KEMENTERIAN......... LANJUTAN

4. Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan


perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar
yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia
sejalan dengan prinsip “infrastruktur untuk semua”;
5. Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber
daya manusia, pengendalian dan pengawasan, kesekertariatan
serta penelitian dan pengembangan untuk mendukung
penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat yang efektif, efiesien, transparan dan akuntabel.

33 33
II. TEORI PENGEMBANGAN WILAYAH

34
PENGERTIAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Pengembangan wilayah (Regional Development) adalah upaya Untuk
memacu perkembangan sosial ekonomi,mengurangi kesenjangan
wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup

https://www.google.co.id/=arti+pengembangan+wilayah

Pengembangan wilayah merupakan upaya pembangunan yang


dilakukan terus menerus dengan memanfaatkan sumberdaya alam, dan
sumberdaya manusia dalam suatu wilayah agar tercapai kualitas
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidupnya
(SubDit Kebijakan Penataan Ruang Nasional dan Pulau, DitJen Penataan Ruang-PU, 2010 )

35 35
PENGEMBANGAN WILAYAH DIFAHAMI
SEBAGAI
Rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam
penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan
menyeimbangkan pembangunan di seluruh wilayah di
Indonesia, meningkatkan keserasian antarkawasan,
keterpaduan antarsektor pembangunan melalui proses
penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan yang berkelanjutan.

36 36
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH DI
INDONESIA
Lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar
pemahaman teoritis:
 teori faktor pembentuk ruang dari Walter Issard, pelopor Ilmu Wilayah
yang mengkaji terjadinya hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor
utama pembentuk ruang wilayah (faktor fisik, sosial-ekonomi, dan
budaya)
 teori Trickle Down Effect dan Polarization Effect dari Hirschman,
perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan
 teori Backwash and Spread Effect dari Myrdal, menjelaskan hubungan
antara wilayah maju dan wilayah belakangnya. Menggunakan istilah
backwash dan spread effect 37 37
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH DI INDONESIA ……
LANJUTAN

 teori Growth Pole dari Friedman: menekankan pada pembentukan hirarki


guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan. Dikenal
dengan teori pusat pertumbuhan
 teori Urban and Rural Linkages dari Douglas: memperkenalkan lahirnya
model keterkaitan desa – kota dalam pengembangan wilayah
 teori pembangunan infrastruktur dari Sutami untuk mendukung
pemanfaatan potensi sumberdaya alam akan mampu mempercepat
pengembangan wilayah.
 teori Orde Kota dari Poernomosidhi: lahirnya konsep hirarki kota-kota dan
hirarki prasarana jalan melalui Orde Kota
dengan pengalaman praktis dan penerapannya yang dinamis.

38 38
Era 90-an, konsep pengembangan wilayah diarahkan untuk
mengatasi kesenjangan wilayah (KTI dan KBI), antar
kawasan dalam wilayah pulau, maupun antara kawasan
perkotaan dan perdesaan.

mengarahkan konsep pengembangan wilayah sebagai alat


untuk mewujudkan integrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

39 39
 Bagaimana suatu wilayah berkembang
• Memiliki potensi dan akses
 Mengapa 1 wilayah berkembang lebih cepat dari wilayah
lainnya?
• Kondisi wilayah yang berbeda-beda (alasan ekonomi)
• Potensi setiap daerah yang berbeda-beda, seperti potensi
SDA

40 40
TUJUAN

• Pendayagunaan SDA secara optimal melalui pengembangan


ekonomi lokal
• Mengurangi kesenjangan antarwilayah (regional imbalances)
• Prinsip Sustainable development
• Mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi
• Mengembangkan daerah-daerah tertinggal sesuai dengan
potensinya
• Merangsang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
infrastruktur
41 41
• Pengembangan wilayah sangat memperhatikan
keterpaduan kegiatan
• Pendekatan backward dan forward linkages menjadi
pertimbangan

42 42
PENGERTIAN
• Backward and forward linkage merupakan salah satu pendekatan
yang digunakan dalam konsep Kebijakan Pertumbuhan Tidak
Imbang yang mengakui adanya komplementaritas antar sektor.

• Pengertian menurut Hirschman (1958)


• Forward linkage mendorong keputusan investasi pada suatu
sektor yang memungkinkan peningkatan output sektor tersebut
untuk meningkatkan permintaan sektor produksi lain yang
memanfaatkannya sebagai input.
• Backward linkage mendorong keputusan investasi pada suatu
sektor yang dapat meningkatkan pemakaian input suatu sektor
lain. 43 43
PENERAPAN
• Pengembangan backward and forward linkage program atau
dikenal pula dengan program pengembangan sektor hulu dan hilir
dapat diterapkan sebagai pendekatan dalam pengambilan
keputusan untuk melakukan investasi dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan sektor yang memiliki kaitan paling erat
(panjang) dengan sektor-sektor lainnya, baik forward linkage
maupun backward linkage.

• Backward and forward linkage program ini dapat diterapkan


sebagai salah satu pendekatan pada tahapan sinkronisasi dalam
proses penyusunan indikasi program pemanfaatan ruang.

44 44
III. KONSEP WILAYAH PENGEMBANGAN
STRATEGIS

45
Prinsip Pengembangan Wilayah

• Competitive (not only job creation) : mendorong pertumbuhan wilayah yang


kompetitif baik secara nasional terutama global dengan memacu peningkatan
produksi kawasan dan peningkatan nilai tambah hasil produksinya.
• Cluster base : memfokuskan pembangunan pada kluster-kluster potensial dan
strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga dapat menarik
perkembangan kawasan disekitarnya.
• Build on existing and potential strength (bukan hanya reducing weakness) :
pembangunan berbasis kekayaan alam yang dimiliki dengan memperkaya rantai
produksi untuk menaikan nilai tambah.
• Membangun overall strategy (bukan hanya daftar aksi) : membangun secara
menyeluruh diseluruh aspek, meliputi : sosial, ekonomi, dan lingkungan.
• Prioritas : memberikan prioritas dan tahapan penanganan berdasarkan kapasitas
yg tersedia untuk efektifitas dan efisiensi pembangunan.
• Data driven-fact base : Perencanaan, pemrograman, dan perancangan
berdasarkan data dan fakta yang benar, terkini, dan akurat.
• Konsisten : pengembangan dilakukan secara konsisten dan menerus sesuai
perencanaan.
• Visi, strategy, plan, implementation : Visi, Strategi, dan implementasi yang
berkesinambungan, terstruktur, dan sistematik, serta masif.
• Entrepreunership : Menciptakan peluang kewirausahaan sektor formal dan
informal dengan mendorong tumbuhnya inovasi dan kreatifitas. 46
46
ESENSI Dasar Pertimbangan:
WPS (Wilayah Pengembangan Strategis)
1. Percepatan Pembangunan Infrastruktur
2. Efisiensi dan efektivitas (Pareto)
KAWASAN PERKOTAAN
3. Daya Dukung dan daya tampung
4. Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
Strategi:
KAWASAN 1. Memadukan antara pengembangan
INDUSTRI wilayah dengan market driven
KAWASAN PERDESAAN

ARUS 2. Keterpaduan perencanaan : antar sektor,


PERDAGANGAN
EKSPOR &
antar wiliayah, & antar pemangku
DRY
PORT
ANTARWILAYAH
HUB kepentingan.
3. Sinkronisasi program : fungsi,lokasi, waktu
dan dana.
Mewujudkan:
KAWASAN 1. Konektivitas
INDUSTRI
2. Aksesibilitas antar kawasan pertumbuhan
KAWASAN dengan hinterland
PERKOTAAN
3. Pertumbuhan ekonomi wilayah (WPS) &
KAWASAN ketahanan pangan
PARIWISATA
ARUS PERDAGANGAN
4. Peningkatan kwalitas hidup
HUB
EKSPOR & ANTARWILAYAH
5. Keseimbangan antar Kawasan. 47 47
Kota Medan: PKN, KSN Mebidangro
Luas: 265,1 km2; IPM: 76,99 (2012);
2. WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu
Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru
1 Profil
Penduduk: 2.122.804 jiwa (2012);
PDRB Perkapita: Rp 17,22 juta (2011)
KI Medan: Pelabuhan Belawan Kota Tebing Tinggi: PKW; IPM: 76,1(2012) ;
Industri Aneka Industri Kelas: Pelabuhan Utama/Internasional Luas: 38,438 km2; Penduduk: 145.248 jiwa (2010); PDRB
Kota Binjai: PKN, KSN Mebidangro
Kapasitas: 1,2 juta TEUs (2013) Perkapita: Rp 8,1 juta (2011)
Luas: 90,45 km2; IPM: 76,09 (2012);
Penduduk: 252.652 jiwa (2009); IKK Bagansiapiapi: PKW
PDRB Perkapita: Rp 7,73 juta (2011) Kota Tanjung Balai: PKL/PKWp; IPM: 73,64 (2012); Luas: 940,56 km2
Luas: 60,52 km2; Penduduk: 154.445 jiwa (2010); Penduduk: 93.065 jiwa (2010)
KI Medan Star Industrial Park: PDRB Perkapita: Rp 9,09 juta (2011)
Industri: Aneka Industri KSPN Tangkahan dsk
Pelabuhan Dumai
T IKK Kisaran: PKW Kelas: Pelabuhan Utama/Internasional
Bandara Kualanamu K
Luas: 71,88 km2 Luas 7.400,5 Ha
Kelas: Bandar Udara Internasional G. Sinabung
2.451 m dpl
S Penduduk: 131.056 jiwa (2010)
Kapasitas: 8 jt penumpang/thn Kota Baru Sei Mankei
Kota Dumai: PKN, PKSN; IPM: 77,33;
Bandara Pinang Kampai Luas: 1.772,38 km2; Penduduk: 253.803 jiwa
IKK Kabanjahe: PKN, KSN Medan
Kelas: Domestik (2010); PDRB Perkapita: Rp 8,22 juta (2011)
Luas: 44,65 km2
Penduduk: 63.918 jiwa (2012) Kapasitas:
KSPN Rupat dsk
Daya Tarik: Bentang Alam
IKK Sidikalang: PKW
Luas: 110,15 km2 Pelabuhan Sungai Pakning: Pelabuhan
Penduduk: 48.894 jiwa (2010) Pengumpul/Nasional
Luas 66 km2
KSPN Prioritas Toba dsk G. Sihabuhabu
Daya Tarik: Bentang Alam, Adat 2.300 m dpl
IKK Bengkalis: PKW
K
Luas: 513 km2
IKK Lubuk Pakam: PKN, KSN Medan
Penduduk: 72.961 jiwa
Luas: 31,19 km2
Penduduk: 80.847 jiwa (2011)

IKK Balige: PKW


Luas: 91,05 km2 K Simpul Karet IKK Rantau Prapat: PKW S S
Penduduk: 43.334 jiwa S Simpul Sawit Luas: … km2
T Simpul Tembakau Penduduk: … jiwa (2010)
Kota Pematangsiantar: PKW
Luas: 79,97 km2, IPM: 77,18; Bandara Sultan Syarif Kasim II
Penduduk: 234.885 jiwa (2010); Kelas: Bandar Udara Int’l
PDRB Perkapita: Rp 8,71 juta (2011) K
Kapasitas: 4 jt penumpang/thn
K
Waduk Sigura-Gura Kota Pekanbaru: PKN
Volume: 6.140.000 m3, Luas: 632,26 km2; IPM: 77,86; Waduk Koto Panjang Pelabuhan Perawang IKK Siak Sri Indrapura: PKW
Pembangkit Listrik: 206 MW Penduduk: 950.571 jiwa (2013); Volume: 1.545.000 m3 Kelas: Pelabuhan Pengumpul Luas: … km2
PDRB Perkapita: Rp 10,078 juta (2011) Pembangkit Listrik: 114 MW Luas 60 Ha Penduduk: … jiwa
4. WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang
Kota Sibolga: PKW
Luas: 10,77 km2
Penduduk: 85.981 jiwa
1
Sibolga-Padang-Bengkulu
1 Profil
PDRB perkapita: 24.775.000 (2013)
IPM: 76.19 (2013)
G. Tampulonanjing
Bandar Udara
2.009 m dpl Dr. Ferdinand Lumban Tobing
Pelabuhan Sibolga
Kelas: Pelabuhan Pengumpul (PP)
Bandar Udara Aek Godang
Kota Padang Sidempuan: PKW
Luas: 114,65 Km2,
G. Sipoimoin KSPN Bukit Tinggi dsk
Penduduk: 204.615 jiwa 2.199 m dpl
Daya Tarik: Bentang Alam, Budaya
PDRB perkapita: 14.110.000 (2013)
IPM: 76.31 (2013)
G. Talakmali
KSPN Singkarak dsk
2.912 m dpl Daya Tarik: Bentang Alam
Mandaiing Natal
Luas: 6.620,70 km2 Kota Pariaman
G. Marapi
Penduduk: 403.894 jiwa 2.891 m dpl Luas: 73.36 km2
PDRB perkapita: 13.220.000 (2013) Penduduk: 97.901 jiwa
IPM: 71.72 (2013) PDRB per kapita: 28.361.000 (2013)
IPM: 75.46 (2013)

Kota Bukittinggi: PKW Kota Padang


G. Pantai Cermin
Luas: 25,24 Km2 2.690 m dpl Luas: 694,96 km²
Penduduk: 118.260 jiwa Penduduk: 889 561 jiwa
PDRB perkapita: 26.326.000 (2013) PDRB per kapita: 40.905.000 (2013)
IPM: 79.29 (2013) IPM: 78.82 (2013)

Sungai Penuh
Pelabuhan Teluk Bayur Luas: 391,50 km2
Kelas: Pelabuhan Utama (PU) Penduduk: 82 293 jiwa
G. Seblat
2.383 m dpl
PDRB per kapita: 27.056.000 (2013)
IPM: 78.11 (2013)
Bandar Udara Mukomuko G. Talangbaru
2.467 m dpl

Bandar Udara Fatmawati Soekarno


Kota Bengkulu: PKN
Pelabuhan Pulau Baai Luas: 19,919 km2
Kelas: Pelabuhan pengumpul (PP) Penduduk: 351,3 jiwa (2015)
PDRB per kapita: 20.612.000 (2013)
IPM: 78.77 (2013)
IV. KETERKAITAN RTRW DAN RENCANA
RINCI TATA RUANG DENGAN
PENGEMBANGAN RENCANA
INFRASTRUKTUR

50
KEDUDUKAN RTRW DALAM SPPN
Skala / Jangka Waktu
Rencana Umum Rencana Rinci
Pemberlakuan
pedoman
RPJP Nasional RTRW Nasional RTRW Nasional
RTR Pulau Skala 1 : 1.000.000
Jangka Waktu 20 tahun
acuan

RTR Kawasan Strategis Nasional


RPJM Nasional
diperhatikan

pedoman RTRW
RTRW RTRW Provinsi
RPJP Propinsi
Provinsi
Provinsi Skala 1 : 250.000
Jangka Waktu 20 tahun
RTR Kawasan Strategis Provinsi

RPJM Propinsi
acuan

RTRW Kabupaten
RDTR Kabupaten
RTRW Skala 1 : 100.000
Kabupaten RTR Kawasan Strategis Jangka Waktu 20 tahun
Kabupaten
diperhatikan

RTRW Kota
RPJP pedoman Skala 1 : 25.000 (Jawa-Bali)
Kabupaten/Kota Skala 1:50.000 (luar Jawa-Bali)
Jangka Waktu 20 tahun

RDTR
Skala 1 : 5.000
RDTR Kota
RPJM Jangka Waktu 20 tahun
Kabupaten/Kota
RTRW Kota
RTR Kawasan Strategis Kota

51 51
RTRWN
Keterkaitan dan Keterpaduan
Rencana Tata Ruang

RTRW KAB.

RTRWP
RDTR

RTRW KOTA

Secara komplementer dan berjenjang, sistem NASIONAL yang termuat dalam RTRWN serta
rencana rincinya (RTR Pulau/Kepulauan dan RTR Kawasan Strategis Nasional) harus
tercantum dalam Rencana Tata Ruang lainnya yang ada di bawahnya, yaitu RTRWP, RTRW
52
Kabupaten dan RTRW Kota hingga ke RDTR.
MUATAN RTRWN (PP NO. 26 TAHUN 2008)
1. KETENTUAN UMUM
2. TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH
NASIONAL
3. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH NASIONAL
A. Sistem Perkotaan Nasional
B. Sistem Jaringan Transportasi nasional
C. Sistem Jaringan Energi Nasional
D. Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional
E. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
4. RENCANA POLA RUANG WILAYAH NASIONAL, MELIPUTI:
A. Kawasan Lindung Nasional: Jenis dan sebaran, kriteria.
B. Kawasan Budi Daya yang memiliki Nilai Strategis Nasional
5. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
6. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH NASIONAL
7. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH NASIONAL
8. KETENTUAN LAIN-LAIN
9. KETENTUAN PERALIHAN
10. KETENTUAN PENUTUP
53 53
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH NASIONAL

• STRUKTUR RUANG adalah susunan pusat-pusat


permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
hubungan fungsional.

• Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:


1. Sistem PERKOTAAN Nasional
2. Sistem Jaringan TRANSPORTASI Nasional
3. Sistem Jaringan ENERGI Nasional
4. Sistem Jaringan TELEKOMUNIKASI Nasional
5. Sistem Jaringan SUMBER DAYA AIR
54 54
RENCANA SISTEM PERKOTAAN NASIONAL
Pulau PKN PKW PKSN
Sumatera 9 56 4
Jawa-Bali 11 38 0
Nusa Tenggara 2 10 3
Kalimantan 5 28 10
Sulawesi 5 24 2
Maluku 2 11 4
Papua 3 11 3
Total 37 178 26

Keterangan :
PKN
PKW
PKSN/KOTA PERBATASAN (Catatan: PKL ditetapkan dalam RTRWP)

“ Strategi pemerataan pengembangan kawasan P.Sumatera-Jawa-Bali dan Kalimantan-Sulawesi-


Nusa Tenggara-Maluku-Papua melalui penyebaran pusat-pusat kegiatan nasional (20:17) dan
55
wilayah (94:84) serta pengembangan kawasan perbatasan (4:22)” Perlu dukungan infrastruktur
SISTEM PERKOTAAN NASIONAL

• Sistem perkotaan nasional yang diatur pada PP No. 26


tahun 2008 tentang RTRWN terdiri atas PKN, PKW,
dan PKSN. PKL diatur dalam RTRW Provinsi
• Dimana PKN, PKW, dan PKL ini dapat berupa kawasan
megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan
perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau
kawasan perkotaan kecil.

56 56
Rencana Sistem Jaringan Jalan

Jaringan Jalan Arteri Primer

Jaringan Jalan Kolektor Primer

“ Pengembangan jaringan jalan nasional diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas antar kawasan
57
dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan menjaga keutuhan NKRI ”
SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI NASIONAL

 Sistem jaringan transportasi nasional (ps 17)terdiri


atas:
• sistem jaringan transportasi darat;
• sistem jaringan transportasi laut; dan
• sistem jaringan transportasi udara.
 Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan
jalan nasional, jaringan jalur kereta api, dan jaringan
transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.

58 58
JARINGAN JALAN NASIONAL

• Jaringan jalan nasional terdiri atas jaringan jalan arteri primer,


jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan strategis nasional, dan
jalan tol.
• Jaringan jalan arteri primer dikembangkan secara menerus dan
berhierarki berdasarkan kesatuan sistem orientasi
• Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk
menghubungkan antar-PKW dan antara PKW dan PKL.
• Jaringan jalan strategis nasional dikembangkan untuk
menghubungkan:
o antar-PKSN dalam satu kawasan perbatasan negara;
o antara PKSN dan pusat kegiatan lainnya; dan
o PKN dan/atau PKW dengan kawasan strategis nasional.
• Jalan tol dikembangkan untuk mempercepat perwujudan jaringan
jalan bebas hambatan sebagai bagian dari jaringan jalan nasional.
59 59
RENCANA JARINGAN JALAN BEBAS HAMBATAN
Pulau Provinsi
Sumatera Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Sumatera Selatan ,Lampung
Jawa-Bali Seluruh provinsi
Kalimantan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan
Sulawesi Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan

PKN

“ Sesuai kerangka kebijakan pembangunan nasional, untuk mengantisipasi kebutuhan aktifitas


transportasi jalan bebas hambatan, khususnya di sebagian Lintas Timur Sumatera dan Pantura
60
Jawa”
Rencana Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air

“Pengembangan jaringan sumber daya air diarahkan dalam rangka meningkatkan ketahanan
pangan nasional serta memenuhi kebutuhan air baku dan bersih pada kawasan perkotaan (PKN dan
61
PKW)“ 61
SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
 merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.
 Wilayah sungai meliputi wilayah sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan
wilayah sungai strategis nasional.
 Cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah lintas negara dan lintas provinsi.
 Arahan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi,
dan wilayah sungai strategis nasional memperhatikan pola pengelolaan sumber daya air.
 Pola pengelolaan sumber daya air ditetapkan dengan peraturan menteri yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang sumber daya air.
 Wilayah sungai dan cekungan air tanah lintas negara ditetapkan dengan kriteria melayani
kawasan perbatasan negara atau melintasi batas negara.
 Wilayah sungai dan cekungan air tanah lintas provinsi ditetapkan dengan kriteria melintasi dua
atau lebih provinsi.
 Wilayah sungai strategis nasional ditetapkan dengan kriteria:
• melayani kawasan strategis nasional, PKN, atau kawasan andalan;
• melayani paling sedikit 1 (satu) daerah irigasi yang luasnya lebih besar atau sama dengan
10.000 (sepuluh ribu) hektar; dan/atau
• memiliki dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi yang
mengakibatkan tingkat kerugian ekonomi paling sedikit 1% (satu persen) dari produk
domestik regional bruto (PDRB) provinsi.
62 62
SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
Wilayah sungai
 Wilayah Sungai Lintas Provinsi ditetapkan dengan kriteria melintasi dua atau lebih
provinsi.
 Wilayah Sungai Lintas Negara ditetapkan dengan kriteria melayani kawasan perbatasan
negara atau melintasi batas negara
 Wilayah Sungai Strategis Nasional ditetapkan dengan kriteria melayani
• melayani kawasan strategis nasional, PKN, atau kawasan andalan;
• melayani paling sedikit 1 (satu) daerah irigasi yang luasnya lebih besar atau sama
dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektar; dan/atau
• memiliki dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi yang
mengakibatkan tingkat kerugian ekonomi paling sedikit 1% (satu persen) dari produk
domestik regional bruto (PDRB) provinsi
Cekungan air tanah
 Cekungan Air Tanah Lintas Provinsi ditetapkan dengan kriteria melintasi dua atau lebih
provinsi.
 Cekungan Air Tanah Lintas Negara ditetapkan dengan kriteria melayani kawasan
perbatasan negara atau melintasi batas negara

63 63
MUATAN RTRW
1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan
Ruang Wilayah
2. Rencana Struktur Ruang Wilayah
3. Rencana Pola Ruang Wilayah
4. Penetapan Kawasan Strategis Wilayah
5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah
6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Wilayah

64 64
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Rencana struktur ruang wilayah merupakan


rencana kerangka tata ruang wilayah yang
dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan
(sistem perkotaan) yang berhirarki satu sama
lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah terutama jaringan
transportasi.

65 65
V. PEMAHAMAN KAWASAN
PERKOTAAN

66
PENGERTIAN
 Apa yang dimaksud kawasan perkotaan?
 Bagaimana menilai kawasan perkotaan?

67 67
Kawasan perkotaan merupakan kawasan
strategis, yang dapat berupa kawasan strategis
nasional, kawasan strategis provinsi, atau
kawasan strategis kabupaten
PP No. 15/2010, Pasal 63

68 68
FUNGSI:
1. mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai
strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kawasan;
2. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup dalam kawasan yang
dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap
kawasan yang bersangkutan maupun wilayah
pengaruhnya;
3. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi
program utama kawasan; dan
4. sebagai dasar penyusunan rencana rinci yang
diperlukan/diamanatkan. 69 69
DITETAPKAN BERDASARKAN:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah
yang diatasnya;
2. nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan;
3. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan
yang ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai
ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pada kawasan
yang akan ditetapkan;
4. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
kawasan; dan
5. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

70 70
PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN (UU N0.26-2007)
Ps 1 angka 25 Ps 1 angka 26
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan
perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah
dan kegiatan ekonomi. penduduk secara keseluruhan paling sedikit 1.000.000
(satu juta) jiwa.

Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Ps 41 ayat 1 Ps 42 ayat 1 RTR kawasan perkotaan yg merupakan
diselenggarakan pada: bagian wilayah kabupaten adalah rencana
 Kawasan perkotaan yg merupakan bagian rinci tata ruang wilayah kabupaten
wilayah kabupaten, atau
 Kawasan yg secara fungsional berciri perkotaan Ps 43 ayat 1 RTR kawasan perkotaan yg mencakup 2
yg mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada
kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah satu atau lebih wilayah provinsi merupakan
provinsi alat koord dalam pelaks. pembangunan yg
bersifat lintas wilayah
Ps 44 ayat 1
Menurut besarannya dapat berbentuk: Ps 41 ayat 2 RTR kawasan metropolitan merupakan alat
 Kawasan perkotaan kecil koord. pelaksanaan pemb. lintas wilayah
 Kawasan perkotaan sedang
 Kawasan perkotaan besar Ps 47 ayat 1
Penataan ruang kawasan perkotaan yg
 Kawasan metropolitan, dan mencakup > 2 (dua) wilayah kabupaten/kota
 Kawasan megapolitan dilaksanakan melalui kerjasama antardaerah
71
PENGERTIAN
• Kawasan perkotaan diartikan sebagai wilayah yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

• Pengembangan kawasan perkotaan merupakan bagian


dari pengembangan wilayah

72 72
BENTUK KAWASAN PERKOTAAN
• Kota sebagai daerah otonom; dikelola oleh pemerintah kota
• Bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan;
dikelola oleh daerah atau lembaga pengelola yang dibentuk
dan bertanggungjawab kepada pemerintah kabupaten
• Bagian dari dua atau lebih yang berbatasan langsung dan
memiliki ciri perkotaan; dikelola bersama oleh daerah
terkait dalam hal penataan ruang dan penyediaan fasilitas
umum tertentu.

Sumber: PP Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan


Perkotaan

73 73
Suatu kawasan perkotaan dapat berupa kawasan
perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan
perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di
sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
fungsional yang dihubungkan dengan sistem
jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi

74 74
JENIS KAWASAN PERKOTAAN
 Kawasan perkotaan kecil
• Jumlah penduduk secara keseluruhan antara 10.000 – 100.000
jiwa
 Kawasan perkotaan sedang
• Jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya
100.001 – 500.000 jiwa
 Kawasan perkotaan besar
• Jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya
500.001 – 1.000.000 jiwa
 Kawasan perkotaan metropolitan
• Jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya
1.000.000 (satu juta) jiwa
 Kawasan perkotaan megapolitan
• Merupakan kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih
kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan
membentuk sebuah sistem.
75 75
MENGUKUR KINERJA KOTA
 City Development Index.
Indikator: infrastructure, waste, health, education and
city product.

 The Human Development Index (HDI). Indikator: Life


Expectancy, literacy, education, standard of living, dan
quality of life

 Indikator Pembangunan Berkelanjutan

76 76
TUJUAN PENGEMBANGAN KAWASAN
PERKOTAAN
Perlu dilakukan untuk :
 meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan
dengan memperhatikan keunggulan komparatif di
suatu kawasan perkotaan
 mengurangi kesenjangan pembangunan dengan
mengurangi kawasan-kawasan yang miskin, kumuh,
dan tertinggal.

77 77
STRUKTUR RUANG
PERKOTAAN
KOTA BESAR/
METROPOLITAN/MEGAPOLITAN KONSEP KAWASAN
METROPOLITAN
UNIVERSITAS

TK

TAMAN
KECAMATAN

TAMAN KECAMATAN
KIOS RUMAH

SD
TAMAN
KELURAHAN
Pertokoan

KELURAHAN
78 78
FUNGSI RENCANA KAWASAN PERKOTAAN
METROPOLITAN

• Menciptakan keserasian pembangunan kota inti


dengan Kawasan Perkotaan sekitar di dalam
wilayah pengaruhnya sebagai satu kesatuan
pengembangan Kawasan Perkotaan;
• Menjaga konsistensi perkembangan
pembangunan suatu kota dengan strategi
perkotaan nasional dalam jangka panjang;
• Menjaga keserasian perkembangan kota dengan
wilayah pengembangannya.

79 79
MUATAN RTR KAWASAN PERKOTAAN

 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan


Perkotaan
 Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan:
• Rencana Sistem Pusat Permukiman
• Rencana Sistem Jaringan Prasarana
 Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan
 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan
 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan
Perkotaan
 Pengelolaan Kawasan Perkotaan
 Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang Kawasan
Perkotaan
80 80
VI. PERAN INFRASTRUKTUR DALAM
PENGEMBANGAN KAWASAN
PERKOTAAN

81
AMAN NYAMAN
Peran Infrastruktur

PRODUKTIF BERKELANJUTAN

82 82
YANG TERMASUK INFRASTRUKTUR ANTARA
LAIN :
• Public Utilities: energi, telekomunikasi, pipa pensuplai
air, sanitasi dan saluran air (selokan), pembuang
limbah / kotoran dan pipa gas;
• Public Work: jalan, dam, kanal, irigasi, drainase, serta
transportasi.

Sumber: World Development Report, World Bank (1994:2),

83 83
HASIL PENELITIAN
• Easterly dan Rebelo (1993) menemukan pengaruh
positif investasi di bidang transportasi dan komunikasi
terhadap pertumbuhan ekonomi.
• Canning, Fay, dan Perotti (1994) menemukan pengaruh
positif dari jumlah panjang jalan dan kapasitas listrik
terhadap pertumbuhan secara berkelanjutan.
• Jayme et al, (2009) menyatakan bahwa pengeluaran di
bidang infrastruktur berpengaruh secara positif
terhadap kinerja makro ekonomi suatu negara.
Peningkatan investasi

84 84
PRINSIP-PRINSIP
Kewilayahan;
• Pendekatan yang tidak sektoral tetapi objeknya adalah entitas wilayah/kawasan strategis
yang akan didorong dan mendorong terciptanya stuktur ruang yang efektif dan efisien.

Keterpaduan;
• Integrasi dalam perencanaan dan sinkronisasi dalam pemrograman pembangunan yang
saling terkait untuk mengisi kekurangan dan kebutuhan masing-masing.

Keberlanjutan;
• Pendekatan dalam pemrograman investasi infrastruktur jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang dengan memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan
hidup.

Koordinasi;
• Pendekatan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur yang melibatkan seluruh
pemangku kepentingan, baik Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat/dunia
usaha, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Optimalisasi sumberdaya;
• Pendekatan dalam pemanfaatan sumberdaya yang sesuai dengan kewenangan dan kapasitas
pendanaan untuk tujuan pengembangan kawasan/wilayah melalui pembangunan
infrastruktur.
85 85
PENYELENGGARAAN JALAN
• menghubungkan pusat- pusat produksi dengan daerah pemasaran.
• dalam rangka memperkokoh kesatuan wilayah nasional sehingga menjangkau daerah
terpencil.
• diarahkan untuk mewujudkan perikehidupan rakyat yang serasi dengan tingkat
kemajuan yang sama, merata, dan seimbang dan daya guna dan hasil guna upaya
pertahanan keamanan negara.
• dapat digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional, dengan mengusahakan agar biaya umum perjalanan
menjadi serendah-rendahnya.
• mendorong ke arah terwujudnya keseimbangan antardaerah, dalam hal
pertumbuhannya mempertimbangkan satuan wilayah pengembangan dan orientasi
geografis pemasaran sesuai dengan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional
yang dituju.
• wajib mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah yang sudah berkembang agar
pertumbuhannya tidak terhambat oleh kurang memadainya prasarana transportasi
jalan, yang disusun dengan mempertimbangkan pelayanan kegiatan perkotaan.
PP No. 34 tahun 2006 tentang Jalan
86 86
Peran Infrastruktur:
• Mendorong pertumbuhan ekonomi
• Peningkatan kualitas hidup masyarakat
• Mendorong produktivitas penduduk

Dasar pertimbangan penyediaan infrastruktur:


• Besar kecilnya kota
• Struktur ruang
• Daya dukung dan
• Ketersediaan lahan

87 87
88
89
UU 26/2007 : RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Ps. 19-20

 WANUS & HANAS


Peraturan Pemerintah
 perkembangan permasalahan regional & global, serta hasil pengkajian
Ps. 20 ayat (6)
implikasi penataan ruang nasional
 upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan serta stabilitas ekonomi;
diatur dengan
 keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah
 daya dukung & daya tampung lingkungan hidup
Ps.19  RPJPN
 RTR kawasan strategis nasional
RTRWN  RTRWP dan RTRWK

Ps. 20 ayat (1)


 tujuan, kebijakan, & strategi penataan
ruang wilayah nasional
jangka waktu
 rencana struktur ruang wilayah nasional
yg meliputi sistem perkotaan nasional
20 tahun  penyusunan RPJPN yang terkait dengan kawasan perdesaan
Ps. 20 ayat (3)  penyusunan RPJPMN dalam wilayah pelayanannya & sistem
Ps. 20 ayat (2)
 pemanfaatan ruang & jaringan prasarana utama
ditinjau kembali 1 kali pengendalian pemanfaatan  rencana pola ruang wilayah nasional yang
dalam 5 tahun ruang di wilayah nasional meliputi kawasan lindung nasional &
Ps. 20 ayat (4)  mewujudkan keterpaduan, kawasan budi daya yang memiliki nilai
keterkaitan, & keseimbangan strategis nasional
ditinjau kembali lebih dari 1 kali perkembangan antarwilayah  penetapan kawasan strategis nasional
dalam 5 tahun, dalam hal: provinsi, serta keserasian  arahan pemanfaatan ruang yang berisi
 perubahan kondisi lingkungan antarsektor indikasi program utama jangka menengah
strategis tertentu yang  penetapan lokasi dan fungsi lima tahunan
berkaitan dengan bencana ruang untuk investasi  arahan pengendalian pemanfaatan ruang
alam skala besar; dan/atau  penataan ruang kawasan wilayah nasional yang berisi indikasi
 perubahan batas teritorial strategis nasional arahan peraturan zonasi sistem nasional,
negara  penataan ruang wilayah arahan perizinan, arahan insentif dan
Ps. 20 ayat (5)
provinsi dan kabupaten/kota disinsentif, serta arahan sanksi.
UU 26/2007 : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI Ps. 22-23

 perkembangan permasalahan nasional & hasil pengkajian


Peraturan Daerah Provinsi  RTRWN
implikasi penataan ruang provinsi
Ps. 23 ayat (6)  pedoman bidang
 upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan
penataan ruang
ekonomi provinsi
ditetapkan  RPJPD
Ps. 22 ayat (1)  keselarasan aspirasi pembangunan provinsi &
dengan
pembangunan kabupaten/kota
disusun dengan
Ps. 22 ayat (2)  daya dukung & daya tampung lingkungan hidup
memperhatikan
 RPJPD
RTRWP  RTRWP yang berbatasan
 RTR kawasan strategis provinsi
 RTRWK

 tujuan, kebijakan, dan strategi penataan


jangka waktu Ps. 23 ayat (1) ruang wilayah provinsi
 rencana struktur ruang wilayah provinsi
20 tahun  penyusunan RPJPD yang meliputi sistem perkotaan dalam
Ps. 23 ayat (3)  penyusunan RPJMD wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan
Ps. 23 ayat (2)  pemanfaatan ruang & perdesaan dalam wilayah pelayanannya &
pengendalian pemanfaatan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
ditinjau kembali 1 kali
ruang dalam wilayah provinsi  rencana pola ruang wilayah provinsi yang
dalam 5 tahun
 mewujudkan keterpaduan, meliputi kawasan lindung dan kawasan budi
Ps. 23 ayat (4)
keterkaitan, & keseimbangan daya yang memiliki nilai strategis provinsi
Ps. 23 ayat (5)
perkembangan antarwilayah  penetapan kawasan strategis provinsi
ditinjau kembali lebih dari 1 kali kabupaten/kota, serta  arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi
dalam 5 tahun, dalam hal: keserasian antarsektor yang berisi indikasi program utama jangka
 perubahan kondisi lingkungan  penetapan lokasi dan fungsi menengah lima tahunan
strategis tertentu yang ruang untuk investasi  arahan pengendalian pemanfaatan ruang
berkaitan dengan bencana  penataan ruang kawasan wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan
alam skala besar; dan/atau strategis provinsi peraturan zonasi sistem provinsi, arahan
 perubahan batas teritorial  penataan ruang wilayah perizinan, arahan insentif dan disinsentif,
negara dan/atau provinsi kabupaten/kota serta arahan sanksi
BHK-DJPR/Presentasi/DR
UU 26/2007 : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Ps. 25-26

Peraturan Daerah Kabupaten  RTRWN & RTRWP;  perkembangan permasalahan provinsi & hasil
Ps. 26 ayat (7)  pedoman & petunjuk pengkajian implikasi penataan ruang kabupaten
pelaksanaan bidang  upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan
Ditetapkan penataan ruang; dan ekonomi kabupaten;
dengan  RPJPD  keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten
Ps. 25 ayat (1)  daya dukung dan daya tampung lingkungan
Ps. 25 ayat (2) hidup
Dasar penerbitan  RPJPD
perizinan lokasi RTRW disusun dengan  RTRWK yang berbatasan
pembangunan &  RTR kawasan strategis kabupaten
administrasi
Kab. memperhatikan

pertanahan
Ps. 26 ayat (1)  tujuan, kebijakan, & strategi penataan ruang
Ps. 26 ayat (3)
wilayah kabupaten
 rencana struktur ruang wilayah kabupaten
Ps. 26 ayat (2)
yang meliputi sistem perkotaan di
Ps. 26 ayat (4)  penyusunan RPJPD wilayahnya yang terkait dengan kawasan
20 tahun  penyusunan RPJMD perdesaan & sistem jaringan prasarana
Ps. 26 ayat (5)  pemanfaatan ruang & wilayah kabupaten
ditinjau kembali 1 kali pengendalian pemanfaatan  rencana pola ruang wilayah kabupaten yang
dalam 5 tahun ruang di wilayah kabupaten meliputi kawasan lindung kabupaten &
 mewujudkan keterpaduan, kawasan budi daya kabupaten
keterkaitan, & keseimbangan  penetapan kawasan strategis kabupaten
ditinjau kembali lebih dari 1 kali antarsektor  arahan pemanfaatan ruang wilayah
dalam 5 tahun, dalam hal:  penetapan lokasi & fungsi kabupaten yang berisi indikasi program
 perubahan kondisi lingkungan ruang untuk investasi utama jangka menengah lima tahunan
strategis tertentu yang  penataan ruang kawasan  ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
berkaitan dengan bencana strategis kabupaten wilayah kabupaten yang berisi ketentuan
alam skala besar; dan/atau umum peraturan zonasi, ketentuan
 perubahan batas teritorial perizinan, ketentuan insentif & disinsentif,
negara, prov., dan/atau kab. Ps. 26 ayat (6) serta arahan sanksi.
BHK-DJPR/Presentasi/DR
UU 26/2007 : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA
Ps. 28-29

Peraturan Daerah Kota • RTRWN & RTRWP; • perkembangan permasalahan provinsi & hasil
• pedoman & petunjuk pengkajian implikasi penataan ruang kota
pelaksanaan bidang • upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan
penataan ruang; dan ekonomi kota;
Ditetapkan • RPJPD • keselarasan aspirasi pembangunan kota
dengan • daya dukung & daya tampung lingkungan hidup
• RPJPD
Dasar penerbitan • RTRWK yang berbatasan
perizinan lokasi • RTR kawasan strategis kota
pembangunan & RTRW
administrasi Kota • tujuan, kebijakan, & strategi penataan ruang wil. kota
pertanahan • rencana struktur ruang wil. kota yg meliputi sistem
perkotaan di wilayahnya yg terkait dgn kws.
perdesaan & sistem jaringan prasarana wilayah kota
• rencana pola ruang wil. kota yg meliputi kawasan
lindung kota & kawasan budi daya kota
• penetapan kawasan strategis kota
20 tahun • penyusunan RPJPD • arahan pemanfaatan ruang wil. kota yg berisi indikasi
• penyusunan RPJMD program utama jangka menengah 5 tahunan
ditinjau kembali 1 kali • pemanfaatan ruang & • ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wil. kota
dalam 5 tahun pengendalian yg berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan
pemanfaatan ruang di perizinan, ketentuan insentif & disinsentif, serta
wilayah kabupaten arahan sanksi
ditinjau kembali lebih dari 1 • mewujudkan • rencana penyediaan & pemanfaatan RTH
kali dalam 5 tahun, dlm hal: keterpaduan, keterkaitan, • rencana penyediaan & pemanfaatan ruang terbuka
 perubahan kondisi & keseimbangan nonhijau
lingkungan strategis antarsektor • rencana penyediaan & pemanfaatan prasarana &
tertentu yang berkaitan • penetapan lokasi & sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum,
dengan bencana alam skala fungsi ruang untuk kegiatan sektor informal, & ruang evakuasi bencana,
besar; dan/atau investasi yg dibutuhkan utk menjalankan fungsi wil. kota
 perubahan batas teritorial • penataan ruang kawasan sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat
negara, prov., dan/atau kab.
BHK-DJPR/Presentasi/DR
strategis kabupaten pertumbuhan wilayah

Anda mungkin juga menyukai