Anda di halaman 1dari 40

RESISTIVITY II

Anonym
Puji Ariyanto
Sugeng Pribadi
2. Metode Geolistrik Tahanan Jenis
 Pada prinsipnya adalah dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi
melalui elektroda arus sehingga menimbulkan beda potensial.
 Beda potensial yang terjadi diukur melalui elektroda potensial.
 Hasil pengukuran arus dan beda potensial pada setiap jarak elektroda yang
berbeda dapat digunakan untuk menentukan variasi harga tahanan jenis
lapisan dibawah titik pengukuran (Telford et al., 1990).
1.3 Konfigurasi Elektroda

(Loke, 2004)
2. KLASIFIKASI GERAKAN TANAH
1. FALLS (Jatuhan) 2. SLIDE (Longsoran)
Pergerakan blok (rockslide) Longsoran Rotasi (slump)

3. FLOWS (Aliran)
Aliran lumpur (mud flows) Aliran bahan rombakan (debris flow) Rayapan (creep)

(ESDM, 2007)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
• Waktu : 7 - 9 Desember 2013
• Lokasi : di dalam kompleks Observatorium Geofisika Pelabuhanratu yang terletak
di Kampung Jayanti, Desa Citarik, Kecamatan Pelabuhanratu, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat pada koordinat geografis 7.000 LS dan 106.33 BT.
B. Alat dan Data Penelitian
1. Alat Penelitian
• Seperangkat alat Resistivitymeter merk ARES G4 v4. 7
• Accu 12 Volt
• Kabel aktif
• Elektroda,
• Palu geologi
• Karet pengikat
Peralatan Pendukung :
• GPS (Global Positioning
System),
• HT, kompas geologi,
meteran, manual book,
dan
• Personal komputer
dengan software
program Res2Dinv dan
Google Sketch up untuk
pengolahan data dan
visualisasi model 2D dan
3D-nya.
PRINSIP GEOLISTRIK
• Prinsip dasar metoda geolistrik pengukuran geolistrik
adalah menginjeksikan aruslistrik kedalam tanah dan
mengukur beda potensial pada dua eletroda potensial.
• Untuk mendapatkan harga resistivitas semu resistasi
dikalikan dengan konstanta K. Konstata K di tentukan
pada sistem konfigurasi yang digunakan. Nilai K
tergantung pada jarak antar elektroda.
• Dengan merubah posisi ke empat dan jarak antara
elektroda maka secara kualitatif kita mendapatkan
perbedaan/perubahan resistivitas bawah permukaan
dan interpretasi secara kuantitatif dapat dilakukan
dengan pemodelan.
Metoda Geolistrik
r1 r2
r3 r4
I
V
permukaan

A M N B

V
Arus a  K
I
Ekuipotensial
Geolistrik 2-D

permukaan
Untuk mendapatkan sebaran data pada arah
Geolistrik 2-D lateral 4 lektroda digeser.

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D

I
V permukaan
Geolistrik 2-D
• Sehingga diperoleh gambaran 2D dari sebaran
resistivitas bawah permukaan. Pengukuran
geolistrik 2D akan tergantuk pada multi elektroda
dan multi core kabel.
• Semakin dalam dan luas area pengukuran makan
semakin banyak pula elektroda dan kabel yang
dilibatkan.
• Sehingga umumnya pengukuran geolistik 2D
memerlukan akses mobilisasi yang baik. Dan
karena kendala ini umumnya pengukuran
geolistrik 2D penetrasinya tidak dalam.
Geolistrik 2-D

permukaan
Metode VES
• VES sangat efektif untuk pengukuran dengan
bentangan yang jauh, morfologi dan geografi
yang tidak ideal, mengingat hanya cukup
menggunakan 4 elektroda.
• Menambah kedalaman pada konfigurasi
schulumberger cukup memperpanjang elektroda
potensial.
• Pemodelan VES umumnya masih menggunakan
1D dimana resistivitas merupakan fungsi dari
kedalaman dan pemodelan umumnya masih
menggunakan pendekatan lokal.
1000

VES

Rho semu (ohm.m)


100

10

AB/2 1
1 10 100

I AB/2 (m)
V
permukaan

A M N B
1000

VES

Rho semu (ohm.m)


100

10

AB/2 1
1 10 100

I AB/2 (m)
V
permukaan

A M N B
1000

VES

Rho semu (ohm.m)


100

10

AB/2 1
1 10 100

I AB/2 (m)
V
permukaan

A M N B
1000

VES

Rho semu (ohm.m)


100

10

AB/2 1
1 10 100

I AB/2 (m)
V
permukaan
A M N B
1000

VES

Rho semu (ohm.m)


100

10

AB/2 1
1 10 100

I AB/2 (m)
V
permukaan
A M N B
1000

VES

Rho semu (ohm.m)


100

10

AB/2 1
1 10 100

I AB/2 (m)
V
permukaan
A M N B
Lintasan 1

Bukit

1B
Bidang gelincir
1A

Tahanan Jenis
sangat tinggi

Tahanan jenis
sangat rendah
Lintasan 2
Bukit

2B

Tahanan Jenis
2A rendah

Tahanan Jenis
sangat tinggi

Bidang gelincir
Lintasan 3
Bukit

3B
Bidang gelincir
3A

Tahanan Jenis
sangat rendah
Hasil visualiasasi 3D tahanan jenis lintasan 1-5

Lintasan 5 Lintasan 2 Lintasan 1 Lintasan 3 Lintasan 4


Hasil visualiasasi 3D tahanan jenis lintasan 6-9
Lintasan 6 Lintasan 9
Lintasan 8

Lintasan 7
Kesimpulan
1. Tahanan jenis rendah bernilai 0,17 - 2,96 ohm.m berupa
lempung lunak.
2. Tahanan jenis menengah bernilai 2,96 – 14,9 ohm.m, berupa
lapisan lempung. dengan konsistensi padat.
3. Tahanan jenis tinggi bernilai 14,9 - 33,6 ohm.m berupa
lempung pasiran.
4. Tahanan jenis sangat tinggi bernilai 33,6 - 171,03 ohm.m
mencapai ketebalan 15 m sebagai lapisan batu pasir dan lava
andesit yang cukup keras.
5. Bidang rawan gerakan tanah mencapai kedalaman 25 m.
6. Bidang gelincir adalah lapisan material lempung dengan
konsistensi medium hingga padat yang berada pada
kedalaman 5 hingga 25 m.
7. Tipe gerakan tanah yang mungkin adalah tipe gerakan rayapan
(creep) yang sangat lambat.
SOAL
Misal variasi suhu (T) t jam Suhu C
sebagai fungsi waktu (t) 0 19
3 22
dinyatakan oleh persamaan
TUGAS INDIVIDU: 6 25
T = A + B sin (Ct – D), dimana CARILAH NILAI 8 26
C=/12, D=/2, sin 30=0.5, PERSAMAAN YANG 9 28
TEPAT
sin 45=0.7 MENGGUNAKAN 12 31
Hitung harga parameter HITUNGAN 15 29
MANUAL INVERSI !!
18 24
model A dan B
20 22
menggunakan persamaan 21 20
solusi inversi linier dengan 24 19
data pengukuran berikut !
7/25/2018 37
clc; clear all; % made by rizqi
t = [0 3 6 8 9 12 15 18 20 21 24];%t=waktu dalam jam
T = [19 22 25 26 28 31 29 24 22 20 19];%T=suhu dalam celcius
E = sind(((180/12)*t)-(180/2)); Variasi Suhu vs Waktu
32
R=plot(t,T,'-*b');
grid on; 30
%Membentuk matrik kernel G dan vektor d
%Diketahui A+B(sinCt-D)=T dimana C=pi/12, D=pi/228
%m1=A m2=B jadi m1 + m2*(sinCt-D) = T
n=length(t); 26

Suhu (T)
for k=1:n
G(k,1)=1; 24

G(k,2)=E(k);
end 22

d=T';
20
% Perhitungan Inversi
m=inv(G'*G)*G'*d;
18
% Plot hasil inversi 0 5 10 15 20 25
Waktu (jam)
hold on
yy=0:0.5:E(n); m=
Rumusan Model
TT=m(1)+m(2)*E; 24.5900
S=plot(t,TT,'-or'); 24.5900 + 5.4903 sin(Ct-D) = T
5.4903
grid on;
title('\fontsize{14} Variasi Suhu vs Waktu'); T = A + B sin (Ct – D), dimana C=/12, D=/2,
xlabel('Waktu (jam)');ylabel('Suhu (T)'); sin 30=0.5, sin 45=0.7
7/25/2018 38
SOAL
Diketahui variasi NO z 
tahanan jenis () 1 1 2
sebagai fungsi
2 3 2
kedalaman (z) dengan
persamaan  = A + B z 3 5 3
TUGAS INDIVIDU:
CARILAH NILAI 4 7 5
PERSAMAAN YANG
Hitunglah A dan B jika TEPAT 5 9 4
data pengukuran sbb: MENGGUNAKAN
HITUNGAN
MANUAL INVERSI !!

7/25/2018 39
lc; clear all; %made by rizqi
z=[1 3 5 7 9];
p=[2 2 3 5 4];
%plot data observasi
plot(z,p,'*r'); grid; Variasi Tahanan Jenis vs Kedalaman
xlabel('Kedalaman (m)'); ylabel('Variasi 5

Tahanan Jenis (p)'); 4.5


title('\fontsize{14} Variasi Tahanan Jenis vs
Kedalaman'); 4

Variasi Tahanan Jenis (p)


% Membentuk matrik kernel G dan vektor d3.5
n=length(z);
for k=1:n 3

G(k,1)=1; 2.5
G(k,2)=z(k);
2
end
d=p'; 1.5
%perhitungan inversi
1
m = inv(G'*G)*G'*d; 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kedalaman (m)
%plot hasil inversi (berupa garis least square)
hold on
zz=0:0.5:z(n); m=
 = 1.45 + 0.35 z
pp=m(1)+m(2)*zz; 1.4500
plot(zz,pp); 0.3500
7/25/2018 40

Anda mungkin juga menyukai