lebar maksimum 40 km membentang dari gunungapi Ungaran di bagian barat ke timur melalui Ngawi hingga daerah Mojokerto. Pegunungan ini tersusun oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi ataul ipatan secara intensif membentuk suatu antiklinorium.
pegunungan kendeng telah mengalami
pelipatan dan pengangkatan sebanyak tiga kali, yaitu pelipatan yang berkaitan dengan collapse yang dialami geantiklin jawa, vulkan-vulkan di zona solo, dan pengangkatan karena dorongan magma dari dalam. Pembagian zona kendeng Kendeng bagian barat, daerah ini terbatas antara gunung unggaran hingga daerah sekitar purwodadi.batuan mengandung bahan vulkanis. Daerah ini memiliki struktur geologi berupa sesar-sesar sungkup Kendeng tengah, daerah ini mencangkup daerah purwodadi hingga gunung padaan. Daerah ini terdiri dari sedimen laut dalam prosentase kandungan bahan piroklastik dalam batuan sedimen Kendeng timur, merupakan daerah endapan yang tersingkap di gunung pandaan dan mojokerto. Struktur geologinya berupa antiklin. Fisiografi Sesar sungkup
Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat
mencapai hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda. Formasi Stratigrafi Zona Kendeng terdiri atas 7 formasi batuan, urut dari tua ke muda sebagai berikut (Harsono, 1983 dalam Rahardjo 2004) :
Formasi Pelang, Formasi ini dianggap sebagai
formasi tertua yang tersingkap di Mandala Kendeng. Formasi ini tersingkap di Desa Pelang, Selatan Juwangi. Tidak jelas keberadaan bagian atas maupun bawah dari formasi ini karena singkapannya pada daerah upthrust ,berbatasan langsung dengan formasi Kerek yang lebih muda. Dari bagian yang tersingkap tebal terukurnya berkisar antara 85 meter hingga 125 meter Formasi Kerek, memiliki kekhasan dalam litologinya berupa perulangan perselang-selingan antara lempung, napal, batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan. Perulangan ini menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded bedding). Lokasinya berada di Desa Kerek, tepi sungai Bengawan Solo, ± 8 km ke utara Ngawi
Formasi Kalibeng, Formasi ini terbagi menjadi
dua bagian yaitu bagian bawah dan bagian atas. Bagian bawah formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600 meter, berwarna putih kekuning-kuningan sampai abu-abu kebiru- biruan, kaya akan kanndungan foraminifera plangtonik. Formasi Pucangan, mempunyai penyebaran yang cukup luas. Di Kendeng bagian barat satuan ini tersingkap luas antara Trinil dan Ngawi. Di Mandala Kendeng yaitu daerah Sangiran, Formasi Pucangan berkembang sebagai fasies vulkanik dan fasies lempung hitam. Fasies vulkaniknya berkembang sebagai endapan lahar yang menumpang diatas formasi Kalibeng. Fasies lempung hitamnya berkembang dari fasies laut, air payau hingga air tawar.
Formasi Kabuh, mempunyai lokasi tipe di desa
Kabuh, Kec. Kabuh, Jombang. Formasi ini tersusun oleh batupasir dengan material non vulkanik antara lain kuarsa, berstruktur silang siur dengan sisipan konglomerat, mengandung moluska air tawar dan fosil-fosil vertebrata. Formasi ini mempunyai penyebaran geografis yang luas. Formasi Notopuro, mempunyai lokasi tipe di desa Notopuro, Timur Laut Saradan, Madiun yang saat ini telah dijadikan waduk. Formasi ini terdiri atas batuan tuf berselingan dengan batupasir tufaan, breksi lahar dan konglomerat vulkanik. Makin keatas sisipan batupasir tufaan semakin banyak. Sisipan atau lensa-lensa breksi volkanik dengan fragmen kerakal terdiri dari andesit dan batuapung juga ditemukan yang merupakan cirri formasi Notopuro. Zona Pegunungan selatan
Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada
umumnya merupakan blok yang terangkat. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2. Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit Formasi Stratigrafi Pegunungan Selatan di Jawa Timur, telah diteliti oleh Sartono (1964) dengan daerah telitian di daerah Punung dan sekitarnya- Pacitan:
Formasi Besole, Formasi Besole ini menjadi dua
satuan yaitu Formasi Arjosari yang terdiri dari perselingan batupasir dan breksi, yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal, dan Formasi Mandalika yang tersusun oleh perselingan breksi, batupasir, serta lava bantal diendapkan pada lingkungan laut dalam. Formasi Jaten, Dengan lokasi tipenya K.Jaten – Donorojo, Pacitan (Sartono 1964), tersusun oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung, dengan sisipan tipis lignit. Ketebalan satuan ini mencapai 20-150 m. Diendapkan pada lingkungan transisi – neritik tepi pada Kala Miosen Tengah
Formasi Wuni,Dengan lokasi K.Wuni (anak
Sungai S Basoka) – Punung dan Pacitan. tersusun oleh breksi, aglomerat, batupasir tufan, lanau, dan batugamping. Berdasarkan fauna koral satuan ini berumur Miosen Bawah. Ketebalan Formasi Wuni antara 150 -200 m Formasi Nampol, Tersingkap baik di K.Nampol, Kec Punung, Pacitan, dengann susunan batuan sebagai berikut: bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian atas: terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal.
Formasi Punung, dengan lokasi tipenya di daerah Punung,
Pacitan, tersusun oleh dua litofasies yaitu: fasies klastika dan fasies karbonat. Fasies karbonat, tersusun oleh batu- gamping terumbu, batugamping bioklastik, batugamping pasiran, napal, dimana satuan ini merupakan endapan sistim karbonat paparan. Ketebalan fasies ini 200-300 m, berumur Miosen Tengah-Atas. Sedangkan fasies klastika tersusun oleh perselingan batupasir tufan, batupasir gampingan, lanau dan serpih. Ketebalan satuan ini 76 -230 m.