Anda di halaman 1dari 32

Oleh:

Ambarwati
Durrotul lam’atis Tsania
APA KEPANJANGAN TORCH??
Toxoplasma Rubella

Cytomegalovirus Herpes
TOKSOPLASMA GONDII
 Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang
disebut Toxoplasma gondi. Infeksi Toxoplasma
terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik.
 Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka
akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan
atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi
menderita Toxoplasmosis bawaan.
Etiologi Toxoplasma
Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada
hampir semua hewan dan unggas berdarah panas. Akan tetapi kucing
adalah inang primernya. Kotoran kucing pada makanan yang berasal dari
hewan yang kurang masak, yang mengandung oocysts dari toxoplasma
gondi dapat menjadi jalan penyebarannya.
Tanda dan Gejala
 Pada Ibu
1. Terlihat lemas dan kelelahan, sakit kepala,
rash,myalgia perasaan umum ( tidak nyaman atau
gelisah)
2. Pembesaran kelenjar limfe pada serviks posterior
3. Infeksi menyebar ke saraf, otak, korteks dan juga
dapat menyerang sel retina mata.
• Pada janin
1. Lahir mati (still birth)
2. Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa
3. Anemia
4. Perdarahan
RUBELA
 Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut,
ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah
bening.
 Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada wanita
hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan
pada bayinya.
Etiologi
 Rubella pernah menjadi endemic di banyak negara di
dunia, virus ini menyebar melalui droplet. Periode
inkubasinya adalah 14-21 hari.
Tanda dan Gejala
 Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak
spesifik pada orang dewasa, ditandai dengan
cacar-seperti ruam,demam dan infeksi saluran
pernafasan atas.
 . Ibu hamil secara rutin diperiksa untuk antibody
rubella dan jika tidak memiliki kekebalan akan
segera diberikan vaksin rubella pada periode
postnatal.
Bayi yang lahir dengan rubela kongenital
menyebarkan virus sehingga merupakan
ancaman bagi bayi lain, serta orang dewasa
rentan yang berkontak dengan bayi
tersebut.
 Virus ini menyebabkan pembengkakan sel yang
karakteristik sehingga terlihat sel membesar
(sitomegali) dan tampak sebagai gambaran mata
burung hantu.
 Jika ibu terinfeksi, maka janin yang dikandung
mempunyai resiko tertular sehingga mengalami
gangguan misalnya pembesaran hati, kuning,
ekapuran otak, ketulian retardasi mental, dan lain-
lain.
Etiologi
 Penularan CMV akan terjadi jika ada kontak langsung
dengan ciran tubuh penderita seperti air seni, air
ludah, air mata, sperma dan air susu ibu. Bisa juga
terjadi karena transplatasi organ.
 Penularan dapat terjadi pada setiap saat dalam
kehamilan tetapi semakin muda umur kehamilan
semakin berat gejala pada janinnya.Infeksi CMV lebih
sering terjadi di negara berkembang dan di
masyarakat denga status sosial ekonomi lebih rendah
dan merupakan penyeirus paling signifikan cacat lahir
di negara-negara industri.
Tanda dan Gejala
 Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal
dan biasanya mereka tidak akan sadar bahwa mereka
telah terinfeksi. Namun jika ini merupakan infeksi
primer, maka janin biasanya juga beresiko
terinfeksi.Infeksi tersebut baru dapat di kenali setelah
bayi lahir.Diantara bayi tersebut baru dapat dikenali
setelah bayi lahir. Diantara bayi tersebut hanya ada
30% diketahui terinfeksi di dalam Rahim dan kurang
dari 15% akan menampakan gejala pada saat lahir.
Herpes
 Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan
oleh herpes simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat
berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut
syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf
otonom. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi
HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli,
tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin
tidak diketahui.
Etiologi
 Virus herpes simpleks tipe I dan II
merupakan virus horminis DNA. Pembagian
tipe I dan II berdasarkan karakteristik
pertumbuhan pada media kultur, antigenic,
dan lokasi klinis (tempat predileksi)
Tanda dan Gejala
 Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus
dapat menyebabkan premature, mikrosefali,
IUGR, klasifikasi intracranial pada ventrikel lateral
dan traktus olfaktoris, sebagian besar terdapat
korioretinitis.
 Infeksi pada trimester III berhubungan dengan
kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan
pertumbuhan somatic atau pembentukan
psikomotor.
Pemeriksa diagnostic TORCH
1. Urinalisis,kulkur, dan sensitivitas : Bakteriuria
asimtomatik mungkin muncul ; ISK dapat disebabkan
oleh GBS, gonore, atau IMS lain.
2. Toksoplasmosis : serum untuk titer antibody dengan
riwayat pemajaan; identifikasi mikroskopik protozoa.
3. Rubella : serum untuk titer antibody.
4. CMV : serologi: titer virus positif; adanya CMV didalam
urin
5. HSV : pengkajian riwayat secara seksama tentang gejala
atau lesi dimasalalu; pemeriksaan fisik utuk
limfadenopati dan lesi; diagnose ditegakkan oleh kultur
virus dari lesi aktif.
LANJUTAN…
1. Hepatitis A : serologi untuk mendekteksi antibodi
imonogloblin M (IgM) dilakukan guna memastikan
infeksi yang dicurigai.
2. Hepatitis B : serologi: semua ibu harus diskrining pada
kunjungan prenatal pertama,yang diulang kemudia pada
kehamilan jika mereka mempunyai perilaku resiko-tinggi
atau berasal dari kelompok resiko-tinggi (misal, Orang
Asia, Amerika Tengah, Penduduk Asli Kepulauan
Karibia).
3. HIV : skrining serologi untuk semua ibu yang memiliki
perilaku resiko-tinggi (rujuk kerencana asuhan
HIV/AIDS)
Pengobatan TORCH
 Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan
obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin
misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi
yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut
seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut.
Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut
sesudah atau pada waktu makan.
 Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan
TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila
IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak
perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif
atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan
pengobatan.
PENGKAJIAN
1. Identintas klien
 Nama
 Tempat Tanggal Lahir (TTL)
 Umur
 Jenis Kelamin
 Agama
 Status perkawinan
 Pendidikan terakhir.
 Pekerjaan
 Alamat
2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengatakan suhu tubuhnya
meningkat,sakit tenggorokan,mual,muntah dan nyeri
otot.
2. Riwayat kesehatan Dahulu
Klien sering berkontak langsung dengan binatang, klien
sering mengkonsumsi daging setengah matang, dan
klien pernah mendapatkan transfuse darah.
3. Riwayat kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan fisik
1. Sistem integument : terdapat ruam di
kulit,adanya lesi
2. System pencernaan : Hilangnya keinginan
untuk menyusui, Penurunan intake melalui
oral, Muntah, Diare, Distensi abdomen
3. System pernapasan : Apnea, Sianosis,
Takipnea, Penurunan saturasi oksigen, Nasal
memerah, mendengkur, dan retraksi dinding
dada
4. System kardiovaskuler : takikardi, pucat,
menurunnya denyut perifer
Pemeriksaan Diagnostik
1. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG
(untuk mendeteksi infeksi toxoplasma)
2. Anti-Rubella IgaM dan Anti-IgG (untuk
mendekteksi infeksi Rubella)
3. Anti-CNV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk
mendekteksi infeksi Cytomegalovirus)
4. Anti-HSV2 IgM dsn Anti-HSV IgG (untuk
mendeteksi infeksi virus herpes)
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2. Hipertermia b.d proses perjalanan penyakit
3. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya nyeri dan
cidera biologis keperawatan selama 3x24 jam, tingkat nyeri
diharapkan nyeri kilen berkurang. 2. Ajarkan dan catat tipe nyeri
Dengan Kriteria Hasil: serta tindakan untuk
1. Mengenali kapan nyeri terjadi mengatasi nyeri
2. Menggunakan tindakan 3. Ajarkan teknik relaksasi
pencegahan 4. Anjurkan untuk menggunakan
3. Menggambarkan faktor penyebab kompres hangat
5. Kolaborasi pemberian
analgesic

2. Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi dan catat hasil


penyakit keperawatan selama 3x24 jam, pemeriksaaan suhu tubuh
diharapkan suhu dalam batas normal. klien
Dengan Kriteria Hasil: 2. Berikan kompres hangat
1. Penurunan suhu 3. Anjurkan klien banyak minum
2. Tingkat pernafasan minimal 1,5 liter/hari
3. Perubahan warna kulit 4. Pertahanka kebersihan kulit
5. Kolaborasi pemberian
analgesic

3. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan tandadan gejala yang


pengetahuan b.d. keperawatan selama 3x24 jam, umum dari dari penyakit,
LANJUTAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
3. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan tandadan gejala
pengetahuan keperawatan selama 3x24 jam, yang umum dari dari
b.d. kurang diharapkan keluarga dan penyakit, sesuai kebutuhan.
informasi pasien memahami penyakit 2. Jelaskan mengenai proses
TORCH. Dengan Kriteria penyakit, sesuai kebutuhan
Hasil: 3. Edukasi pasien mengenai
1. Tanda dan gejala penyakit tindakan untuk
2. Proses perjalanan penyakit mengontrol/meminimslksn
biasanya gejala, sesuai kebutuhan
3. Karakteristik penyakit 4. Kaji tingkat pengetahuan
pasien terkait dengan proses
penyakit yang spesifik.
EVALUASI
1. Nyeri b.d. adanya proses infeksi / inflamasi
a. Nyeri hilang atau dengan skala ringan
2. Hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme
a. penuyakit ditandai dengan suhu 39oC, tubuh terus
menggigil
b. Suhu tubuh pasien normal menjadi 37oC
c. Tubuh pasien tidak menggigil
3. Defisiensi pengetahuan b.d. kurangnya informasi.
a. Pasien mengetahui tentang penyakitnya
b. Pasien mampu menjelaska pengertian, penyebab,
tanda dan gejala serta pengobatan penyakitnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai