1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan
2. Faktor Intrinsik
Kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.
KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut Smeltzer (2005)
Umum
Berat : Bisa shock
Lokal
Deformitas
Luka / Tidak
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah
Urine
Radiologis
Rontgen Foto
CT Scan
MRI
Diagnosa Fraktur
Pemeriksaan Rontgen Foto
Konfigurasi
Garis Fracture
Penatalaksanaan
Prinsip : 4 R
Recognizing = Diagnosa
Anamnesa, PF, Penunjang
Reduction = Reposisi
Mengembalikan posisi fraktur keposisi sebelum fraktur
Retaining = Fiksasi /imobilisasi
Mempertahankan hasil fragmen yg direposisi
Rehabilitation : Mengembalikan fungsi kesemula
Reduction (Reposisi Fraktur)
Kontak 100 %
Metode reposisi
Reposisi tertutup
Dengan pembiusan
Anestesi lokal
Anestesi umum
Teknik
Debridement
Reposisi
Indikasi Reposisi Terbuka
Gagal reposisi tertutup
Avulsion fracture
Epiphyseal fracture
Interposisi Jaringan
Fraktur Patologis
Retaining (Imobilisasi)
Menghilangkan nyeri
Cara Retaining (Imobilisasi)
Istirahat
Casting / Gips
Splint
Cara Imobilisasi
Casting / Gips
Hemispica gip
Umbrical slab
Retaining (Imobilisasi)
Traksi
terus menerus.
Retaining (Imobilisasi)
1. Internal fikasasi
Plate/ skrew
2. Ekternal fiksasi
Rehabilitasi
Mengembalikan fungsi organ fraktur kembali normal
1. Isometric Exersice
2. Isotonik Exersice
Bentuk latihan
Latihan sendiri
Umur
Gizi
2. Faktor Lokal
Perdarahan
Cara imobilisasi
Adanya infeksi
Bentuk Penyembuhan (Union Fr)
patahan tulang
Compartment syndrome
Infeksi Osteomyelitis
Kecacatan
Sindroma Compartmen
Ggn perdarahan bgh distal fr. krn bendungan akibat
peningkatan tekanan intra compartment sekitar fr
Gejala P5
1. Pulselessness (Nadi melemah)
2. Pain saat ektensi
3. Pallor (pucat) (Slow capillary return)
4. Paresthesia
5. Puffiness (edema)
Penanganan
KU memburuk
Coma , hypoxia
Prognosa Buruk
Kecacatan
Ukuran pendek
Bentuk bengkok
Sendi kaku
Jalan pincang
Amputasi