Anda di halaman 1dari 35

FRAKTUR

MARIA ELLSA PRIMAYANA


RS PERTAMINA CIREBON
DEFINISI

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan


sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres
yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner,
1997).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidajat, 2003).
ETIOLOGI
1. Trauma langsung/ direct trauma
Fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya
benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
3. Trauma ringan
Dapat menyebabkan fraktur akibat adanya penyakit yang mendasari disebut juga
fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.
FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI

1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan
2. Faktor Intrinsik
Kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.
KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut Smeltzer (2005)

1. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:


a. Fraktur komplit
Garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang
b. Fraktur tidak komplit
Garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang
KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut Smeltzer (2005)
2. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur Komunitif
fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental
fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple
Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut Smeltzer (2005)
3. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser)
Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum
masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser)
Terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen
KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut Smeltzer (2005)
4. Berdasarkan sifat fraktur:
a. Faktur Tertutup (Closed)
Tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar

Klasifikasi fraktur tertutup :


1) Tingkat 0: fraktur dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata
KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut Smeltzer (2005)
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu (Grade Gustilo) :


1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif.
Diagnosa Fraktur
1. Anamnesa
 Keluhan Utama  Tulang (Organ)
Bengkok, Bengkak, Pendek sesudah
trauma

 Mekanisme trauma (History of accident) 


Langsung / Tidak langsung

 Riwayat Penyakit dahulu & Peny keluarga 


Untuk menjelaskan penyakit dasar
Diagnosa Fraktur
2. Pemeriksaan

 Umum
 Berat : Bisa shock

 Trauma penyerta lain

 Lokal
 Deformitas

 Luka / Tidak

 Nyeri Tekan & Nyeri sumbu

 Bagian acral/ distal


Diagnosa Fraktur

3. Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium
 Darah

 Urine

 Radiologis
 Rontgen Foto

 CT Scan

 MRI
Diagnosa Fraktur
Pemeriksaan Rontgen Foto

Syarat Foto  Rule of two


 Two view (dua arah)  AP & Lateral

 Two Joint  Dua sendi

 Two Occasion / Time  Dua waktu

Dari hasil radiologis dapat diklasifikasi


 Lokasi anatomi

 Konfigurasi

 Aligment garis fraktur


Lokasi Anatomi #
 Klasifikasi Lokasi Anatomi
 Tulang Panjang 1/3 proximal, 1/3 tengah & 1/3 distal

 Tulang Pendek  Kaput, Batang, Basis

 Aligment Fr,  Aposisi garis Fraktur

 Contoh D/ Fraktur Cruris Sinistra terbuka dislokasi


adaxin cum kontractionum
Konfigurasi Fraktur
 Luasnya Fraktur
 Fr Complete
 Fr Inkomplete

 Garis Fracture
Penatalaksanaan
Prinsip : 4 R
 Recognizing = Diagnosa
Anamnesa, PF, Penunjang
 Reduction = Reposisi
Mengembalikan posisi fraktur keposisi sebelum fraktur
 Retaining = Fiksasi /imobilisasi
Mempertahankan hasil fragmen yg direposisi
 Rehabilitation : Mengembalikan fungsi kesemula
Reduction (Reposisi Fraktur)

 Mengembalikan posisi fraktur keposisi semula

Idealnya: Kembali ke posisi anatomis

 Kontak 100 %

 Angulasi tidak ada

 Rotasi tidak ada

 Metode reposisi
 Reposisi tertutup

 Reposisi terbuka  Dengan pembedahan


Reposisi Tertutup
 Tanpa pembiusan

 Fraktur masih fase shock

 Fr. yang sedikit bergeser dll

 Dengan pembiusan

 Anestesi lokal

 Anestesi umum

 Teknik

 Dengan tarikan, tekanan secara perabaan

 Memakai C Arm (Portable radiologis)


Reposisi Terbuka
 Tulang dicapai dengan melalui pembedahan

 Harus selalu menjaga perdarahan

 Pada fraktur terbuka harus didahului dengan:

Dilusi / irigasi  “Dilution is a solution to polution”

Debridement

Reposisi
Indikasi Reposisi Terbuka
 Gagal reposisi tertutup

 Avulsion fracture

Fr Patela & Fr Olecranon

 Epiphyseal fracture

 Interposisi Jaringan

 Disertai gangguan vascular

 Fraktur Patologis
Retaining (Imobilisasi)

 Mempertahankan hasil reposisi sampai tulang menyambung

 Kenapa setelah reposisi harus retaining?

 Manusia bersifat dinamis

 Adanya tarikan tarikan otot

 Agar penyembuhan lebih cepat

 Menghilangkan nyeri
Cara Retaining (Imobilisasi)

 Istirahat

 Pasang splint / Sling

 Casting / Gips

 Traksi  Kulit atau tulang

 Fiksasi pakai implant


Sling / Split

 Sling : Mis Arm Sling

 Splint
Cara Imobilisasi
 Casting / Gips

 Hemispica gip

 Long Leg Gip

 Below knee cast

 Umbrical slab
Retaining (Imobilisasi)
 Traksi

Cara imobilisasi dengan menarik

bagian proksimal dan distal secara

terus menerus.
Retaining (Imobilisasi)

Fiksasi pakai implant

1. Internal fikasasi
 Plate/ skrew

 Intra medular nail  Kuntsher Nail

2. Ekternal fiksasi
Rehabilitasi
 Mengembalikan fungsi organ fraktur kembali normal

 Otot  supaya jangan atropi (mengecil)

1. Isometric Exersice

2. Isotonik Exersice

 Sendi  supaya jangan kaku

 Bentuk latihan

 Latihan sendiri

 Bantuan orang lain (Fisioterapist)

 Perangsangan Elektrik & Physical Therapy


Penyembuhan (Union) Fraktur
1. Fase Hematoma ( 2-8 jam ssd trauma)

2. Fase Resorbsi hematoma (Sp 1 minggu)


Hematoma diisi oleh sel-sel tulang baru

3. Fase calus ( tulang muda) (ssd 3 minggu)


Osteoblasts membentuk spongy bone

4. Fase Konsolidasi ( 6-12 minggu)


Tulang spongiosa menjadi padat
5. Fase Remodelling  (12-24 bulan)
Spongy bone berobah jadi tulang normal

Tak tampak lagi garis fraktur


Yang Mempengaruhi Union Frakture
1. Faktor Umum

 Umur

 Gizi

 Adanya peny. Sitemik / tidak

2. Faktor Lokal

 Posisi garis patah tulang

 Perdarahan

 Cara imobilisasi

 Adanya infeksi
Bentuk Penyembuhan (Union Fr)

1. Good Union  Menyambung sempurna

Bentuk, Ukuran anatomis & Fungsi kembali normal

2. Delayed union  Menyambung lama

3. Non-union  kegagalan penyatuan ujung-ujung dari

patahan tulang

4. Malunion  kesalahan bentuk dari penyatuan tulang


Komplikasi Fraktur

Shock & Perdarahan

Sindroma Emboli Lemak

Compartment syndrome

Infeksi  Osteomyelitis

Gangguan pertumbuhan  Fr Epifisis

Kecacatan
Sindroma Compartmen
 Ggn perdarahan bgh distal fr. krn bendungan akibat
peningkatan tekanan intra compartment sekitar fr

 Penyebab  Internal / Ekternal (balutan sangat ketat)

 Gejala P5
1. Pulselessness (Nadi melemah)
2. Pain  saat ektensi
3. Pallor (pucat) (Slow capillary return)
4. Paresthesia
5. Puffiness (edema)
 Penanganan

 Lepaskan spalk, Elevasi


 Fasciotomi
Syndroma Emboli Lemak
(Fat Emboli Syndrome) (FES)
 Lemak sumsum tulang masuk p. darah & menyumbat
jantung, paru, otak  kematian

 Sering dari fraktur panggul atau fraktur femur

 Gejala timbul ssd 12-36 jam dengan:

 KU memburuk

 Timbul bintik- bintik dikulit

 Coma , hypoxia

 Prognosa Buruk
Kecacatan

 Ukuran pendek
 Bentuk bengkok
 Sendi kaku
 Jalan pincang
 Amputasi

Anda mungkin juga menyukai