Anda di halaman 1dari 21

6.

Diganosa
Anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang menunjang
terjadinya osteoporosis seperti :
- Tinggi badan yang makin menurun.
- Obat-obatan yang diminum.
- Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium.
- Jumlah kehamilan dan menyusui.
- Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi.
- Apakah sering beraktivitas di luar rumah , sering mendapat paparan matahari cukup.
- Apakah sering minum susu? Asupan kalsium lainnya.
- Apakah sering merokok, minum alkohol?

Pemeriksaan Fisik
- Tinggi badan dan berat
- Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri
spinal. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau
gibbus dan penurunan tinggi badan.
Pemeriksaan Radiologis
• Gambaran radiologik yang khas pada
osteoporosis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan
tampak pada tulang-tulang vertebra yang
memberikan gambaran picture-frame vertebra.
• Biasanya massa tulang yang sudah berkurang 30 -
40% baru dapat dideteksi dengan pemeriksaan X-
ray konvensional.
Hambatan pada pemeriksaan radiologi
konvensional untuk mendiagnosa
osteoporosis adalah:
a.Sangat bergantung pada alat radiologi yang
digunakan.
b.Sangat bergantung pada keahlian dan
subyektivitas pemeriksaan.
c.Sangat bergantung pada kualitas film dan cara-
cara pecucian film.
• Pada penderita osteoporosis terjadi
abnormalitas turn over dari tulang akibat
aktivitas osteoklast lebih tinggi dari pada
osteoblast, akibatnya terjadi kehilangan massa
tulang yang lebih besar dari pada
pembentukannya.
Gambar : Tampak gambaran caput femoris
dengan densitas yang menurun.
Gambar : Foto pelvis AP memperlihatkan
osteoporosis ringan padacaput femoris
Gambar : Osteoporosis Vertebrae
2. Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)
Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang
dan resiko fraktur . untuk menilai hasil pemeriksaan
Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja
WHO, yaitu:
• Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata
nilai densitas massa tulang orang dewasa muda (T-score)
• Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -
2,5 SD dari T-score.
• Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score
atau kurang.
• Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya
fraktur.
Tujuan dari pengukuran massa tulang:
a.Menentukan diagnosis.
b.Memprediksi terjadinya patah tulang.
c.Menilai perubahan densitas tulang setelah pengobatan atau senam
badan.
3.Bone Scan
Bone Scan dapat menunjukkan perubahan
pada jaringan tulang yang dapat
mengidentifikasi adanya kanker, inflamasi atau
fraktur yang baru.
Gambar : Tampak Hot Area pada Bone Scan
Upper Sacrum Bilateral Simetris
Parameter laboratorium lainnya :
a. blood calcium levels
b. blood vitamin D levels
c. thyroid function
d.parathyroid hormone levels
e. estradiol
f. follicle stimulating hormone (FSH)
g. testosterone levels (in men)
h. osteocalcin
7. Diagnosa Banding

• Berdasarkan gambaran radiologi, diagnosis


banding osteoporosis adalah sebagai berikut:
1.Osteomalasia
2. Penyakit Cushing
3.Multiple Myeloma Multiple
4.Hyperparatyroid
Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)
• Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan
tulang dan resiko fraktur . untuk menilai hasil pemeriksaan
Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja
WHO, yaitu:
• Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata
nilai densitas massa tulang orang dewasa muda (T-score)
• Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -
2,5 SD dari T-score.
• Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score
atau kurang.
• Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya
fraktur.
8. Penatalaksanaan
• Pengobatan  menghambat kerja osteoklas dan atau
meningkatkan kerja osteoblas.
• Obat-obatyang beredar pada umumnya bersifat anti
resorpsi estrogen, kalsitonin, bisfosfonat.
• Kalsium danVitamin D tidak mempunyai efek
antiresorpsi maupun stimulator tulang, tetapi
diperlukan untuk optimalisasi meneralisasi osteoid
setelah proses pembentukan tulang oleh sel osteoblas.
• Mekanisme estrogen sebagai antiresorpsi 
mempengaruhi aktivitas sel osteoblas maupun sel
osteoklas,
• Kombinasi estrogen dengan progesteron  menurunkan
risiko kanker endometrium dan harus diberikan pada setiap
wanita yang mendapatkan TSH, kecuali yang telah
menjalani histerektom
• Preparat like estrogen yaitu golongan Raloksifen yang
disebut juga Selective Estrogen Receptor
Modulators(SERM)
• Generasi Bisfosfonat adalah sebagai berikut:
a.Generasi I: Etidronat, Klodronat
b.Generasi II: Tiludronat, Pamidronat, Alendronat
c.Generasi III: Risedronat, Ibandronat, Zoledronat
• Olahraga
9. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara
progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan
fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra
torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum
femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur
colles pada pergelangan tangan
10. Prognosis
Kondisi kronis merupakan salah satu
penyebab utama kecacatan pada pria dan
wanita. Kompresi fraktur pada tulang
belakang menyebabkan rasa tidak nyaman
dan mengganggu pernafasan.
Kesimpulan

• Pada osteoporosis terjadi perubahan mikro arsitektur


tulang yang menyebabkan kerapuhan tulang.
• Faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia, lamanya
menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan
faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi,
riwayat barat badan lebih atau obesitas dan latihan yang
teratur
• Penyusutan kepadatan tulang mulai terjadi berangsur-
angsur sejak perempuan berusia 30-40 tahun dan
osteoporosis mulai dapat dijumpai kurang lebih 5-10 tahun
setelah menopaouse.
• Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal,
yaitu terapi pencegahan dan terapi obat-obatan
Saran
• Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien
tentang penyakitnya untuk meringankan
penyakit
• Penatalaksanaan yang efektif dan efiisien pada
penderita untuk mendapatkan hasil yang baik
dan mencegah kekambuhan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai