Anda di halaman 1dari 45

ETIKA BISNIS/USAHA

• Sebagai cabang filsafat terapan, etika bisnis


menyoroti segi-segi moral perilaku manusia
yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan
manajemen.
• Oleh karena itu, etika bisnis dapat dilihat
sebagai usaha untuk merumuskan dan
menerapkan prinsip-prinsip etika dibidang
hubungan ekonomi antar manusia.
ETIKA BISNIS/USAHA
• Semakin berkembangnya dunia usaha di berbagai
bidang.
• Bisnis vs Etika ?
• Business is business, profit oriented : sulit
dicampuradukkan dengan etika ??
• Bisnis perlu dilandasi pertimbangan2 yang etis
karena di samping mencari keuntungan juga
bertujuan memperjuangkan nilai‑nilai yang
bersifat manusiawi
ETIKA ?
• Cabang utama dari Ilmu filsafat
• Bahasa Yunani : Ethos (watak kesusilaan atau adat kebiasaan)
atau Ethikos (timbul dari kebiasaan)
• KBBI : ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
• Sikap & perilaku seseorang yang menunjukkan kesediaan &
kesanggupan secara sadar untuk mentatati ketentuan &
norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok
masyarakat atau suatu organisasi.
• Memiliki sudut pandang normatif : melihat dari sudut baik-
buruk, benar-salah perbuatan seseorang.
4 CAKUPAN/KEGIATAN ETIKA BISNIS
(Richard T de George : Business Ethics, 1986)
1. Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik
bisnis.
Berdasarkan prinsi-prinsip etika bisnis, kita dapat
menilai apakah suatu keputusan atau tindakan yang
diambil dalam dunia bisnis secara moral dapat
dibenarkan atau tidak.

 sehingga dapat membantu para pelaku bisnis untuk


mencari cara mencegah tindakan yang dinilai tidak etis.
4 CAKUPAN/KEGIATAN ETIKA BISNIS
(Richard T de George : Business Ethics, 1986)
2. Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan
prinsip-prinsip etika pada dunia bisnis, tetapi juga
meta-etika.
Etika bisnis mengkaji apakah perilaku yang dinilai etis
pada individu juga dapat berlaku pada organisais atau
perusahaan bisnis.

 selanjutnya etika bisnis menyoroti apakah


perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau
tidak.
4 CAKUPAN/KEGIATAN ETIKA BISNIS
(Richard T de George : Business Ethics, 1986)
3. Bidang telaah etika bisnis menyangkut
pandangan – pandangan mengenai bisnis.

Dalam hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas sistem


ekonomi pada umumnya dan sistem ekonomi publik
pada khususnya,

 misalnya masalah keadilan sosial, hak milik, dan


persaingan.
4 CAKUPAN/KEGIATAN ETIKA BISNIS
(Richard T de George : Business Ethics, 1986)
4. Etika bisnis juga menyangkut bidang yang
biasanya sudah meluas lebih dari sekedar
etika, seperti misalnya ekonomi & teori
organisasi.

Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat


makro, seperti operasi perusahaan multinasional,
jaringan konglomerat internasional, dan lain- lain.
TUJUAN ETIKA BISNIS
• Membantu para pelaku bisnis untuk melakukan
pendekatan moral dalam setiap
kejadian/permasalahan dalam bisnisnya.
• Bisnis tidak melulu profit oriented saja, melainkan
bergerak dalam koridor etis yang membawa-serta
tanggungjawab & memelihara hubungan baik
antarmanusia yang terlibat di dalamnya.
• Menggugah kesadaran moral untuk menjalankan good
business & menghalau pencitraan bisnis sebagai
kegiatan yang “kotor” penuh muslihat & dipenuhi oleh
orang‑orang yang menjalankan usahanya dengan licik
(monkey business & dirty business).
3 SASARAN & RUANG LINGKUP POKOK ETIKA
BISNIS
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas
berbagai prinsip, kondisi, dan masalah yang
terkait dengan praktek bisnis yang baik dan
etis.
Etika bisnis pertama-tama bertujuan untuk
menghimbau para pelaku bisnis untuk
menjalankan bisnis secara baik dan etis.
3 SASARAN & RUANG LINGKUP POKOK ETIKA
BISNIS
2. Menyadarkan masyarakat (khususnya konsumen,
buruh, atau karyawan dan masyarakat luas pemilik
aset umum seperti lingkungan hidup), akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapa pun juga.

Menggugah kesadaran masyarakat agar para pelaku


bisnis berbisnis secara baik demi terjaminnya hak
/kepentingan masyarakat dan kepentingannya tidak
dirugikan oleh kegiatan bisnis pihak mana pun.
3 SASARAN & RUANG LINGKUP POKOK ETIKA
BISNIS
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem
ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya
suatu praktek bisnis.
Dalam lingkup makro (lebih tepat disebut etika
ekonomi) semacam ini, etika bisnis berbicara
mengenai monopoli, oligopoli, kolusi, dan praktek-
praktek semacamnya yang akan sangat
mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu
ekonomi melainkan juga baik tidaknya praktek bisnis
dalam sebuah negara.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
(Sonny Keraf: Membangun Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur, 1991)

• Prinsip OTONOMI : bertindak secara bebas berdasarkan


kesadaran sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk
dilakukan, tapi tetap harus penuh tanggungjawab.

“Orang yang otonom adalah orang yang sadar akan


kewajibannya, bebas mengambil keputusan berdasarkan
kewajibannya, & juga orang yang
mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya,
mampu bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya serta dampak dari keputusan tersebut “.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
(Sonny Keraf: Membangun Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur, 1991)

• Prinsip KEJUJURAN : akan menjamin kelanggengan suatu


kegiatan bisnis.

“Kejujuran dalam menjual atau menawarkan barang dengan


harga yang sesuai dengan kualitas barang yang dijual atau
ditawarkan tersebut”.

“Pimpinan perusahaan berlaku jujur terhadap tenaga kerja


yang ada pada perusahaannya, baik secara material
maupun mental (misalnya dalam perjanjian/kontrak kerja)”.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
(Sonny Keraf: Membangun Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur, 1991)

• Prinsip BERBUAT BAIK (beneficence) dan TIDAK


BERBUAT JAHAT (nonmaleficence) : prinsip
moral untuk bertindak baik kepada orang lain
dalam segala bidang.
“Dasar prinsip tersebut akan membangun
prinsip‑prinsip hubungan dengan sesama yang
lain seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab,
dlsb.”
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
(Sonny Keraf: Membangun Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur, 1991)

• Prinsip KEADILAN : menuntut bahwa dalam


hubungan bisnis, seseorang memperlakukan
orang lain sesuai haknya.

”tentunya keseimbangan antara hak dan


kewajiban menjadi bagian terpenting dalam
sebuah bisnis.”
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
(Sonny Keraf: Membangun Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur, 1991)

• Prinsip HORMAT KEPADA DIRI SENDIRI :


menghargai diri sendiri

“Dalam melakukan hubungan bisnis, manusia


memiliki kewajiban moral untuk memperlakukan
dirinya sebagai pribadi yang memiliki nilai sama
dengan pribadi lainnya.”
5 TINGKATAN ETIKA BISNIS
(Carrol, 1989)

1.Tingkat individual :
• apakah seseorang akan berbohong mengenai rekening
pengeluaran,
• mengatakan rekan sejawat sedang sakit karena tidak ada di
tempat kerja,
• menerima suap,
• mengikuti saran teman sekerja sekalipun melampaui
perintah atasan.

Jika masalah etis hanya terbatas pada tanggungjawab


individual, maka seseorang harus memeriksa motif dan
standar etikanya sebelum mengambil keputusan.
5 TINGKATAN ETIKA BISNIS
(Carrol, 1989)

2. Tingkat organisasional:
Masalah etis muncul apabila :
• Seseorang atau kelompok orang ditekan untuk
mengabaikan atau memaafkan kesalahan yang
dilakukan oleh sejawat demi kepentingan
keharmonisan perusahaan, atau
• Jika seorang karyawan disuruh melakukan
perbuatan yang tidak sah demi keuntungan unit
kerjanya.
5 TINGKATAN ETIKA BISNIS
(Carrol, 1989)

3. Tingkat asosiasi :
Seorang akuntan, penasihat,dokter, dan
konsultan manajer harus melihat anggaran dasar
atau kode etik organisasi profesinya sebagai
pedoman sebelum ia memberikan saran pada
kliennya.
5 TINGKATAN ETIKA BISNIS
(Carrol, 1989)

4. Tingkat masyarakat :
• Hukum, norma, kebiasaan, dan tradisi yang
berlaku menentukan mana perbuatan yang dapat
diterima secara sah.
• Ketentuan ini tidak mesti berlaku sama di semua
wilayah/negara.
• Oleh karena itu, kita perlu berkonsultasi dengan
orang atau badan yang dapat dipercaya sebelum
melakukan kegiatan bisnis di wilayah/negara lain.
5 TINGKATAN ETIKA BISNIS
(Carrol, 1989)

5. Tingkat internasional:
• Masalah-msalah etis menjadi lebih rumit
untuk dipecahkan karena faktor nilai-nilai dan
budaya, politik dan agama ikut berperan.
• Oleh karena itu, konstitusi, hukum, dan
kebiasaan perlu dipahami dengan baik
sebelum seesorang mengambil keputusan.
CIRI-CIRI BISNIS YANG BERETIKA
• Ketaatan pada Hukum dan Aturan
• Akuntabilitas
• Responsibilitas
• Transparansi
• Kejujuran
• Independensi
• Empati
CIRI-CIRI BISNIS YANG BERETIKA
Ketaatan pada Hukum dan Aturan :
Tidak melangggar UU (PK, LH, dsb), tidak mengingkari kesepakatan
suatu perjanjian.
Contoh pelanggaran :
• Menjual rumah dengan mengabaikan persyaratan legalitas
maupun ketentuan standar keselamatan.
• Mempekerjakan anak, melanggar ketentuan cuti hamil dan cuti
bersalin, libur, dan istirahat karyawan.
• Memungut imbalan atau jaminan uang atas pekerjaan yang
diberikan kepada karyawan.
• Menjual produk yang rusak, kadaluarsa, dan berbahaya.
• Mencantumkan klausula eksonerasi (pengingkaran atau
pengalihan tanggungjawab) atas risiko kehilangan kendaraan atau
barang dalam kendaraan yang di parkir di wilayahnya.
• Menggunakan iklan yang menyesatkan.
CIRI-CIRI BISNIS YANG BERETIKA
Akuntabilitas (tanggunggugat) :
Menerapkan prinsip-prinsip usaha yang sehat, profesional
dan bertanggungjawab.
Contoh pelanggaran :
• Menanamkan uang klien pada investasi yang berisiko
tinggi hanya demi mengejar ’rente’.
• Tidak cermat dalam mengolah produk sehingga
membahayakan kesehatan konsumen
• Membuat iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan,
menyudutkan pesaing, dan cenderung merupakan
muslihat.
• Mengabaikan konstruksi bangunan sehingga
membahayakan konsumen.
CIRI-CIRI BISNIS YANG BERETIKA
Responsibilitas (tanggungjawab) :
sikap bertanggungjawab atas suatu kerugian yang
dikeluhkan konsumen, atau yang didesakkan oleh
masyarakat tentang suatu penyimpangan. Janji yang
harus ditepati, dan segera menepatinya.
Contoh pelanggaran :
• Menolak memberi ganti rugi atas kerusakan barang
yang merugikan pembeli
• Menolak mengganti kerugian atas kendaraan yang
hilang di wilayah parkirnya
• Menolak membantu biaya perawatan rumah sakit
pada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja.
CIRI-CIRI BISNIS YANG BERETIKA
Transparansi :
memberikan informasi secara proporsional dan efektif,
tidak menutupi atau menyembunyikan informasi
tertentu kepada konsumen dengan tujuan mengelabui
atau memanipulasi kesan.
Contoh pelanggaran :
• Penjual barang tidak menginformasikan cacat yang
tersembunyi kepada konsumen.
• Perusahaan pembiayaan konsumen tidak menjelaskan
risiko hukum yang timbul bila terjadi wanprestasi.
• Produsen obat tidak mencantumkan efek samping
obat yang dijual.
CIRI-CIRI BISNIS YANG BERETIKA
Kejujuran:
mengatakan sesuatu dengan sebenar-benarnya, tanpa ada
yang dipalsukan atau disembunyikan.
Contoh pelanggaran :
• Penjual obat mengklaim obatnya bisa menyembuhkan
bermacam-macam penyakit seketika.
• membuat iklan atau promosi yang manipulatif, menutupi
cacat, membuat kesan yang menyesatkan, dsb.
• Pemilik toko memasang iklan menjual barang diskon, yang
sebenarnya hanya bermaksud menggiring orang orang
membeli barang lain.
• Bank menentukan sepihak menaikkan beban tagihan yang
sudah disepakati semula.
CIRI-CIRI BISNIS YANG BERETIKA
Independen (kemandirian):
Tidak dipengaruhi oleh pihak lain/tidak ada intervensi/di
bawah tekanan dari pihak lain, sehingga yakin & kompeten
menghasilkan produk yang aman & bermanfaat.
Contoh pelanggaran :
• Pengembang ’menyunat’ spesifikasi konstruksi perumahan
agar bisa menyisihkan sejumlah uang untuk para pejabat
pemerintah bagian perijinan.
• Anggota asosiasi usaha dilarang menjual barang atau jasa
dibawah harga yang sudah dipatok oleh asosiasi, meskipun
harga rendah tersebut sudah menguntungkan.
• Pengelola media massa hanya boleh menyampaikan
berita-berita yang tidak ’menyinggung’ penguasa.
CIRI-CIRI BISNIS YANG BERETIKA
Empati :
Bisa memperlakukan pihak lain sebagaimana
dirinya mau diperlakukan (golden rule)
Contoh pelanggaran:
• Perusahaan pembiayaan tidak mau tahu kesulitan
konsumen untuk membayar angsuran meskipun
yang bersangkutan sedang di rawat di rumah
sakit.
• Penjual menjual produk yang membahayakan
keselamatan konsumen.
• Pengerah tenaga kerja memeras para TKI.
CSR
Keselamatan Karyawan
Menyediakan fasilitas kerja yang aman bagi
karyawan dengan memantau secara ketat proses
produksi :
• Tempat kerja yang representatif
• Peralatan dengan faktor keselamatan yang
memenuhi syarat
• Safety working : masker, sabuk pengaman,
kaos tangan, sepatu boot, dll
Perlakuan yang semestinya
dari karyawan lain
Memahami keragaman – mengintegrasikan
karyawan dengan berbagai latar belakang
sehingga bisa bekerjasama mencapai tujuan
bersama perusahaan :
• Perbedaan gender, agama/keyakinan,
pandangan politik, dll
• Mencegah terjadinya pelecehan (seksual,
rasis, dll)
Peluang yang setara
Perusahaan tidak dibenarkan melakukan diskriminasi :
• Asal daerah, suku, gender, ras, agama, dll
• Perlakukan preferensial/dikhususkan/diistimewakan
(tindakan afirmatif)? yang menyimpang dari tujuan
yang baik(dipaksakan?), yakni :meningkatan peluang
kerja bagi kaum minoritas, kaum wanita, kaum
difabel, dll (kesempatan yang dimiliki oleh seseorang
tidak dibatasi oleh ras atau jenis kelaminnya)
BEBERAPA HAK PEKERJA
• Hak atas pekerjaan
• Hak atas upah yang adil
• Hak untuk berserikat dan berkumpul
• Hak atas perlindungan keselamatan & kesehatan
• Hak untuk diproses hukum secara sah
• Hak untuk diperlakukan secara sama
• Hak atas rahasia pribadi
• Hak atas kebebasan suara hati
1

Anda mungkin juga menyukai