Anda di halaman 1dari 14

Disusun Oleh :

Rilo Herlambang
Azka Nabila Rukanta

Preseptor : dr. H. Satryo Waspodo., Sp.KFR

Bagian Ilmu Rehabilitasi Medik


P3D FK UNISBA-RS AL-IHSAN
BANDUNG
 Suatu sindroma klinis yang ditandai adanya
paralisis flasid
 Autoimun, didahului infeksi
 Saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis,
kadang saraf sensoris, otonom, maupun
susunan saraf pusat
 Dapat terjadi pada segala usia dan tidak
bersifat herediter
 0.6-1.9 per 100.000 populasi dan angka ini hampir
sama di semua negara.
 SGB dapat dialami pada semua usia dan ras. Dengan
usia berkisar 30-50 tahun merupakan puncak insiden
SGB, jarang terjadi pada usia ekstrim (PERSI, 2012).
 Insidensi SGB usia termuda yang pernah dilaporkan
adalah 3 bulan dan paling tua usia 95 tahun.
 Ras:
83 % penderita adalah kulit putih
7 % kulit hitam
5 % hispanis
1 % asia
4 % pada kelompok ras yang tidak spesifik (PERSI,
2012).
 2/3 ada pencetus
◦ Infeksi viral : CMV, EBV, HIV, Herpes zoster dan
simpleks, influenza, hepatitis A dan B
◦ Infeksi bakteri: C. jejuni, Mycoplasma pneumoni,
Shigella
◦ Penyakit sistemik : limfoma, tumor, SLE
◦ Pembedahan, trauma, vaksinasi.
(Belladona, 2010)
• 1/3 tanpa pencetus
 Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy
(AMSAN)
◦ infeksi saluran cerna C.jejuni. Patologi yang ditemukan
adalah degenerasi akson dari serabut saraf sensorik dan
motorik yang berat dengan sedikir demielinisasi.
 Acute Motor-Axonal Neuropathy (AMAN)
◦ infeksi saluran cerna C jejuni . Penderita tipe ini memiliki
gejala klinis motorik dan secara klinis khas untuk tipe
demielinisasi dengan asending dan paralysis simetris
 Miller Fisher Syndrome
◦ terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia.
Motorik biasanya tidak terkena. Perbaikan sempurna
terjadi dalam hitungan minggu atau bulan
 Acute inflammatory demyelinating
polyneuropathy (AIDP)
◦ mempunyai karakteristik kelemahan progressive
areflexic dan perubahan sensorik
 Chronic Inflammatory Demyelinative
Polyneuropathy (CIDP)
◦ gambaran klinik seperti AIDP, tetapi perkembangan
gejala neurologinya bersifat kronik
 Acute pandysautonomia
◦ Disfungsi dari sistem simpatis dan parasimpatis.
Tanpa sensorik dan motorik, jarang.
 Anamnesis
◦ Parastesi
◦ Kelemahan otot
◦ disfagia, diplopia dan bicara tidak jelas
◦ Gagal nafas
 Pemeriksaan fisik
◦ kesadaran yang compos mentis
◦ suhu tubuh normal
◦ penurunan denyut nadi
◦ peningkatan frekuensi nafas
◦ tekanan darah yang ortostatik hipotensi atau
tekanan darah yang meningkat
 Pemeriksaan penunjang
◦ Pemeriksaan LCS
 kenaikan kadar protein (1-1,5 g/dl) tanpa diikuti
kenaikan jumlah sel.
 >> pasien jumlah sel pasien kurang dari 10/mm3 dan
disebut dengan istilah disosiasi albumin sitologis .
◦ Pemeriksaan EMG
 mengkonfirmasi neuropati demielinisasi
◦ Pemeriksaan MRI
 gambaran cauda equina yang membesar
Monitoring disfungsi jantung dan paru
- Elektrokardiografi, tekanan darah, pulse oximetry untuk
saturasi hemoglobin (Hb), kapasitas vital dan kemampuan
menelan harus dimonitor pada pasien dengan gejala berat,
setiap 2-4 jam, atau 6-12 jam jika pasien stabil.
- Penanaman pacemaker jantung sementara, gunakan
ventilator mekanik, dan pemasangan tabung nasogastric
(NGT).

Pencegahan emboli pulmo


- Pencegahan menggunakan heparin subkutan dan kompresi
pada pasien dewasa yang tidak bisa berjalan.

Imunoterapi
- Terapi imun globulin intravena (IV) atau penggantian
plasma.
- Pada pasien yang telah stabil atau membaik, diobati dengan
imunoterapi, tapi jangan diberikan plasma jika sudah
diterapi imun, atau sebaliknya.
 Plasmaparesis atau plasma exchange
bertujuan untuk mengeluarkan faktor
autoantibodi yang beredar
 Pengobatan dilakukan dengan mengganti
200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14 hari.
Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan
saat awal onset gejala (minggu pertama).
1. Imunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih
menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek
samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg
BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance
0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.

2. Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
 6 merkaptopurin (6-MP)

 Azathioprine

 Cyclophosphamid

Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia,


muntah, mual dan sakit kepala

Anda mungkin juga menyukai