Anda di halaman 1dari 35

BUNUH DIRI DLM ISLAM

Oleh:
Ahmadi NH, dr., SpKJ
BUNUH DIRI
(CUICIDE, AL-INTIHAR/QOTHLUNNAFS)
Kematian yg ditimbulkan diri sendiri dan disengaja

Tindakan pembinasaan yg disadari dan ditimbulkan diri


sendiri, sebagai kebutuhan indivudual dimana tindakan
dirasakan sebagai pemecahan terbaik.

Tindakan dengan tujuan, sebagai cara keluar dari


masalah/krisis yang hampir selalu menimbulkan
penderitaan yg kuat
• Bunuh diri berhubungan dg:
 Kebutuhan yg dihalangi /tdk terpenuhi
 Keputusasaan/ketidak berdayaan
 Konflik ambivalen antara keinginan hidup dan
tekanan yg tdk dpt ditanggung
 Menyempitnya pilihan hidup yg dirasakan
 Kebutuhan utk meloloskan diri dan mrpk
tanda-tanda penderitaan.
Epidemiologi
• Insidensi dan prevalensi:
- Di AS 30.000 kematian/thn <= bunuh diri,
diperkirakan 8-10 kali > .Thn 1970-80: 230.000
bunuh diri,kira-kira 75 bunuh diri/hari

- Lebih dari 25 per 100.000 orang bunuh diri


(skandinavia, swiss, jerman, austria, eropa timur)

- Sekitar 10 per 100.000 orang bunuh diri (spanyol,


italia, irlandia, mesir, belanda)
• Faktor terkait:

- jenis kelamin: L 3 x > P berhasil melakukan bunuh diri,


P 4 x > L percobaan bunuh diri
- Metode: L => pintol, gantung diri, lompat dr tempat yg tinggi;
P => zat psikoaktif/racun, pistol.
- Usia: ↑ usia & krisis kehidupan >. L puncak bunuh diri > 45 thn
P > 55 thn
- Ras: kulit putih 2x > kulit hitam
- Agama: populasi katolik < protestan & Yahudi
- Pekerjaan: status sosial tinggi >, pe ↓ status sosial >
- perkawinan yg sdh ada anak <
- kesehatan fisik: perawatan medis sblmnya > 25-75 % bunuh diri
tdpt penyakit fisisk.
- Kesehatan mental: -penyalahgunaan alkohol dan zat, depresi,
skizofrenia, demensia, delirium (80% depresi, 10 % skizofrenia,
4% demensia/delirium)
- Pasien psikiatri 3-12 x > resiko bunuh diri dr pasien non psikiatri
ETIOLOGI
• Faktor sosial,
Emile durkheim: 3 kategori sosial bunuh diri;
1. Egoistik: tdk terintegrasi kuat dlm kelompok sosial
(misal tdk menikah)
2. Altruistik: terintegrasi dlm masyarakatnya, ttp
terganggu norma perilaku
3. Anomik: ketidak stabilan sosial, perubahan ekonimo
drastis, kehancuran standar dan nilai-nilai masyarakat
• Faktor psikologis:
- teori Freud: psikoanalisis
- teori meninger: bunuh diri adalah pembunuhan yg
diretrofleksikan, yg dibalikkan krn kemarahan pd orang
lain, pengampunan akan hukuman; istink kematian yg
diarahkan pd diri sendiri, 3 komponen permusuhan
bunuh diri: keinginan membunuh, keinginan dibunuh,
keinginan mati
- teori lain: kayalan balas dendam, kekuatan,
pengendalian, hukuman; pertobatan, pengorbanan,
pemulihan, meloloskan diri, pembebasan, kelahiran
kembali, hidup baru, berkumpul dg org yg sdh
meninggal.
• Faktor fisiologi/biologi:
- Genetika
- Neurokimiawi: defisiensi serotonin, ↓ metabolisme 5-HIAA;
pertanda perifer: ↑kortisol bebas dlm urin,↓ ambilan serotonin
trombosit, ↑ jumlah ikatan imipramin (tofranil)

• Cedera yg diakibatkan diri sendiri (self injury, mutilasi):


- alasan: kemarahan diri sendiri/orang lain, ↓-kan ketegangan,
keinginan utk mati
- alat: silet, pisau, pecahan kaca, cermin
- tempat: pergelangan tangan, lengan, lipat paha, tungkai,
wajah, abdomen, payudara.
- ggn kepribadian: introvert, neurotik, bermusushan;
penyalahgunaan alkohol/zat
PENANGANAN (TERAPI)
• Rawat inap RS:
- kurang/tdk ada sistem pendukung sosial yg kuat
- riwayat perilaku impulsif,dan tdk mampu mengendalikan
- ada rencana tindakan bunuh diri sebelumnya
- pernah melakukan usaha bunuh diri sebelumnya

• Ruang pasien dekat perawat, pengawasan terus-menerus


• Medikasi sesuai indikasi:
Depresi: antidepresan, Ggn Psikotik: antipsikotik,
ECT utk ggn yg parah;
Psikoterapi suportif, Psikoterapi individu, kelompok, keluarga;
dukungan sosial & dukungan rasa aman
Rawat jalan:
- Pasien punya kekuatan mengendalikan impuls bunuh diri
- Pasien punya kekuatan utk mencari bantuan
- Klinisi siap dihubungi 24 jam
- Keluarga bertanggung jawab 24 jam

• Tindakan preventif praktis utk menghalangi org yg ingin


bunuh diri (Schneidman)
1. Memodifikasi lingkungan yg penuh stres, menuliskan
bantuan dari (pasangan, perusahaan, teman) => ↓
penderitaan psikologis
2. Membangun dukungan yang realistik, tdk semu, hanya
janji-2
3. Menawarkan alternatif thd bunuh diri (solusi lain)
Pertimbangan Hukum dan Etik
• Tuntutan hukum
- apakah pasien scr berkala sdh diperiksa utk resiko bunuh diri
- apakah sdh disusun rencana pengobatan dg tingkat keamanan
tinggi,
- apakah staf yg terlibat sdh mengikuti rencana pengobatan.

• Bunuh diri/rencana bunuh diri:


- kejahatan berat dan pelanggaran hukum; org yg membantu
tindakan bunuh diri dpt dihukum.
- tdk kriminal dan tdk sah scr hukum umumnya Bunuh diri/usaha
bunuh diri tdk dpt dihukum.

• Penting adanya pusat pencegahan bunuh diri


BUNUH DIRI DLM ISLAM
• Bunuh diri termasuk dosa besar. Dan hukumnya haram, Membunuh diri
sendiri, sebagaimana membunuh orang lain, dilarang keras oleh Islam.

• Manusia dimuliakan oleh Allah dan diutamakan melebihi kebanyakan


makhluk ciptaan-Nya yang lain. Firman Allah Swt.:

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut


mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS 17. Al-Israa: 70)

• Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Firman Allah Swt.:


"Ingarlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'" (QS 2. Al-Baqarah:
30)

• Manusia dalam bentuk yang sangat sempurna, seperti dalam firman-Nya:


"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya." (QS 95. At-Tiin: 4)
• Manusia di samping ada organ fisik, juga ada akal pikiran dan hati
nurani (jiwa), Karena itu, semua sikap atau tindakan yang
merendahkan martabat kemanusiaan dilarang oleh Islam.

• Orang yang bunuh diri adalah orang yang lari dari tanggungjawab
kemanusiaannya. Dan lebih parah dari itu menunjukkan kurangnya
kepercayaan yang bersangkutan terhadap kemurahan Tuhannya.

• Umumnya bunuh diri memang disebabkan oleh kurangnya


pemahaman dan penghayatan terhadap agama. Seperti Agama
mengajarkan sabar, tawakal, melarang putus asa, dan seterusnya.

• Orang mukmin tidak boleh membunuh tanpa alasan yang haq. Dan
membunuh diri sendiri adalah membunuh tanpa alasan yang haq,
dengan kata lain, orang yang beriman tidak boleh membunuh
dirinya sendiri dengan alasan apapun.
• Allah berfirman:

"Dan janganlah kamu membunuh dirimu;


sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu." (QS 4. An-Nisaa: 29)

"Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke


dalam kebinasaan..." (QS 2. Al-Baqarah: 195)
• Dlm hadis sahih riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu
Hurairah r.a. disamping menunjukkan mukjizat Nabi SAW, bisa dijadikan dalil
beratnya dosa membunuh diri. Kata Abu Hurairah:

"Kami ikut perang bersama Rasulullah Saw. dalam perang Hunain. Rasulullah
berkata menunjuk seorang laki-laki yang mengaku Islam: 'Orang ini penghuni
neraka.' Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan gagah
berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah
Saw.: 'Orang yang tasi Anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang
dengan gagah berani, dan sekarang dia tewas.' Nabi Saw. pun bersabda: 'Dia
ke neraka.' Hampir saja sebahagian muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika
mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia
tidak tewas dalam peperangan, tetapi terluka parah dan pada malam hari
orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri.."
(HR. Bukhari dan Muslim) Na'uudzubillaah!

• (Bukhari (5778) dan Muslim (158) dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
• Membunuh diri sendiri dengan menggunakan cara dan alat
apapun merupakan dosa yang sangat besar di sisi Allah Azza wa
Jalla.

• Hadits riwayat Bukhari (5778) dan Muslim (158) dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam:
(( ‫من قتل نفسه بحديدة فحديدته في يده يتوجأ بها في بطنه في نار جهنم خالدا مخلدا‬
‫فيها أبدا ومن شرب سما فقتل تفسه فهو يتحساه في نار جهنم خالدا مخلدا فيها أبدا ومن‬
‫))تردى من جبل فقتل نفسه فهو يتردى في نار جهنم خالدا مخلدا فيها أبدا‬
“Barangsiapa yang bunuh diri dengan besi di tangannya, dia
(akan) menikam perutnya di dalam neraka jahannam yang kekal
(nantinya), (dan) dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan
barangsiapa yang meminum racun lalu bunuh diri dengannya,
maka dia (akan) meminumnya perlahan-lahan di dalam neraka
jahannam yang kekal, (dan) dikekalkan di dalamnya selama-
lamanya. Dan barangsiapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan
dirinya dari atas gunung, dia akan jatuh ke dalam neraka
jahannam yang kekal (dan) dikekalkan di dalamnya selama-
lamanya.”
• Dlm Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari
Tsabit bin Dhahhak radhyiallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
(( ‫))ومن قتل نفسه بشيئ في الدنيا عذب به يوم القيامة‬
“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan
sesuatu di dunia, maka dia disiksa dengan (alat
tersebut) pada hari kiamat.”

• Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu:


“Intihar adalah bunuh diri secara sengaja dengan
sebab apapun, dan ini diharamkan dan termasuk
dosa yang paling besar.” (Fatawa Islamiyyah,
4/519).
• (Dlm Tahrirul Maqaal Fi Annahu Intihar Wa Laisa Isytisyhaad, Abu Muhammad
Nashir As-Salafi, 17). fatwa dari Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
rahimahullah ta’ala:
• “Adapun yang dilakukan oleh sebagian orang berupa intihar (melakukan bom
bunuh diri) dengan cara membawa peledak (bom) kepada sekumpulan orang-
orang kafir, kemudian meledakkannya setelah berada di tengah-tengah mereka,
sesungguhnya ini termasuk bunuh diri. Barangsiapa yang membunuh dirinya,
maka dia kekal dan dikekalkan dalam neraka Jahannam selamanya sebagaimana
yang terdapat dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
• Sebab, bunuh diri tidak memberi kemaslahatan bagi Islam karena ketika dia
bunuh diri dan membunuh sepuluh atau seratus atau dua ratus (orang kafir),
tidaklah memberi manfaat kepada Islam dengan perbuatan tersebut di mana
manusia tidak masuk ke dalam Islam. Berbeda dengan kisah anak muda tersebut
(maksudnya adalah kisah Ashabul Ukhdud yang panjang, lihat haditsnya dalam
Riyadhus Shalihin hadits no. 30 bab: Sabar, pen).

• Dan boleh jadi, yang terjadi musuh justru akan semakin keras perlawanannya dan
menjadikan darah mereka mendidih. Sehingga semakin banyaklah kaum muslimin
yang terbunuh sebagaimana yang ditemukan dari perlakuan Yahudi terhadap
penduduk Palestina. Jika mati salah seorang dari mereka dengan sebab peledakan
ini dan terbunuh enam, tujuh, maka mereka mengambil dari kaum muslimin –
dengan sebab itu- enam puluh orang atau lebih sehingga tidak mendatangkan
manfaat bagi kaum muslimin dan tidak bermanfaat pula bagi yang diledakkan di
barisan-barisan mereka
• tindakan bunuh diri, adalah membunuh jiwa
tanpa hak dan menyebabkan masuknya ke
dalam neraka. Dan pelakunya bukanlah
syahid. Namun jika seseorang melakukan itu
dengan anggapan bahwa hal tersebut boleh
dan dianggap syahid, maka tidak demikian.
Sebab, dia tidak menempuh cara untuk mati
syahid. Dan barangsiapa yang berijtihad dan
dia salah, maka baginya satu pahala.” (Syarah
Riyadhus Shalihin 1/165. Lihat pula: Tahrir Al-
Maqaal: 23-24).
BOM BUNUH DIRI MENURUT ISLAM
Oleh Abdul Wahab, MHI
I. Pendahuluan
Perjuangan tidak pernah mengenal kata akhir, namun cara berjuang
tiap umat seringkali mengalami perubahan searah dengan
perubahan sarana-sarana perang. Pada tahun-tahun terakhir, sering
terdengar upaya beberapa kelompok muslim yang melakukan bom
bunuh diri atau juga dikenal sebagai suicide bombing dan human
bombing atau bom manusia. Hemat penulis, istilah yang lebih tepat
untuk ini adalah bom jihad—untuk membedakannya dari “bunuh
diri yang memakai bom”—tapi ada baiknya penulis memakai istilah
bom bunuh diri karena lebih banyak digunakan, dengan cataan
bahwa: istilah “bom bunuh diri” dalam makalah ini adalah
dimaksud untuk merujuk pada “bom jihad.” Secara umum ada dua
reaksi para ulama dalam menyikapinya, sebagian melarang dan
sebagian lagi memuji. Kedua kelompok tersebut sama-sama
menyertakan argumen-argumennya, baik naqly maupun aqly.
BOM BUNUH DIRI MENURUT ISLAM
Pendapat yang mengharamkan
Sementara itu ulama kontemporer yang mengharamkan aksi
bom manusia antara lain:
1. Syaikh Nashiruddin Al-Albani (ulama Arab Saudi).
2. Syaikh Shaleh Al-Utsaimin (ulama Arab Saudi).
3. Syaikh Hasan Ayyub[15].
4. Hai’ah Kibarul Ulama (Majelis Ulama Senior Arab Saudi)
yang diketuai oleh ‘Abdul-Aziz bin Abdullaah bin Muhammad
Aal ash-Shaykh yang
beranggotakan 16 ulama terkemuka seperti Salih bin
Muhammad al-Lahaidaan, Abdullah bin Sulaiman al-Muni’,
Abdullah bin Abdurahman al-Ghudayan dan lain-lain.[16]
5. Majelis Ulama Indonesia (MUI).[17]
Alasan-alasan kelompok yang mengharamkan antara lain:

1. Sabda Rasulullah saw tentang bunuh diri dalam beragam hadith


yang redaksinya beragam dan telah tersebar luas. Di antaranya adalah:
]18[ ‫ومن قتل نفسه بشيء عذب به يوم القيامة‬
“Barangsiapa membunuh dirinya sendiri di dunia dengan cara apapun,
maka Allah akan menghukum dia dengan hal yang sama (yang dia
lakukan yang menyebabkan dia terbunuh) di hari kiamat”
2. Kegiatan ini mengandung sifat membunuh orang-orang yang
hidup, yang syari’ah Islam melindunginya.
3. Kegiatan ini mengakibatkan kerusakan di bumi, mengandung
unsur perusakan harta benda dan apa-apa yang dimiliki, sementara hal
itu dilindungi.[19]
4. Bom bunuh diri hukumnya haram karena merupakan salah satu
bentuk tindakan keputus-asaan (al-ya’su) dan mencelakakan diri
sendiri (ihlak an-nafs), baik dilakukan di daerah damai (dar al-
shulh/dar al-salam/dar al-da’wah) maupun di daerah perang (dar al-
harb).[20]
5. Bom bunuh diri menodai citra islam.
II. Hukum bom bunuh diri dalam islam
A. Definisi
Bom bunuh diri atau juga dikenal sebagai bom manusia
(human bombing) menurut Nawaf Hail Takruri adalah aktivitas
seorang (mujahid) mengisi tas atau mobilnya dengan bahan
peledak, atau melilitkan bahan peledak pada tubuhnya,
kemudian menyerang musuh di tempat mereka berkumpul,
hingga orang tersebut kemungkinan besar ikut
terbunuh.[1]Adapun menurut Muhammad Tha’mah Al-Qadah
adalah aktivitas seorang mujahid yang melemparkan dirinya
pada kematian untuk melaksanakan tugas berat, dengan
kemungkinan besar tidak selamat, akan tetapi dapat memberi
manfaat besar bagi kaum muslimin.[2]
Bom bunuh diri dalam makalah ini tidaklah sama dengan sekedar
bunuh diri biasa yang dilatarbelakangi keputusasaan, tetapi kegiatan
bunuh diri yang dilatarbelakangi keyakinan oleh pelaku bahwa
perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk
memperjuangkan kebenaran. Secara garis besar terdapat dua
pendapat ulama dalam masalah aksi bom manusia tersebut, yaitu
sebagian membolehkan dan sebagian lainnya mengharamkan
B. Pendapat yang memperbolehkan
Di antara ulama masa kini yang membolehkan bom bunuh diri
adalah[3]:
1. Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaili (Dekan Fakultas Syariah
Universitas Damaskus).
2. Prof.Dr. Wahbah Az-Zuhaili (Ketua Jurusan Fiqih dan Ushul Fiqih
Fakultas Syariah Universitas Damaskus).
3. Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi (Ketua Jurusan Theologi
dan Perbandingan Agama Fakultas Syariah Universitas Damaskus).
4. Dr. Ali Ash-Shawi (Mantan Ketua Jurusan Fiqih dan Perundang-
undangan Fakultas Syariah Universitas Yordania).
Hukum Menerobos Sarang Musuh
• Banyak terjadi kesalahpahaman tentang riwayat-riwayat yang terdapat dalam
hadits Nabi shallalahu ‘alaihsi wasallam dan para sahabatnya berkenaan
tentang masalah ini, yang menyebabkan mereka tidak bisa membedakan
antara hukum bom bunuh diri dengan menyerang ke barisan musuh (sarang
musuh) sampai mati. Dalam masalah ini telah terjadi tiga kubu:
• - Pertama adalah kubu yang membawa nash-nash tentang menyerang ke
barisan musuh kepada bolehnya melakukan bom bunuh diri, sebagaimana yang
difahami oleh para hizbiyyun dari kalangan Ikhwanul Muslimin dan selainnya.
• - Kedua adalah kubu yang menganggap seluruhnya adalah tindakan bunuh diri,
termasuk menyerang ke sarang musuh hingga mati. Ini difahami oleh sebagian
orang yang mengaku Ahlu Sunnah tapi jahil dan tidak mampu membedakan
antara dua keadaan.
• - Yang benar adalah kubu yang ketiga, yang membedakan antara kedua hukum
disebabkan karena terjadinya perbedaan kondisi. Di mana keadaan kedua ini
dengan cara sebagian masuk ke daerah musuh lalu melakukan pertempuran
hingga terbunuh melalui tangan musuh, bukan meledakkan tubuh sendiri.
Adapun keadan kedua ini adalah amalan yang disyari’atkan berdasarkan dalil-
dalil yang akan kita sebutkan beserta perkataan para ulama.
• Diantara dalil disyariatkannya amalan tersebut:
• Tentang tafsir firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 195:
• Diriwayatkan oleh Tirmidzi (4/72) dari Aslam Abu
Imran At-Tujibi, ia berkata: Ketika kami berada di
daerah Romawi, mereka mengeluarkan barisan
(tentara perang) yang besar. Maka keluarlah kaum
muslimin semisal (jumlah mereka) atau lebih untuk
menghadapi mereka. Yang memimpin tentara Mesir
adalah Uqbah bin Amir dan jamaah yang lainnya
dipimpin Fudhalah bin Ubaid. Maka salah seorang
dari kaum muslimin menerobos masuk ke barisan
Romawi hingga masuk ke tengah-tengah mereka.
Maka berteriaklah manusia dan berkata:
Subhanallah, dia telah melemparkan dirinya ke
dalam kebinasaan.”
• Maka Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah mentakwil ayat ini
dengan menakwilan seperti ini. (Padahal) sesungguhnya ayat ini
turun berkenaan dengan kami kaum Anshar di saat Allah telah
memuliakan Islam dan semakin banyak para penolongnya, maka
sebagian kami berbisik terhadap sebagian lainnya tanpa
sepengetahuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
‘Sesungguhnya harta kita telah terlantar dan sesungguhnya
Allah telah muliakan Islam dan semakin banyak penolongnya.
Maka sekiranya kita memperbaiki perekonomian kita dan
menata kembali apa yang telah terlantar.’ Lalu Allah Azza wa
Jalla menurunkan firman-Nya tersebut kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bantahan dari apa yang
kami katakan. Maka kebinasaan (yang dimaksud) adalah
memperbaiki perekonomian dan menatanya lalu meninggalkan
peperangan.’ Maka Abu Ayyub terus berjihad di jalan Allah
sampai beliau dikuburkan di Romawi.“
• (Hadit ini dishahihkan oleh Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i
dalam Ash-Shahihul Musnad Fi Asbabin Nuzul: 34).
• Lihat pula penafsiran para ulama dalam
menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 207,
dimana Umar bin Khattab dan Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhuma membantah komentar
orang yang mengatakan tentang salah seorang
yang menerobos masuk di antara dua barisan
musuh dengan menyatakan: Dia telah
melemparkan dirinya dalam kebinasaan. Maka
mereka dibantah oleh Umar dan Abu Hurairah
dengan firman Allah tersebut. (Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf
(5/303) dan Baihaqi dalam Al-kubra (9/46))
• Telah diriwayatkan oleh Bukhari (2805) dan Muslim (3523) dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Pamanku Anas bin Nadhr tidak ikut
serta dalam perang Badar, maka beliau berkata: “Wahai Rasulullah, aku
tidak ikut perang pertama yang engkau memerangi musyrikin.
Sekiranya Allah memberi kesempatan padaku hadir dalam memerangi
musyrikin, maka Allah akan melihat apa yang akan aku perbuat!” Maka
ketika pecah perang Uhud dan kaum muslimin kalah, beliau berkata: “Ya
Allah, sesungguhnya aku berudzur padamu dari apa yang dilakukan
mereka ini (yaitu larinya kaum muslimin dari medan pertempuran) dan
aku berlepas diri kepadamu dari apa yang dilakukan mereka ini (kaum
musyrikin).” Lalu beliau maju dan bertemu Sa’ad bin Mu’adz lalu
berkata: “Wahai Sa’ad bin Mu’adz, surga, demi Rabb-nya Nadhr,
sesungguhnya aku mencium baunya di bawah kaki Gunung Uhud.” Kata
Sa’ad bin Muadz: “Aku tidak mampu berbuat sepertinya wahai
Rasulullah.” Berkata Anas bin Malik: “Lalu kami menemukannya
terdapat delapan puluh lebih luka berupa tebasan pedang, tombak, dan
lemparan panah. Dan kami menemukannya telah dicincang oleh kaum
musyrikin, maka tidak seorang pun mengenalnya kecuali saudara
perempuannya yang mengenali jarinya.” Berkata Anas bin Malik: “Kami
mengira bahwa ayat ini turun berkenaan tentangnya.” (Al-Ahzab: 23)
• Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (13/45-46) dari
Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Bangkitlah kalian menuju surga yang
seluas langit dan bumi.” Berkata Umair bin Al-Humam Al-
Anshari: “Wahai Rasulullah, surga seluas langit dan bumi?”
Beliau menjawab: “Iya.” Diapun berkata: “Bakhin, bakhin
(ucapan yang menunjukkan rasa takjub, pen).” Maka
bertanya Rasulullah: “Apa yang membuatmu
mengucapkan bakhin bakhin?” Dia menjawab: “Tidak
wahai Rasulullah, melainkan aku berharap agar (aku)
termasuk penduduknya.” Beliau berkata: “Engkau
termasuk penduduknya.” Maka dia mengeluarkan
beberapa buah korma dari tempatnya lalu memakannya,
kemudian berkata: “Jika aku hidup sampai aku memakan
buah kormaku ini, sesungguhnya ini adalah kehidupan
yang panjang.” Diapun melempar korma yang ada di
tangannya kemudian bertempur hingga terbunuh.
• Beberapa dalil lain yang menunjukkan bolehnya amalan
ini. (dlm Sunan Al-Kubra karangan Al-Baihaqi, bab: Man
Tabarra’a Bitta’arrudh Bil Qatl, 9: 43-44).

• Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah ta’ala: “Oleh karena


itu, para imam empat membolehkan seorang muslim
menerobos ke dalam barisan orang-orang kafir, meskipun
besar perkiraannya bahwa mereka akan membunuhnya
jika yang demikian mendatangkan kemaslahatan bagi
kaum muslimin.” (Majmu’ Fatawa, 28: 540).

• Berkata An-Nawawi: “(Hadits) ini menunjukkan bolehnya


menerobos ke tengah orang-orang kafir dan menghadapi
mati syahid. Dan ini boleh, tidaklah dibenci menurut
mayoritas para ulama.” (Syarah An-Nawawi, 13:46)
Bantahan terhadap pendalilan kisah ini
dari beberapa sisi:
• Pertama, hadits ini menggambarkan seorang pemuda yang terbunuh
namun dia menjadi sebab datangnya kemaslahatan yang jelas, yaitu
masuk Islamnya seluruh penduduk kampung. Berbeda dengan bom
bunuh diri yang sama sekali tidak mendatangkan kemaslahatan,
bahkan kemudharatan yang semakin besar dengan terbunuhnya
kaum muslimin dalam jumlah yang semakin hari kian bertambah.
Manakah kemaslahatan itu? Apakah orang Yahudi berbondong-
bondong masuk Islam dengan sebab amalan tersebut?

• Kedua, pemuda tersebut tidak membunuh dirinya sendiri namun dia


terbunuh melalui tangan sang raja disaat dia mengucapkan kalimat
tauhid (yang menyebabkan) masuk Islam seluruh penduduknya.
Berbeda dengan bom bunuh diri yang meledakkan diri sendiri
bersama yang lainnya, (yakni) membunuh diri sendiri dengan sengaja,
manakah persamaan itu?
• Ketiga, terdapat perbedaan antara bunuh diri dengan
memberikan petunjuk tentang cara membunuhnya
disebabkan karena (ia) mendapatkan ilham akan adanya
kemaslahatan yang lebih besar. Adapun yang mereka
lakukan tidak lebih meninggalkan bekas yang lebih
buruk yang menimpa kaum muslimin dengan sebab
balas dendam yang dilakukan oleh orang-orang kafir
Yahudi terhadap kaum muslimin yang lemah. Ditambah
lagi kurangnya ilmu yang mereka miliki serta
tersebarnya kebid’ahan, kemaksiatan, dan jauhnya
mereka dari ilmu sunnah .Wallahul musta’an. (Lihat
Arraddu ‘Alaa Mujizil Intihaar, Mahir bin Dzafir Al-
Qahthani: 6-7)
• Dikutip dari http://asysyariah, Penulis: Al Ustadz Abu
Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi, Judul asli :Bom
Bunuh Diri Dalam Timbangan Syariat
• Membantah Syubhat yang Membolehkan Bom Bunuh Diri
Mereka yang berpendapat bolehnya melakukan bom bunuh
diri selalu menggunakan hujjah berupa dalil-dalil yang
membolehkan menerobos masuk ke sarang musuh, dan telah jelas
bagi para pembaca rahimakumullah perbedaan di antara keduanya.
Namun ada satu dalil yang juga mereka jadikan sebagai alasan
bolehnya amalan ini, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim,
yang menceritakan tentang Ashabul Ukhdud, di mana seorang
pemuda yang bertauhid memberikan petunjuk kepada sang raja
yang dzalim tentang cara membunuhnya, yang mendatangkan
kemaslahatan yang luar biasa, yaitu masuk Islamnya seluruh
penduduk kampung dan meninggalkan agama nenek moyangnya.
(Lihat kisahnya dalam kitab Riyadhus Shalihin bab “Sabar” hadits
no. 30)
Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan


sebagai berikut:
A. Bom bunuh diri tidaklah sama dengan bunuh diri
B. Pihak-pihak yang mengharamkannya didasari pada
anggapan bahwa bom bunuh diri adalah sama saja
dengan bunuh diri
C. Hukum asal bom bunuh diri (dalam arti bom jihad)
adalah boleh, bahkan terpuji, namun dapat berubah
menjadi haram bila dilakukan dengan cara melampaui
batas atau justru dapat merugikan umat islam secara
umum.

Anda mungkin juga menyukai