Meningitis
RENJANA RI ZKIKA
1620221199
K E PA N I T E R A A N K L I N I K D E PA R T E M E N A N A S T E S I A D A N R E A N I M A S I
R S U P P E R S A H A B ATA N
Kasus
IDENTITAS PASIEN
Autoanamnesa dilakukan dengan Ibu pasien tanggal 09 Juli 2018 pukul 17.30 di bangsal
Anggrek Tengah B
Sering keluar cairan sejak kecil, kurang lebi satu tahun terakhir tidak pernah
keluar cairan. Terdapat penurunan pendengaran dikedua telinga, terutama
telinga kanan.
Pasien tidak memiliki riwayat asma, penyakit jantung, ginjal, hepar,
RPD hipertensi, diabetes mellitus dan kecelakaan/trauma
Alergi
Tanda Vital
• Suhu : 36,8 ºC
• Tekanan Darah :110/70 mmHg
• Nadi : 68 x/menit, reguler, kuat, isi cukup.
• Pernapasan : 18 x/menit
Status Antropometri
• Berat badan : 65 kg
Status Generalis
Status Generalis
Kepala dan Leher : normocephal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : bentuk telinga normal, Sekret -/-
Hidung : Nafas cuping hidung -/-, septum deviasi -/-, sekret -/-
Mulut : Mukosa bibir kering, sianosis (-), sariawan (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1
Leher : Perbesaran KGB (-)
Thoraks :
Inspeksi : Normochest, Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua hemithoraks
Auskultasi : Suara nafas vesikular, Rhonki -/-, Wheezing -/-, BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : sedikit cembung, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen
Palpasi : Supel, turgor baik, tidak ada pembesaran hepar dan lien
Ekstremitas
Akral hangat, simetris, CRT <2 detik, edema (-), sianosis (-), jejas (-), bekas trauma (-), massa (-),
HITUNG JENIS
Basofil 0.2 0-1 %
Eosinofil 2,4 1-3 %
Neutrophil 52,7 52,0-76,0 %
Limfosit 28,8 20-40 %
Monosit 5,9 2-8 %
RDW-CV 12,6 11,5-14,5 %
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
PT pasien 11 9,8-11,2 detik
PT control 11,4
INR 0,98
APTT
APTT pasien 36,2 31,0-47,0 detik
APTT control 34,4
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Rontgen Mastoid
◦ Kesan : Mastoiditis bilateral
Kesan ASA (The American Society of Anesthesiologist)
• ASA 2
• Anemia (Hb : 12,6 gr/dL ; Ht : 37,8%)
Status Anestesi
Anestesi dilakukan pada posisi terlentang dengan posisi kepala dielevasikan 150. Lama anestesi 4
jam 45 menit (pukul 10.15 – 15.00) dan lama operasi 4 jam 15 menit (pukul 10.30 – 14.15)
Rencana Anestesi : General anestesi dengan intubasi
Premedikasi
Midazolam (0,05-0,1mg/kgBB) = 3,75 mg – 6,5 mg → 4 mg
Fentanyl (1-3 µg/kgBB) = 65 mcg – 195 mcg → 100 mcg
Induksi
Propofol (1,5-2,5 mg/kgBB) = 102,5 mg – 167,5 mg → 120 mg
Pelumpuh Otot
Atracurium (0,5-0,6 mg/kgBB) : 37,5 mg – 44 mg → 40 mg
Status Anestesi
Pemasangan ETT
ETT kingking dengan cuff ukuran 7
Maintenance
Air : O2 = 1,7 : 1,1
Gas Sevoflurane 2%
Status Anestesi
Medikasi Teknik Hipotensi
meninggikan kepala pasien 15o dan menggunakan agen inhalasi sevoflurane. Selanjutnya untuk
mencapai target hipotensi pada pasien, digunakan obat anastesi, sedasi dan pelumpuh otot
untuk efek samping dari hipotensi pada pasien. Jika dengan menggunakan obat-obat diatas
pasien sudah mencapai target hipotensi, monitoring untuk menjaga MAP agar sesuai target
dilakukan selanjutnya. Selama proses operasi jika MAP tidak mencapai target hipotensi dapat
diberikan agent hipotensi injeksi berupa klonidin dengan dosis 1,5 mcg/kgBB namun tetap harus
dilakukan pemantauan yang ketat pada MAP pasien.
Monitoring
Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama anestesia : pengamatan tanda klinis
(kualitatif) seperti pergerakan dada, observasi reservoir breathing bag, serta pastikan stabilitas
ETT tetap terjaga
Pemantauan oksigenasi selama anestesia : pemantauan dilakukan dengan pemasangan pulse
oximetri untuk mengetahui saturasi O2
Pemantauan adekuat atau tidaknya fungsi sirkulasi pasien :
◦ Pemantauan tekanan darah arterial dan denyut jantung
◦ Pemantauan EKG secara kontinu mulai sebelum induksi anestesi
50 46
40
30
20
10
0
10:15 10:30 10:45 11:00 11:15 11:30 11:45 12:00 12:15 12:30 12:45 13:00 13:15 13:30 13:45 14:00 14:15 14:30 14:45 15:00
Tujuan
• Mengurangi perdarahan
• Mengoptimalkan lapangan operasi
• Mempercepat durasi operasi
• Mengurangi kebutuhan tranfusi darah
Indikasi
Bedah saraf dan bedah mikroskopik
Prosedur ortopedik besar seperti total hip artroplasti atau operasi tulang belakang yang rumit
Pembedahan tumor yang besar
Pembedahan daerah kepala dan leher
Beberapa prosedur bedah plastik
Pasien yang karena alasan keyakinannya menolak untuk dilakukan transfusi darah.
Kontraindikasi
Kurangnya pengalaman dan pemahaman mengenai teknik hipotensi terkendali
Penyakit yang mempengaruhi perfusi, oksigenasi dan fungsi organ seperti: DM dengan komplikasi, penyakit
serebrovaskular, disfungsi ginjal dan hepar, hipertensi tidak terkontrol, PJK, gagal jantung kongestif, peningkatan
TIK
Usia tua sekali dimana telah terjadi penurunan fungsi organ atau usia muda sekali dimana fungsi organ belum
sempurna.
Fisiologi
Keterangan: MAP – CVP = SVR X CO
MAP: Mean arterial pressure
SVR: sistemic vascular ressistency CO = SV x HR
CO: cardiac output Preload
CVP: Central venous pressure.
Kontraktilitas
SV: Stroke volume
Afterload
HR: Heart rate
Karena CVP biasanya sangat kecil jika dibandingkan dengan MAP, biasanya bisa diabaikan.
Hipotensi = SVR
CO
SVR + CO
Manuver
posisi
Kontrol
ventilasi
Farmakologi
Manuver Posisi
ditinggikan 15 – 20 derajat
Setiap menaikan 2,5 cm ketinggian vertikal,
tekanan darah akan turun 2 mmHg.
1 2
3
Mencegah
Mengontrol
mekanisme Menghilangkan
venous return
normal dari kapasitas
ke jantung,
pompa pulmonary
terutama
respirasi vascular bed
jantung kiri
rongga toraks
Nilai PaCO2 harus dikontrol dan dipertahankan mendekati nilai normal
Tekanan darah
Pelepasan
katekolamin
PaCO2
meningkat
Hipoventilasi
Farmakologi
Aliran darah otak (ADO) akan tetap stabil karena adanya autoregulasi otak. Perubahan tekanan
darah dalam batas antara 60 – 140 mmHg tidak akan mempengaruhi ADO secara signifikan. Jika
MAP < 50-60 mmHg autoregulasi otak akan menghilang dan ADO akan turun
Faktor paling penting dalam autoregulasi otak adalah cerebral perfusion pressure yang
dikalkulasikan sebagai MAP – ICP (intra Cranial Pressure). Sehingga Pasien dengan tekanan
intrakranial (TIK) meningkat sebaiknya tidak dilakukan teknik hipotensi kendali sampai
duramater dibuka, karena penurunan tekanan darah dapat meningkatkan risiko iskemia otak.
Jantung Paru
1
2