Anda di halaman 1dari 136

By : Ida Nur Apriani, S.ST, M.

Si
Nutrisi Mikroorganisme
Mengapa Mikroba membutuhkan
Nutrisi?
Mendapatkan Energi

Tumbuh
Aktivitas metabolisme

Replikasi

Komponen sel baru


 Untuk memahami kebutuhan nutrisi

mikroba, sangat penting untuk memahami


komposis kimia sel mikroba
 Nutrisi
o Mensupply monomer (atau prekursor)
o Dibutuhkan untuk pertumbuhan sel

 Nutrisi makro
 Elemen yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah besar

 Nutrisi mikro :
- dibutuhkan dalam jumlah sedikit (trace elements)
 Elemen anorganik
 Dibutuhkan dalam jumlah sedikit
 Biasanya sebagai kofaktor enzim
 Misal : besi
Komposisi Nutrisi Utama Sel Mikroba
Unsur % Bentuk bahan kimia yang digunakan Fungsi fisiologi
BK mikroba
C 50 Bahan organik , CO, CO2 Konstituen utama bahan penyusun sel
protein, asam nukleat, lemak,
O 20 Bahan organik, H2O ,O2, CO2 Karbohidrat dan lainnya
N 14 Bahan organik, NH4+, NO3-, N2

H 8 Bahan organik, H2O, H2

P 3 HPO42- Asam nukleat, fosfolipid, asam teichoic,


koenzim
S 1 Bahan organik sulfur , SO42-, protein, koenzim
HS-, S0, S2O32-
k 1 K+ Kation inorganik utama, kofaktor enzim

Na 1 Na+ transportasi, tranduksi energi

Ca 0.5 Ca2+ Kofaktor enzim, mengikat dinding sel

Mg 0.5 Mg2+ Kofaktor enzim, mengikat dinding sel,


membran & ester fosfat
Cl 0.5 Cl- Anion inorganik utama

Fe 0.2 Fe2+, Fe3+ sitokrom, ferredoxin, kofactor


 Karbon
 50% dari berat kering sel
 Pembentuk molekul organik, sumber energi
 Dibutuhkan bagi protein, gula, lemak untuk membentuk struktur sel
Kemoheterotrof: mendapatkan C dari gula, asam organik, lemak,
protein, atau bahan oranik lainnya
 Kemoautotrof: mendapat C dari CO2

 Nitrogen
 12% dari berat kering sel
 Pada asam amino dan protein
 Dibutuhkan bagi protein, DNA, RNA
 Kebanyakan bakteri mendapat nitrogen dari protein yang
didekomposisi
 Beberapa bakteri menggunakan nitrat atau ammonium
 Sedikit bakteri menggunakan N2 dalam pengikatan nitrogen
(nitrogen fixing organisms)
 Sulfur
 Pada asam amino, thiamine and biotin
 Sulfur untuk protein (enzim) dan vitamin
 Kebanyakan bakteri mendekomposisi protein
 Beberapa bakteri mengunakan ion sulfat (SO4-2) atau hidrogen
sulfida (H2S)
 Fosfor
 Fosfor untuk ATP, DNA, RNA, dan membran
 Penting bagi fosfolipid, asam nukleat dan ikatan energi
fosfat yang tinggi
 Ion fosfat (PO4-3) adalah sumber fosfat
 Memainkan peranan penting dalam respirasi seluler
 Komponen kunci dari sitokrom dan protein besi sulfur (Fe-S)
yang digunakan untuk transport elektron
 Ferrous (Fe2+) bersifat larut  kondisi anorganik

 Ferric (Fe3+) tidak larut  kondisi organik

 Untuk mendapatkan besi dari berbagai mineral yang


tidak larut, sel akan menghasilkan suatu agen yang
disebut siderofor, yang dapat mengikat besi dan
mengangkutnya ke dalam sel disebut enterobaktin
A Microbial Periodic Table of the Elements

Figure 5.1
Nutrisi Mikro yang Dibutuhkan Sel Mikroba
Element Chemical form Physiological functions
used by the
microbe
Mn Mn2+ superoxide dismutase, photosystem II

Co Co2+ coenzyme B12

Ni Ni+ hydrogenase, urease

Cu Cu2+ cytochrome oxidase, oxygenase

Zn Zn2+ alcohol dehydrogenase, aldolase, alkaline


phosphatase, RNA and DNA polymerase, arsenate
reductase
Se SeO32- formate dehydrogenase, glycine reductase

Mo MoO42- nitrogenase, nitrate reductase, formate


dehydrogenase, arsenate reductase
W (tungsten) WO42- formate dehydrogenase, aldehyde oxidoreductase
 Senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat sedikit

 Merupakan senyawa kimia yang tidak dapat disintesis oleh


mikroorganisme

 Senyawa organik yang dapat diperoleh dari lingkungan


Contoh : Vitamin, asam amino, purin dan pirimidin
KINETIKA PERTUMBUHAN
MIKROORGANISME
 Kinetika fermentasi adalah sistem pertumbuhan
dan pembentukan produk oleh mikroba.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
: fisik dan kimiawi seperti pH, suhu, nutrisi.
 Pertumbuhan mikrobial umumnya diukur dari
estimasi massa sel, dapat digambarkan dalam
bentuk kurva sebagai berikut :
fase
Log (konsentrasi masa sel)

fase fase stasioner


lag (a)
eksponensial
eksponensial stasioner
(a) (c) (b)
(b)
(c)
kriptik
fase kematian
(d)

Waktu
Kurva pertumbuhan mikroba dapat dibagi menjadi
empat fase :
 Fase Lag
 Fase Eksponensial
 Fase Stasioner
 Fase Kematian
 Fase Lag
Pada fase tidak terjadi penambahan jumlah sel, tetapi
aktivitas metabolisme sedang berlangsung untuk persiapan
pembelahan sel. Disebut juga sebagai fase adaptasi
(penyesuaian)

 Fase Log (Eksponensial)


Pola pertumbuhan yang seimbang dan cepat. Sel-sel
bakteri membelah secara teratur dengan laju yang konstan,
tergantung pada komposisi medium kultur dan kondisi
inkubasi sampai nutrien habis.
 Fase stasioner
Terjadi penumpukan racun akibat metabolisme sel dan
kandungan nutrien mulai habis, akibatnya terjadi kompetisi
nutrisi sehingga beberapa sel mati sedangkan yang lainnya tetap
hidup. Pada fase ini bakteri masih melakukan aktivitas
memproduksi metabolit sekunder seperti antibiotik.

 Fase Kematian
Grafik menunjukkan penurunan secara tajam karena merupakan
akhir dari suatu individu yang kembali ke titik awal.
 Pertumbuhan bakteri Sel baru

identik

 Pertumbuhan khamir Sel anak

budding

Sel induk
 Pertumbuhan apikal

percabangan
 Pertumbuhan bakteri : waktu penggandan bakteri
yang tercepat sekitar 15-20 menit, umumnya 45 – 60
menit
 Pertumbuhan khamir :pada kondisi optimal khamir
dapat membelah dalam waktu 45 menit, namun rata –
rata 90 -120 menit.
 Pertumbuhan kapang : waktu penggandaan sekitar 4 –
8 jam.
 Pertumbuhan virus : memerlukan sel inang
 Pertumbuhan mikrobial biasanya ditentukan
oleh waktu yang diperlukan untuk
menggandakan massa sel.
 Waktu penggandaan massa sel berbeda dengan
waktu penggandaan jumlah sel, karena massa
dapat meningkat tanpa penambahan jumlah.
 Bila interval antara penggandaan massa dan
jumlah dengan waktu berjalan konstan, maka
mikroba tumbuh pada laju eksponensial, dan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
 x = konsentrasi biomassa (g/l)
 N = konsentrasi jumlah sel (g/l)
 t = waktu inkubasi (jam)
  = laju pertumbuhan spesifik massa (jam-1)
 n = laju pertumbuhan spesifik jumlah (jam-1)

dN
= nx
dt

 dx
= x
dt
xt = xoe  t
atau

ln xt = ln xo +  t

xo = konsentrasi biomassa awal (g/l)


xt = konsentrasi biomassa setelah
waktu t (g/l)
 Diketahui konsentrasi biomassa Bacillus cereus setelah
masa fermentasi 10 jam adalah 150 g/l. Berapakah laju
pertumbuhan spesifik massa bakteri tersebut per jamnya
bila konsentrasi biomassa awal diketahui = 10 g/l ?
 Jawaban : 0,5 /jam
 Umumnya pada fermentasi batch laju
pertumbuhan spesifik akan konstan dan tidak
tergantung pada konsentrasi nutrien.
 Laju pertumbuhan seperti laju reaksi kimia
adalah fungsi konsentrasi zat kimiawi ( nutrien
esensial, substrat hidup).
Bentuk hubungan antara laju pertumbuhan dan
konsentrasi substrat menurut Monod (1949) :
S
 = maks
Ks + S
 = laju pertumbuhan spesifik (jam-1)
maks = laju pertumbuhan spesifik maksimum
S = Konsentrasi substrat
Ks = Konstanta yang sama dengan konsentrasi
bila  = 0,5 maks
 Pertumbuhan sel dan pembentukan produk
dapat dihubungkan dengan penggunaan nutrien
dan tergantung pada kendali pengaturan
metabolic
 Pembentukan produk dapat dihubungkan
dengan pertumbuhan dan konsentrasi massa sel.
Kondisi tersebut dapat dituliskan pada suatu
persamaan perimbangan bahan untuk
pertumbuhan, penggunaan substrat dan
pembentukan produk.
Pertumbuhan : dX FoX
Pertumbuhan = X -
dt V

Pengumpulan massa sel = Pertumbuhan – Pengeluaran sel

Penggunaan Substrat :
-dS Fi So  X qp X FoS
= - - -mX-
dt V Yx/s Yp/s V

Pengumpulan = Pemberian – Pertumbuhan – Sintesis – Pemeliharaan - Peningkatan


Substrat Substrat Produk Substrat

Pembentukan produk : dP Fi So
= qp X - - KP
dt V

Pengumpulan = Sintesis – Pengeluaran Sel – Destruksi


Produk Produk Produk
 Bila pada proses fermentasi tidak ada pemberian substrat atau
pengeluaran hasil proses, maka persamaan untuk penggunaan
sumber karbon dan energi menjadi :
- dS  X qp X
= - mX -
dt Yx/s Yp/s
Atau dapat ditulis melalui persamaan :

- 1 dS  qp qs = laju spesifik penggunaan


= qs = - - m- substrat
X dt Yx/s Yp/s
Pertumbuhan Mikroorganisme

 Memanipulasi pertumbuhan penting untuk :


 Pengendalian infeksi
 Pertumbuhan industri dan organisme bioteknologi
 Pertumbuhan pada organisme yang makro
merupakan proses bertambahnya ukuran atau
subtansi atau masa zat suatu organisme,
Misal : bertambah tinggi, bertambah besar

Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih


diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu
pertambahan jumlah koloni yang semakin besar

Pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah


sel mikroba itu sendiri.
 Adalah : Selang waktu yang dibutuhkan sel untuk
membelah diri

 Tiap spesies bakteri memiliki waktu generasi yang


berbeda-beda,

 Contoh: Escherichia coli, bakteri umum yang


dijumpai di saluran pencernaan dan di tempat lain,
memiliki waktu generasi 15-20 menit
0’ 15’ 30’ 45’ 60’ 75’ 90’ 105’ 120’ 135’

1 sel 2 sel 4 sel 8 sel 16 sel 32 sel 64 sel 128 sel 256 sel 512 sel

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Hubungan antara pertambahan sel dengan waktu


adalah berbentuk geometrik eksponensial dengan
rumus 2n
1. Faktor Fisik

2. Faktor Kimia
FAKTOR FISIK
Dipengaruhi oleh : Dipengaruhi oleh :

 Temperatur  Karbon
 pH  Nitrogen
 Tekanan osmotik  Sulfur
 Oksigen  Posfor
 Salah satu faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme.

Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang


berlawanan :
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik
dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila
suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat
pertumbuhan akan terhenti, kompenen sel menjadi
tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati
 Psikropiles (dingin) :
0⁰C - 20⁰C,
optimum 15⁰C

 Mesopiles (moderat) :
20⁰C - 40⁰C

 Termopiles (panas) :
40⁰C - 100⁰C
 pH berpengaruh terhadap sel dengan
mempengaruhi metabolisme

 Umumnya bakteri tumbuh pada pH 6,5 -


pH 7,5

 Sedikit bakteri yang hidup pada pH di


bawah 4,0
 Keberadaan mikroorganisma di lingkungan
dapat dipengaruhi oleh kepekatan
suspensi/cairan di lingkungan.

 Bila kepekatan suspensi di lingkungan


tinggi maka isi sel akan ke luar. Sebaliknya
kepekatan suspensi di lingkungan rendah
maka akan terjadi pergerakan massa cair ke
dalam sel
 Tonisitas
 Isotonik (0,85% NaCl)
 hipertonik
 hipotonik
 Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-
sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen.
 Berdasarkan kebutuhan oksigen, mikroorganisme
dibagi dalam tiga kelompok :
1. Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada
oksigen bebas.
2. Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada
oksigen bebas.
3. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan
atau tanpa oksigen bebas
4. Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada
oksigen dalam jumlah kecil
 Karbon :
- Sumber energi
- Struktur organik molekul
- Bakteri yang bersifat kemoheterotrop
menggunakan karbon organik
- Bakteri autotrop menggunakan CO2
 Nitrogen :
- Terdapat di dalam asam amino dan protein
- Umumnya bakteri berperan sebagai dekomposer
protein
- Beberapa bakteri menggunakan NH4+ atau NO3-
- Hanya sedikit bakteri yang menggunakan N2 untuk
fiksasi nitrogen
 Sulfur
- Terdapat dalam asam amino, tiamin, dan biotin
- Beberapa bakteri menggunakan SO42- atau H2S

 Posfor
-Terdapat di dalam DNA, RNA, membran, dan
ATP
- PO43- merupakan sumber posfor
 Harus dinetralisir terlebih dahulu oleh enzim :
- Superoksida dismutase
- Katalase
- Peroksidase

 Jika mikroorganisme tidak menghasilkan enzim


tersebut maka organisme tersebut bersifat anaerob.
 Bakteri Mikroaerofilik
 Tumbuh dengan baik pada level O2 di
bawah normal dan level CO2 di atas normal

 Atmosfir normal
- 21 % O2
-.0,3 - 3 % CO2
Meningkatkan level CO2 untuk menumbuhkan
bakteri Mikroaerofilik dengan metode Candle
Jar

16 % O2
4% CO2
 Media Kultur
Nutrisi yang dipersiapkan untuk pertumbuhan
mikroba

 Steril
Tidak ada mikroba yang tumbuh

 Inokulum
Memperkenalkan mikroba ke dalam media

 Kultur
Mikroba tumbuh di dalam/pada media kultur
Media Selektif
Media yang menekan pertumbuhan mikroba yang
tidak diinginkan dan menumbuhkan mikroba
sasaran
Contoh:
- Mannitol Salt Agar (MSA) untuk bakteri Staphylococci
- Hoktoen enteric Agar (HE)
- Phenylethyl alcohol agar (PEA/PAA)

MSA
 Untuk memisahkan koloni dari mikroba-mikroba yang
tumbuh pada petri yang sama.
Contoh :
 TSA digunakan untuk memisahkan bakteri tipe
Streptococci
 EMB (Eosin Metylene Blue) utk bakteri Gram negatif
terhadap bakteri Gram positif
 MacConkey’s Agar

TSA
Pertumbuhan pada media MacConkey Agar
Selektif = Gram positif terhambat, hanya gram negatif yang tumbuh
Differential – lactose fermenting

Escherichia coli (E.coli) = gram - Salmonella typhimirium = gram -


 Kultur murni hanya berisi satu spesies atau satu
strain mikroba

 Satu koloni adalah satu populasi yang berasal


dari satu sel atau satu koloni

 Satu koloni atau koloni tunggal disebut dengan


a coloni-forming unit (CFU)
 Plate Count/Viable Cell Count
 Filtrasi (very small numbers)
 Most Probable Number (MPN)
Metode secara tidak langsung:
- kekeruhan (turbidity)
- Aktifitas metabolik
- Berat kering
Metode Plate Count memerlukan Pengenceran
(Dilution series) untuk memperoleh koloni
Filtrasi

 Digunakan untuk mikroorganisme yang jumlahnya


sedikit
Most Probable Number
adalah metode yang digunakan untuk menghitung
Mikroorganisme yang masih hidup yang hidup
Di dalam sampel yang diuji.

 Berdasarkan aplikasi kemungkinan jumlah


pertumbuhan mikroorganisme positif terhadap
pengenceran berseri (serial dilution)

 Biasa digunakan untuk sampel heterogen, seperti:


tanah, air, produk pertanian, yang jumlah sel
individu mikroorganisme yang pasti tidak mungkin
ditentukan
 Kekeruhan

 Aktifitas metabolik

 Berat kering
Kekeruhan
• Spektrofotometer digunakan untuk mengukur kekeruhan

• Absorbansi/Densitas optis (Optical Density/OD) :


ukuran kuantitatif yang diekspresikan sebagai rasio
logaritmik antara radiasi yang jatuh ke suatu bahan dan
yang ditransmisikan menembus bahan.
Aktifitas Metabolik
Berat Kering
 Kekurangan makanan, air, atau nutrisi
 Populasi yang terlalu padat
 Akumulasi metabolit yang tidak berguna
 Kekurangan oksigen
 Perubahan pH
 Temperatur
Pengendalian Mikroorganisme
 Mikroorganisme: infeksi pada manusia, hewan,
tanaman, mencemari makanan, kerusakan(kayu,
rumah, dll). Menyebabkan kerugian ekonomi
 Pengendalian: segala usaha untuk menghambat,
membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme.
 Penting untuk: mencegah penyebaran penyakit dan
infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang
terinfeksi, mencegah pembusukan dan perusakan
bahan oleh mikroorganisme
 Contoh : Vibrio harveyi
 Sterilisasi: Proses yang menghancurkan semua bentuk
kehidupan
 Disinfektan: bahan kimia yang mematikan sel vegetatif
 Antiseptik: substansi yang melawan infeksi(sepsis) atau
mencegah pertumbuhan atau kerja mikroorganisme
dengan cara menhancurkan atau menghambat
pertumbuhan serta aktivitasnya
 Bahan sanitasi: bahan yang mengurangi populasi
mikroorganisme sampai batas yang dianggap aman
 Germisida ( mikrobisida) : bahan yang mematikan sel-
sel vegetatif tetapi tidak selalu mematikan spora
 Bakteriostatis : suatu keadaan yang menghambat
pertumbuhan bakteri
 Bahan antimikrobial : Bahan yang mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme mikrobe
 Keadaan yang mempengaruhi kerja anti mikrobial :
 Konsentrasi atau intensitas zat anti mikrobial
 Jumlah mikroorganisme
 Suhu
 Spesies mikroorganisme
 Adanya bahan organik
 Kemasaman atau basa (pH)
Cara kerja zat anti mikrobial :
 Kerusakan pada dinding sel
 Perubahan permeabilitas sel
 Perubahan molekul protein dan asam nukleat
 Penghambatan kerja enzim
 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein
 suhu tinggi : penggunaan suhu tinggi dan kelembaban
tinggi, paling efektif. Contoh : Clostridium botulinum
(4-20 menit dg panas lembab, 2 jam dengan panas
kering)
 Waktu kematian thermal : waktu terpendek yang
dibutuhkan untuk mematikan suspensi bakteri (atau
spora) pada suhu tertentu dibawah keadaan tertentu.
 Waktu pengurangan desimal : pengurangan khusus
jumlah sel hidup yaitu lamanya waktu dalam menit
untuk mengurangi populasi sebanyak 90%.
Panas lembab :
 Uap bertekanan , suhu diatas titik didih, pemanasan
berlangsung cepat, mempunyai daya tembus, menghasilkan
kelembaban yang tinggi, kesemuanya mempermudah
koagulasi protein. Alat sterilisasi : autoklaf, umumnya waktu
yang diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada tipe wadah
dan volume bahan.
 Sterilisasi bertahap, beberapa media tidak dapat dipanaskan
pada suhu diatas 100⁰C. Dalam proses ini bahan dipanaskan
pada suhu 100⁰C selama 3 hari berturut-turut diseling dengan
proses inkubasi diantaranya. Spora-spora resisten yang akan
berkecambah pada masa inkubasi akan dapat dihancurkan
pada pemanasan berikutnya.
 Air mendidih, sel vegetatif akan terbunuh
pada waktu 10 menit dalam air mendidih,
namun spora bakteri dapat bertahan. Lebih
tepat untuk desinfeksi daripada sterilisasi.
 Pasteurisasi : panas terkendali untuk
mematikan tipe organisme tertentu, contoh
pada susu, cream, minuman beralkohol.
Dipanaskan pada suhu yang terlalu tinggi
tidak dikehendaki karena akan menyebabkan
cita rasa yang kurang. Mycobacterium
tuberculosis patogen pada susu mentah akan
terbunuh pada suhu 60⁰C dalam waktu 30
menit. Coxiella burnetii terbunuh pada suhu
62,8⁰C selama 30 menit
Panas kering :
 Sterilisasi dengan udara panasdianjurkan bila
penggunaan uap bertekanan tidak dikehendaki,
disterilkan dalam oven listrik atau gas, peralatan pecah
belah suhu 160⁰C, selama 2 jam.
 Pembakaran, pembakaran bahan yang mengandung
mikroorganisme berarti membasmi mikroorganismenya.
Pembakaran digunakan untuk memusnahkan bangkai,
hewan penelitian yang terinfeksi, dan bahan terinfeksi
lainnya yang perlu dibuang.
 Suhu rendah , suhu dibawah suhu optimum
pertumbuhan dapat menekan laju metabolisme.
Bermanfaat untuk mengawetkan biakan karena
mikroorganisme punya kemampuan untuk bertahan
hidup pada suhu sangat dingin.
 Pendinginan , biakan beberapa bakteri, khamir dan
kapang yang ditumbuhkan pada media agar dalam
tabung reaksi dapat tumbuh selama berbulan-bulan
pada lemari es (4-7⁰C)
 Suhu dibawah titik nol, bakteri dan virus dapat
dipertahankan pada suhu -20⁰C, -70⁰C dan suhu -195⁰C
(nitrogen cair).
 Pengeringan : dapat mengurangi atau menghentikan
aktivitas metabolik, diikuti dengan matinya sejumlah sel.
Neisseria gonorrhoeaedan Neisseria meningitidissangat
peka terhadap kekeringan, sehingga akan mati dalam
beberapa jam, streptokokus jauh lebih resisten, sedangkan
Basilus tuberkulosis yang dikeringkan bersama dahak
dapat tetap hidup dalam jangka waktu yang lama.
 Tekanan osmotik : osmosis adalah tekanan difusi
melintas membran semipermeabel yang memisahkan
dua macam larutan dengan konsentrasi solut yang
berbeda. Suspensi bakteri dalam konsentrasi garam
tinggi akan terjadi plasmolisis, dalam konsentrasi
garan rendah akan terjadi plasmoptisis.
 Radiasi : beberapa macam radiasi dapat bersifat letal
terhadap sel-sel mikroba dan sel organisme lainnya,
radiasi ini meliputi :
 Cahaya ultraviolet, bagian ultraviolet pada spektrum
meliputi semua radiasi dari 15 sampai 390 nm. Panjang
gelombang sekitar 265 nm memiliki efisiensi
bakterisidal tertinggi. Meskipun sinar matahari
sebagian terdiri dari cahaya uv tetapi sebagian besar
panjang gelombang terserap oleh atmosfer bumi,
sehingga radiasi uv pada permukaan bumi menjadi
terbatas kisarannya sekitar 280 –390 nm. Lampu
germisidal 260-270 nm.
 Sinar X : bersifat letal bagi mikroorganisme,
mempunyai daya tembus yang tinggi, tidak praktis
karena daya tembus yang tinggi menyulitkan usaha
perlindungan bagi pemakai. Digunakan secara meluas
untuk menghasilkan mutan-mutan mikrobe
 Sinargamma, serupa dengan sinarx tetapi mempunyai
panjang gelombang yang lebih pendek, energi lebih
tinggi, bersifat letal bagi mikroorganisme. Digunakan
dalam sterilisasi bahan tebal dan besar seperti
kemasan peralatan medis.
 Sinar katode: radiasi berkas elektron, berintensitas
tinggi(jutaan volt), bersifat mikrobisidal serta
mempunyai pengaruh lain terhadap bahan biologi
maupun non biologis. Digunakan untuk mensterilkan
peralatan bedah, obat dan benda lain. Keuntungan
benda dapat disterilkan pada suhu kamar dalam
keadaan terbungkus.
 Filtrasi (penyaringan), beberapa bahan seperti serum
hewan, enzim, vitamin, antibiotik, bersifat termo labil,
disterilkan dengan filtrasi.
 Filter bakteriologis: bahan filter yang selama ini digunakan
lapisan relatif tebal, terbuat dari asbes, porselen, kaca berpori.
Yang terbaru terbuat dari ester selulosa atau substansi polimerik
dengan pori-pori ukuran tepat dan seragam. Kisaran 0,01-10μm.
Lapisan saringan ini sangat tipis sehingga dinamakan filter
membran.
 Filter udara: filter berefisiensi tinggi untuk menyaring udara
berisikan partikel (high eficiency particulate air filter atau
HEPA) dialirkannya udara bersih ke dalam ruangan tertutup.
Tipe filtrasi ini bersama dengan sistem aliran udara laminar
(laminar air flow). Digunakan diruang transfer mikrobiologis
untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
 Pelindung muka, digunakan untuk menyaring
mikroorganisme asal udara, biasanya pada petugas
rumah sakit untuk melindungi dari penyakit menular
 Pembersihan fisik : Ultrasonik, gelombang suara
berfrekuensi tinggi untuk memecahkan sel mikro
beserta membersihkan mikrobe dari peralatan
 Pencucian: mencuci atau menggosok dengan sabun,
merupakan cara fisik untuk menghilangkan
mikroorganisme dari permukaan.
Ciri suatu desinfektan ideal :
 Aktivitas antimikrobial, kemampuan substansi untuk
mematikan mikroorganisme. Konsentrasi rendah,
aktivitas spektrum luas
 Kelarutan , harus dapat larut dalam air atau pelarut
lain, sampai taraf tertentu sehingga dapat digunakan
secara efektif
 Stabilitas perubahan yang terjadi pada substansi bila
dibiarkan beberapa lama harus seminimal mungkin
dan tidak menghilangkan sifat anti mikrobialnya
 Tidak bersifat racun bagi manusia dan hewan
 Homogeinity, komposisi harus seragam sehingga bahan
aktif selalu terdapat pada setia paplikasi
 Tidak bergabung dengan bahan organik
 Aktivitas anti mikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh
 Kemampuan untuk menembus
 Tidak menimbulkan karat dan warna
 Kemampuan menghilangkan bau
 Kemampuan sebagai detergen
 Ketersediaan dan biaya
 Fenol dan persenyawaan fenolat
 Alkohol
 Halogen
 Logam berat dan persenyawaannya
 Detergen
 Aldehide
 Kemosterilisator gas
 Fenol (asam karbolat): sejak 1860 –an (digunakan
pertama kali oleh Lister) untuk pembedahan aseptik.
target utama denaturasi protein dan merusak
membran sel . Senyawa fenolat merupakan salah satu
desinfektan permukaan yang terbaik bagi benda mati.
Persenyawaan fenolat : o-kresol, m-kresol, p-kresol, o-
fenilfenol, heksilresorsinol, heksaklorofen.
 Persenyawaan alkohol : etil alkohol dengan
konsentrasi 50 –70% efektif terhadap mikroorganisme
vegetatif atau yang tidak membentuk spora. Etil
alkohol mempunyai aktivitas sporisidal yang rendah.
 Spora antraks dapat bertahan di dalam alkohol selama
20 tahun, sedangkan spora Bacillus subtilisselama 9
tahun. Metil alkohol kurang bakterisidal dibanding etil
alkohol, sangat beracun, dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada mata, sehingga pada
umumnya tidak digunakan sebagai disinfektan.
 Propil dan isopropil alkohol (40-80%) berguna sebagai
desinfektan kulit
 Halogen dan persenyawaannya, terdiri dari fluor, klor,
brom dan iodium.
 Iodium : merupakan bahan germisidal paling tua
(sejak 1830). Iodium akan segera larut dalam alkohol,
larutan kalium atau natrium iodida. Iodium tinktur
merupakan campuran 2% iodium dan 2% natrium
iodida dalam 50% alkohol. Iodium merupakan zat
yang sangat efektif dan unik, yaitu efektif terhadap
segala macam bakteri, spora, cendawan, virus. Larutan
iodium terutama untuk desinfeksi kulit, khususnya
desinfektan sebelum operasi.
 Klor dan persenyawaannya : klor sebagai gas atau kombinasi
kimiawi (persenyawaan klor), merupakan salah satu desinfektan
yang luas penggunaannya. Gas yang dimampatkan (compressed
gas) dalam bentuk cair digunakan untuk memurnikan cadangan
air kota.
 Hipoklorit atau kalsium hipoklorit dikenal sebagai kapur yang
diklorinasi, dan natrium hipoklorit, digunakan untuk keperluan
rumah tangga maupun industri. 5-70% kalsium hipoklorit
digunakan untuk sanitasi peralatan industri susu dan peralatan
makan restoran, 1% natrium hipoklorit untuk kesehatan
perorangan dan desinfektan rumah tangga, konsentrasi 5 –12%
digunakan sebagai pemutih dan desinfektan di rumah tangga,
serta sebagai bahan
 sanitasi dalam perusahaan susu dan pengolahan pangan
 Kloramin, ciri : digantikannya satu atau lebih atom hidrogen dalam
gugus amino suatu persenyawaan dengan klor, antara lain :
monokloramin, kloramin T, azokloramide. Keuntungan kloramin
jauh lebih stabil dari hipoklorit. Sifat germisidal klor dan
persenyawaannya terdapat pada asam hipoklorit yang terbentuk
bila klor bebas ditambahkan dalam air : Cl2+ H2O HCl + HClO
(asam hipoklorit).
 Asam hipoklorit yang setiap kali terbentuk mengalami
dekomposisi lebih lanjut : HClO HCl + O (terbentuk dari klor,
hipoklorit dan kloramin. Oksigen yang dibebaskan dari reaksi ini
merupakan oksidator kuat dan menghancurkan mikroorganisme
dengan cara merusak komponen selular, dan dengan cara
pengikatan langsung klor dengan protein sel.
 Logam berat (aksi oligodinamik) : logam tertentu
dalam jumlah amat kecil teruama perak dapat
mematikan bakteri, hal ini disebut aksi oligodinamik
(oligos : kecil, dynamis : kekuatan).
 Persenyawaan logam berat antimikrobial yang paling
penting : persenyawaan yang mengandung merkuri,
perak dan tembaga.
 Mertiolat, merkurokrom dan metafen, sebagai
antiseptik. Perak nitrat untuk mencegah infeksi
gonokokus pada mata bayi yang baru lahir. Merkuri
kloride menghambat kerja enzim yang mengandung
gugusan sulf hidril.
Salah satu cara kerja logam berat ini adalah mendenaturasikan
protein.
 Merkuri kloride, penghambatan diarahkan pada enzim yang
mengandung gugus sulf hidril: enzim aktif + HgCl2 menjadi enzim
tidak aktif.
 Detergen : zat pengurang tegangan permukaan atau zat pembasah
yang terutama digunakan untuk membersihkan permukaan benda
disebut detergen. Contoh sabun.
 Klasifikasi detergen :
 Detergen anionik :detergen yang berionisasi dan sifat detergennya
terletak pada anion
 Detergen kationik : detergen yang berionisasi dan sifat detergennya
terletak pada kation
 Penggunaan praktis sebagai desinfektan, antiseptik
dan bahan sanitasi. Contoh: benzalkonium kloride,
benzetonium kloride, setilpridinium kloride. Daya
bakteri sidal tinggi terhadap bakteri gram positif.
Persenyawaan kuarterner aktif terhadap cendawan dan
protozoa tetap ivirus lebihresisten. Keterbatasan yaitu;
tidak menghambat atau mematikan spora bakteri dan
cendawan, tidak efektif terhadap bacilus tbc.
Aldehide:
 Glutar aldehide: larutan glutar aldehide 2%
memperlihatkan aktivitas anti mikrobial berspektrum luas,
efektif terhadap sel vegetatif cendawan, bakteri, spora
bakteri dan cendawan, serta virus. Untuk peralatan medis,
alat berlensa, dll.
 Formaldehide, bebentuk gas, stabil pada konsentrasi dan
suhu tinggi. Formalin mengandung 37 –40% formaldehide,
memiliki aktivitas anti mikrobial sangat tinggi, uap
formaldehide akan mensterilkan benda dalam ruang
tertutup pada kondisi yang cocok. Menyebabkan iritasi
pada kulit dan uapnya berbahaya.
 Kemo sterilisator gas, beberapa produk ada yang tidak
bisa disterilkan dengan suhu tinggi atau dengan cairan,
sterilisasi kimiawi dengan gas merupakan cara yang
efektif dan praktis, contoh bahan plastik yang peka
terhadap panas, alat suntik, tabung reaksi, cawan petri,
pipet. Zat utama yan digunakan adalh etilenokside.
 Etilen okside persenyawaan organik sederhana, pada
suhu dibawah 10,8oC berbentuk cair sedangkan diatas
suhu tersebut akan mudah menguap. Uapnya mudah
sekali terbakar, meski dalam konsentrasi rendah, diatasi
dengan cara mencampur etilenokside dengan
karbondiokside atau diklorofluorometan (freon).
 Etilen okside merupakan zat sterilisasi yang ampuh.
Ciri yang menonjol adalah kekuatannya untuk
menembus benda-benda yang sedang disterilkan
seperti bahan yang terkemas berukuran besar,
gulungan kain, bahan plastik tertentu sehingga
sterilisasi tercapai denganbaik. Mudah meledak dan
beracun sehingga penggunaan harusberhati-hati.
 Mekanisme kerja etilen okside adalah menyebabkan
reaksi alkilasi dengan persenyawaan organik termasuk
protein dan enzim lain
 Evaluasi laboratoris terhadap zat kimia anti mikrobial
dilakukan dengan mengikuti salah satu dari tiga
prosedur umum:
 Zat anti mikrobial berbentuk cairyang dapat larut
dalam air diencerkan, dimasukan ke tabung steril lalu
diberi organisme uji yang diketahui jumlahnya,
kemudian pada selang waktu tertentu dipindahkan
pada tabung yang berisi media lalu diinkubasikan,
kemudian diamati populasi pertumbuhannya.
 Zat kimia dicampurkan pada kaldu atau media agar,
diinokulasi dengan organisme uji, diinkubasi lalu
dilakukan pengamatan terhadap: penurunan
banyaknya pertumbuhan atau tidak adanya
pertumbuhan, tegantung efek mana yang diperlukan.
 Media agar dalam cawan petri, diinokulasi dengan
organisme uji, zat kimia yang diuji ditempatkan diatas
permukaan media tersebut. Setelah masa inkubasi
tertentu cawan diamati untuk melihat zona
penghambatan disekeliling situs tempat disimpan zat
kimia tersebut.
Metabolisme Mikroorganisme
Salah satu ciri makhluk hidup adalah melakukan
metabolisme
Metabolisme adalah :
Total dari semua reaksi
kimia yang terjadi di
dalam sel.

Metabolisme terbagi dua :


1. Anabolisme
2. Katabolisme
1. Katabolisme, yaitu adalah reaksi penguraian
senyawa kompleks menjadi senyawa senyawa
yang lebih sederhana dengan bantuan enzim
(respirasi)

2. Anabolisme, yaitu lintasan metabolisme yang


menyusun beberapa senyawa organik sederhana
menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks
(Fotosintesis)
 Reaksi Anabolik
 Menghasilkan polimer atau makromolekul
 Membutuhkan energi
 Energi diperoleh dari reaksi katabolik

 Reaksi Katabolik
 Menghasilka monomer
 Menghasilkan atau melepas energi
 Energi disimpan di dalam ATP
Energetik
Energi = kemampuan untuk bekerja
◦ Diukur dalam kilojoules (kJ)

Dalam reaksi kimia lain beberapa energi hilang sebagai panas


•Free energy (G): enargi yang dilepas yang digunakan untuk bekerja
•Perubahan dalam energi bebas selama reaksi ditulis dengan G0′
G0′: dibawah kondisi standard ;1 M, pH 7, 25oC, 1 atm
 Katalisis adalah :

Adalah : merupakan proses yang terjadi akibat adanya


peran dari katalis.

Katalis merupakan senyawa kimia yang dapat


mempercepat reaksi tanpa perubahan bentuk/struktur dari
katalis tersebut.
 Dapat meningkatkan laju reaksi kimia 10 -10²° kali
dengan laju spontan

 Katalisis enzim (lihat gambar) :


E+S E-S E+P

 Katalisis tergantung pada :


• Ikatan substrat
• Posisi relatif substrat mengkatalis asam amino aktif
Siklus katalisis enzim
 Banyak enzim yang berisi molekul non protein kecil
yang berpartisipasi di dalam katalisis tetapi bukan
substrat

Koenzim membantu enzim membawa molekul dan


melepaskannya ke dalam enzim yang lain.
 Biasanya vitamin
 Terikat dengan enzim dengan ikatan yang tidak
kuat
 Energi adalah conserved di dalam sel dari reaksi oksidasi
reduksi (redox)
 Contoh : ATP

 Redox terlibat dalam transfer elektrom dari pendonor elektron


(electron donor ) ke penelrima elektron (electron acceptor)
 Oksidasi
 Kehilangan electron (dan proton H+)  ELECTRON
DONOR
 Reduksi
 Mendapat elektron (dan proton H+) ELECTRON
ACCEPTOR
Contoh : Reaksi Oksidasi Reduksi

Figure 5.9
Jenis Energi Utama Yang melakukan
Metabolisme
All
microorganisms

Inorganic CO2 = carbon source Organic compound = carbon source


AUTOTROPH HETEROTROPH
(Self feeders)
Making own food by reducing CO2 Using ready-made organic molecules for food

Photoautotrophs Chemoautotrophs Photoheterotrophs Chemoheterotrophs


Kelompok Mikroba Berdasarkan Energi
yang Ditangkap dan Sumber Karbon

• AUTOTROF: mengunakan karbon


dioksida untuk mensintesa molekul
organik

• Dapt dibagi 2, yaitu:


1. Fotoautotrof: memperoleh energi dari
cahaya
2. Kemmoautof: memperoleh energi dari
mengoksidasi bahan inorganik yang
sederhana
Kelompok Mikroba Berdasarkan Energi
yang Ditangkap dan Sumber Karbon

• HETEROTROF: Mengambil karbondioksida dari molekul


organik yang telah tersedia

• Ada 2 jenis, yaitu:


1. Fotoheterotrof: memperoleh energi kimia dari cahaya
2. Kemoheterotrof: memperoleh energi dari bahan organik
yang telah terurai
Contoh Sumber Energi

Jenis Sumber Energi Sumber Karbon Contoh

Fotolitotrof Cahaya CO2 Algae, Bakteri sulfur


ungu, bakteri sulfur
hijau

Fotoorganotrof Cahaya Bahan organik Bakteri non sulfur


ungu

Kemolithotrof Oksidasi bahan Bakteri nitrifikasi,


inorganik bakteri besi, bateri H2

Kemoorganotrof Oksidasi bahan Bahan organik Bakteri secara umum,


organik jamur, protozoa
Teerima kasih
 Diketahui konsentrasi biomassa Bacillus cereus setelah
masa fermentasi 10 jam adalah 150 g/l. Berapakah laju
pertumbuhan spesifik massa bakteri tersebut per jamnya
bila konsentrasi biomassa awal diketahui = 10 g/l ?
 Jawaban : 0,5 /jam

Anda mungkin juga menyukai