Anda di halaman 1dari 58

Kamis, 14 April 2011

Samuel Harmin
20050709
- 3 minggu - 2 minggu

• Nyeri telinga kiri, disertai • Demam (+) naik turun (suhu?)


berdenging • Nyeri telinga kiri hilang timbul (+)
• Demam (-) • Batuk pilek (-)
• Sakit kepala (-) Pasien adalah seorang
• Kejang (-)
• Batuk pilek (-) • Sakit kepala (-)
penderita thalassemia-ß
• Keluar cairan dari telinga (-) • Keluar cairan dari telinga (-)
homozigot sejak usia 2
• Pasien tidak dibawa berobat • Nyeri berkemih/anyang-anyangan
(-)
bulan • Mendapat asam mefenamat dan
parasetamol  demam dan nyeri
berkurang
• Pasien belum dibawa berobat
- 3 hari HMRS

• Demam (+), tidak perbaikan • Demam (+)


dengan obat • Sakit kepala bertambah
• Sakit kepala dan leher sebelah • Muntah 3 kali, tidak
kiri, terlihat pucat menyemprot,isi makanan,
jumlah @ ¼ gelas, disertai nyeri
• Trauma kepala (-)
perut
• Kontrol ke Pusat Thalassemia: • Asupan makanan berkurang
Hb 8,6 g/dL, leukosit 7000 /μL, • BAK dan BAB biasa
dan trombosit 261.000 /μL • Pusat Thalassemia : Tubex TF®
 R/ transfusi PRC 2x200 mL  hasil negatif
• Anjuran: parasetamol bila • Pasca-transfusi 1 x di Pusat
demam/sakit kepala Thalassemia  IGD RSCM
 Usia 2 bulan: didiagnosis thalassemia-β
homozigot
- rutin kontrol di Pusat Thalassemia RSCM
- transfusi darah (PRC) tiap bulan
- terapi kelasi besi: deferoksamin (sejak usia 2
tahun) + deferipron (3 bulan terakhir)

 Tahun 2010: dirawat inap karena sakit DBD

 Riwayat keluar cairan dari telinga disangkal


DPL Hasil
Hb (g/dL) 9,3
MCV (fL) 79
Diagnosis kerja:
MCH (pg) 26  Thalassemia mayor
MCHC (g/dL) 34  Tersangka kolesistitis
RDW (%)
 Tersangka infeksi sal. kemih
PF saat masuk: Ht (%) 28
Leukosit (/µL) 8.000  Observasi vomitus tanpa
 CM, GCS E4 M6 V5, Hitung jenis* 0/0/3/74/18/5
Trombosit (/µL) 230.000
dehidrasi
demam (385 °C),
takikardia (laju nadi Elektrolit
Na ( mEq/L)
Hasil
134
Tata laksana:
 cairan intravena (KaEN 1
120 kali per menit) K ( mEq/L) 4,0
Cl (mEq/L) 103
B®) tetesan rumat
 Diet makan lunak 1800 kkal
 Konjungtiva pucat, Kimia darah Hasil (60 kkal/kg/hari),
GDS (mg/dL) 102
hepatosplenomegali Ureum (mg/dL) 55
 sefotaksim 3x1 g IV
 parasetamol, asam folat,
dengan nyeri tekan Kreatinin (mg/dL) 0,6
SGOT (mg/dL) 54 vitamin E
epigastrium, tanda- SGPT (mg/dL) 99  pemantauan status hidrasi
tanda dehidrasi (-) Albumin (mg/dL)
Globulin (mg/dL)
4,4
2,2
dan balans diuresis
 Lab: biakan darah dan
Bil T/D/I (mg/dL) 0,6/0,3/0,3
Tubex TF® negatif biakan urin
Pemeriksaan Hasil Analisis LCS Hasil
 Muntah berkurang, Hb (g/dL) 10,8 Warna
Kejernihan
tidak berwarna
keruh
MCV (fL) 80
demam (+), sakit MCH (pg) 27
Nonne (+)
Pandy (+)
kepala yang makin MCHC (g/dL) 34
Hitung sel (/µL) 11.400
RDW (%)
memberat Ht (%) 32
PMN (/µL) 11.286
MN (/µL) 114
 penurunan Leukosit (/µL) 12.200 Protein (mg/dL) 135

kesadaran (-), Hitung jenis*


Trombosit (/µL) 258.000
Glukosa 0
Klorida 101
kejang (-), mata:
Urinalisis Hasil
edema papil awal Warna Kuning agak merah, CT scan kepala (5/4/2011):
jernih  pelebaran ventrikel
(+) pH urin 6,0
lateralis bilateral dan
 Konsultasi THT : Berat jenis
Protein
1,020
+2 ventrikel IV,
otitis media akut Glukosa negatif  kemungkinan proses
Bilirubin negatif
(OMA) stadium Urobilinogen 2,0 infeksi belum dapat
Darah/Hb +2 disingkirkan
hiperemis aurikula Keton negatif  mastoiditis kiri
sinistra Nitrit
Leukosit (/LPB)
+
8-10  tidak tampak adanya
 Kaku kuduk (+) Eritrosit (/LPB) banyak perdarahan intrakranial.
Bakteri positif
Esterase leukosit negatif
Diagnosis kerja:
 Thalassemia mayor
 Mastoiditis sinistra, OMA sinistra
 Meningitis bakterial

Tata laksana:
 Restriksi cairan (cairan intravena dihentikan)
 Deksametason 0,5 mg/kgBB/hari
 Sefotaksim dinaikkan sesuai dengan dosis meningitis (200 mg/kgB/hari)
 Rencana tindakan miringotomi (Dept. THT)
Status antropometri
BB = 30 kg (kurva CDC-NCHS 2000)
TB = 133 cm (P3-10 kurva CDC-NCHS 2000,
~TB 9 tahun)
TB/U 92,4 %
LiLA = 19,5 cm, LiLA/U = 87,1% (Frisancho)
LK = 51,5 cm (Normosefal, Nellhaus)
Kesan klinis dan antropometris: gizi baik
Organ Deskripsi

Kulit Hiperpigmentasi (-)

Kepala Deformitas (-), LK 51,5 cm (normosefali)


Rambut Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Wajah Fasies Cooley (+), parese nervus kranialis (-)

Palpebra cekung (-), konjungtiva pucat (+), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor (Ø 3
Mata mm/3 mm), RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), gerak bola mata baik ke segala arah, edema papil
(+/+)
Hidung Sekret (-)
Telinga Daun telinga tidak membengkak, daerah sekitar telinga tidak hiperemis, fistel (-),
sikatriks (-). Liang telinga tampak lapang, tidak sekret (-), serumen (-)
Telinga kanan:membran timpani intak, refleks cahaya baik.
Telinga kiri: membran timpani hiperemis, bulging (-), refleks cahaya menurun.
Organ Deskripsi

Mulut Mukosa bibir dan lidah lembab


Gigi Karies (+)

Leher Kaku kuduk (+), tanda Brudzinsky I dan II (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Tenggorokan Arkus faring simetris, uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang

Dada Pergerakan simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Iktus kordis tidak tampak, teraba di sela iga 5 linea midklavikularis sinistra. Thriil (-).
Jantung Bunyi jantung I dan II normal, bising (-), irama derap (-)

Paru Pergerakan simetris, perkusi sonor, bunyi nafas vesikular di kedua lapang paru, tidak
terdengar suara napas tambahan
Abdomen Datar, lemas, perkusi timpani, hepar teraba 4 cm di bawah arkus kosta dan 4 cm di
bawah prosesus xifoideus, lien teraba Schuffner II. Massa atau nyeri tekan (-), bising
usus (+) normal

Genitalia Perempuan, tidak ada kelainan


Organ Deskripsi

Ekstremitas Akral teraba hangat, waktu pengisian kapiler < 3 detik.


Paresis (-), refleks fisiologis normal di keempat ekstremitas, refleks patologis (-),
tonus otot normal di keempat ekstremitas,
Spastisitas (-), klonus (-). Motorik dan sensorik baik. Pemeriksaan Kernig> 135°.
Parut BCG (-).

KGB Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Status pubertas A1M1P1


Elektrolit 7/4/2011 7/4/2011*

Na ( mEq/L) 125 135

K ( mEq/L) 3,54

Cl (mEq/L) 85,9 97,4

* Pasca-koreksi intravena
- Rawat inap
- Tirah baring

• Diagnostik: -

• Terapeutik: transfusi PRC, asam folat 2 x 5 mg, vit. E


2 x 200 UI, deferioksamin 1,5 g/hari, deferipron 3 x 500
mg per oral, vit. C 1 x 100 mg per oral, pemantauan
fungsi organ berkala

• Edukasi: tetap kontrol teratur ke Pusat Thalassemia


• Diagnostik:
• Analisis dan kultur cairan serebrospinalis
• Terapeutik:
• Seftriakson 2 x 1,5 g, intravena selama 10-14 hari
• Deksametason 3 x 5 mg, intravena 2 hari pertama, 15 menit
sebelum antibiotika
• Pemantauan kesadaran, balans cairan, diuresis, uji
pendengaran
• Edukasi: dampak infeksi SSP, tata laksana komprehensif,
prognosis
•Diagnostik: kultur cairan timpanosentesis
•Terapeutik: rawat bersama THT
•Edukasi: higiene dan kebersihan telinga
• Diagnostik: kultur urin
• Terapeutik: antibiotika hingga 7-10 hari
• Edukasi: pentingnya menjaga higiene alat kelamin dan
daerah perianal
• Diagnostik: pemeriksaan gigi lengkap (konsultasi dengan
Departemen Gigi dan Mulut)
• Terapeutik: -
• Edukasi:
• menyikat gigi sedikitnya dua kali sehari dan kumur
teratur setelah makan
• menghindari makanan yang terlalu manis
1.Diagnostik: pemeriksaan anti-HBs
2.Terapeutik: kejar imunisasi
dT 2-3-4
Polio oral 2-3-4
Hepatitis B 2-3 bila anti-HBs masih negatif
MMR 1 kali
3.Edukasi:
pentingnya imunisasi, termasuk manfaat jangka
panjang
jenis-jenis imunisasi yang diperlukan dan pentingnya
mematuhi jadwal imunisasi
Hari rawat ke-5 (Jumat, 8 April 2011)

S Pasien menjalani tindakan miringotomi dalam narkose. Keluar cairan mukoid


bercampur pus setelah dilakukan insisi membran timpani daerah postero-inferior dan
timpanosentesis.Pasca-tindakan pasien dalam keadaan stabil. Muntah (-), demam (+),
nyeri di daerah operasi (+). Asupan makanan cukup. BAK jernih dan banyak, nyeri (-).

O Cukup aktif, kompos mentis, pucat (-), sesak (-), sianosis (-).
Laju nadi 100x/menit, laju napas 24x/menit, suhu 366 oC.
Pemeriksaan lain sama seperti sebelumnya.

A 1) Thalassemia-ß homozigot
(2) Meningitis bakterialis
(3) Otitis media akut aurikula sinistra pasca-miringotomi
(4) Tersangka infeksi saluran kemih

P 1)
2)
3)
Diet makan lunak 2000 kkal
Seftriakson 2 x 1,5 g IV
Deksametason 3 x 5 mg IV
4) Deferioksamin 1,5 g, 5 x/minggu SK, deferipron 3 x 500 mg PO, Asam folat 2 x 5 mg
PO, vit. E 2 x 200 UI PO, dan vit. C 1 x 100 mg PO
5) Ofloksasin tetes telinga 2 x 4 tetes AS
6) Pemantauan keadaan umum, kesadaran
Hari rawat ke-6 dan 7 (9 dan 10 April 2011)

S Demam (-), sakit kepala dan telinga kiri berkurang, asupan


makanan baik, tanpa cairan intravena.

O Aktif, kompos mentis, pucat (-), sesak (-), sianosis (-).


Laju nadi 88 x/menit, laju napas 20 x/menit, suhu 368 oC.
Leher: kaku kuduk (+).
Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal.
Abdomen datar, lemas, hepar teraba 4 cm di bawah arkus
kosta dan 4 cm di bawah prosesus xifoideus, lien teraba
Schuffner II
Akral hangat, waktu pengisian kapiler kurang dari tiga detik.
Pemeriksaan lain sama seperti sebelumnya.

Hasil uji Mantoux : 0 mm


Hari rawat ke-6 dan 7
(9 dan 10 April 2011)

A 1) Thalassemia-ß homozigot
(2) Meningitis bakterialis
(3) Otitis media akut aurikula sinistra pasca-miringotomi
(4) Tersangka infeksi saluran kemih

P 1)
2)
Diet makan biasa 1500 kkal + makan cair 3 x 200 mL
Seftriakson 2 x 1,5 g IV
3) Deksametason stop
4) Deferioksamin 1,5 g, 5 x/minggu SK, deferipron 3 x 500 mg PO,
Asam folat 2 x 5 mg PO, vit. E 2 x 200 UI PO, dan vit. C 1 x 100
mg PO
5) Ofloksasin tetes telinga 2 x 4 tetes AS
Hari rawat ke-8 (11 April 2011)

S Pasien tidak demam, sesekali mengeluh sakit kepala, nyeri telinga kiri tidak
ada, asupan makanan baik. Mobilisasi baik (sudah dapat berjalan ke kamar
mandi). Buang air kecil kuning jernih.

O Cukup aktif, kompos mentis, pucat (-), sesak (-), sianosis (-).
Laju nadi 88x/menit, laju napas 20x/menit, suhu 367oC.
Pemeriksaan lain sama seperti sebelumnya.

A 1) Thalassemia-ß homozigot
(2) Meningitis bakterialis
(3) Otitis media akut aurikula sinistra pasca-miringotomi
(4) Tersangka infeksi saluran kemih

P (1) Diet makan biasa2300 kkal


(2) Seftriakson 2 x 1,5 g IV
(3) Deksametason stop
(4) Deferioksamin 1,5 g, 5x/minggu SK, deferipron 3 x 500 mg PO, asam
folat 2 x 5 mg PO, vit. E 2 x 200 UI PO, dan vit. C 1 x 100 mg PO
(5) Ofloksasin tetes telinga 2 x 4 tetes AS
(6) cek hasil kultur urin
 Suhu tubuh > 38 0C yang menetap selama lebih dari 8
hari dengan penyebab yang sudah atau belum
diketahui

 Tiga penyebab utama: infeksi, keganasan, penyakit


jar. ikat
 terbanyak: kasus infeksi

 RSCM: infeksi bakteri  76%


Lorin MI, Feigin RD. Fever without source and fever of unknown origin. Dalam: Feigin RD, Cherry JD, Demmler
GJ, Kaplan SL. Text book of pediatric, infectious diseases. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier; 2004. h. 825-36
 Frekuensi nyeri kepala pada anak dan remaja makin
meningkat

 Evaluasi rasional dan hemat biaya


 Identifikasi pola sakit kepala
 Pemeriksaan fisik neurologis diperlukan termasuk gerakan bola mata,
diskus optikus, asimetri motorik, koordinasi, refleks.

 Lewis: pasien dengan demam dan kaku kuduk harus


dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan meningitis

Lewis DW. Headaches in Children and Adolescents. Am Fam Phys.2002;65:625-32


Infeksi respiratorik dengan Intoksikasi (mis. timbal,
atau tanpa demam karbonmonoksida)
Sinusitis Malfungsi pirau
ventrikuloperitoneal
Faringitis Tumor otak
Pasien dengan demam, nyeri
Meningitis kepala akut, kaku kuduk
Hidrosefalus
Migren Perdarahan subarakhnoid
HipertensiHarus menjalani lumbal
Perdarahan intrakranial
pungsi sejak awal
Obat terlarang (mis. kokain) Obat-obatan (mis.
metilfenidat, kontrasepsi oral,
steroid)
Lewis DW. Headaches in Children and Adolescents. Am Fam Phys.2002;65:625-32
 Peradangan selaput otak
 peningkatan jumlah PMN di CSS
 bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal

 Tidak ada gambaran klinis yang patognomonik

 Gejala klasik meningitis bakterial: demam, sakit kepala,


dan kekakuan di leher

 Tanda rangsang meningeal tidak spesifik

 Oostenbrink: 1/3 kasus meningitis dengan TRM(+)


 kecurigaan klinis penting untuk diagnosis
Saharso D dkk. Buku Ajar Neurologi Anak.2000
Losh DP. Clin Fam Pract. 2004;6:1-17.
Oostenbrink R, dkkl. Pediatr Emerg Care. 2001;17: 161-4.
Gejala klinis khas (-)
Kemampuan analisis penyakit
(D/ awal dipikirkan tifoid & kolesistitis)
Tanda rangsang meningeal terlewatkan

CT Scan kepala terlebih dulu, baru LP

Diagnosis terlambat
Baku emas diagnosis meningitis bakterial

 Pewarnaan Gram
 Kultur LCS 
menentukan etiologi

Saharso dkk. Buku Ajar Neurologi Anak.


Losh DP. Clin Fam Pract. 2004;6:1-17.
Oostenbrink et al. Pediatr Emerg Care. 2001;17: 161-4.
 Etiologi meningitis bakterialis anak >5 tahun 
Streptococcus pneumoniae (OMA), Neisseria meningitidis,
dan Haemophilus influenzae .
Pada pasien:
 •Sefotaksim diganti seftriakson (sesuai sensitifitas
Terapi:
•terhadap
SefotaksimS.300pneumoniae).
mg/kg dibagi 3 dosis atau seftriakson seftriakson 100 mg/kg
dibagi 2 dosis (10-143hari).
•Deksametason x 5 mg (dua hari).
• Kortikosteroid (deksametason 0,15 mg/kg/dosis selama 2 hari).
•Keluhan sakit kepala hilang dalam tiga hari.
 Pengobatan adekuat  dalam 3 hari pertama keluhan nyeri
kepala hilang

Dawson et al.Pediatr Infect Dis J. 1999;18:816-22.


Mangunatmadja I.Pain Management in Children.2006
Prober CG. Nelson Textbook of Pediatrics.2004
Klinis pasien membaik (sadar, sakit kepala (-), demam (-),
muntah (-)

Kesesuaian pengobatan dengan etiologi


 Insidens: 5-30% (terutama bila disebabkan
S.pneumoniae)
 Risiko ketulian pada pasien besar (menderita
OMA sebelumnya)  pemberian
deksametason dapat mengurangi risiko
ketulian.
 Uji pendengaran harus dilakukan setelah
pengobatan pasien selesai
 Definisi:
Inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah, karena
aerasi telinga tengah terganggu (umumnya karena gangguan tuba
eustakius)
 Kuman: Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
dan Moraxella catarrhalis
 Diagnosis (rekomendasi AAP):
 riwayat onset yang akut,
 tanda efusi telinga tengah, dan
 evaluasi adanya tanda dan gejala inflamasi telinga tengah
 pada anak besar: nyeri telinga (otalgia) dan tidak nyaman pada telinga.

Heyden GF, Schwartz RH. Am J Dis Child. 1985;139:721-3.


Bertin L dkk.Fundam Clin Pharmacol. 1996;10:387-92.
Rosenfeld RM, Bluestone CD. . Evidence-based otitis media.2003.
Linstrom CJ, Lucente FE, Joseph EM. . Head & neck surgery-otolaryngology edisi 3.2001
 Rekomendasi AAP otalgia
Pasien menderita (strong sejak
recommendation) untuk
tiga minggu SMRS
mengurangi nyeri:
(karena OMA & mastoiditis)
 Penambahan
Pasien ibuprofen
mendapatkan disamping parasetamol
parasetamol sebagai antipiretik dan
analgesik
 Dekongestan untuk atasi disfungsi tuba eustakius
Pasien mengalami komplikasi meningitis
 Insisi dan drainase dilakukan jika ada nyeri telinga hebat
atau gejala toksik sistemik
Miringotomi
(pasca-tindakan otalgia berkurang)

Heyden GF, Schwartz RH. Am J Dis Child. 1985;139:721-3.


Bertin L dkk.Fundam Clin Pharmacol. 1996;10:387-92.
Rosenfeld RM, Bluestone CD. . Evidence-based otitis media.2003.
Linstrom CJ, Lucente FE, Joseph EM. . Head & neck surgery-otolaryngology edisi 3.2001
 Insidensnya sudah jarang:
 Keberhasilan imunisasi
 Pemakaian antibiotika

 van Buchem: 4860 anak dengan OMA tanpa antibiotik 


kasus meningitis (-) Kasus:
 Meningitis sebagai komplikasi OMA mungkin
Meningitis
Kilpi: sebagai
kultur darah komplikasi
positif pada anakOMA mungkin
dengan meningitis
karena
bakterial faktor
akibat OMAimunisasi yang tidak
tidak berbeda lengkap
bermakna dan
antara
imunitas
kelompok anakyang
yangkurang baikantibiotika
mendapat akibat thalassemia
dengan yang
tidak mendapat antibiotika sebelumnya (77% and 78%)
Whitney CG, dkk. N Engl J Med. 2003;348:1737-46.
van Buchem FL, Peeters MF, van’t Hof MA. Br Med J (Clin Res Ed). 1985;290:1033-7.
Kilpi T, Anttila M, Kallio MJ, Peltola H. Lancet. 1991;338:406-9
 Gejala sering tidak khas (demam, muntah, diare,
Pasien:
gagal tumbuh, atau asimtomatik)
 Klinis: demam, muntah
 Meta analisis sensitivitas untuk mendiagnosis ISK:
 Urinalisis:
 Pewarnaan Gram (93%)
 leukosituria
 Lekosit esterase (83%)
 eritrosituria
 Uji nitrit (50%)
 nitrit positif
 Leukosit >10LPB (77%)
 bakteri positif
 Terapi:
 ISK antibiotika
asimtomatik empiris
 beri antibiotik tanpa menunggu
hasil kultur urin.
Tambunan T. Kegawatan pada penyakit ginjal anak. 2006
Gorelick MH, Shaw KN. Pediatrics. 1999;104:e54-60
 Pasien:BCG, DPT 1 kali, polio 1 kali, dan hepatitis B 1 kali

 Pasien pernah diperiksa HbsAg tetapi tidak diperiksa anti-


Hbs

Penderita
• kejar thalassemia
imunisasi (catch-up risiko lebih besar
immunization) mendapat
berupa infeksi
pemberian:
terkait transfusi
• Td 2-3-4, (seperti
hepatitis B 2-3,Hepatitis B) dan MMR 1 kali
polio 2-3-4
• melengkapi vaksinasi hepatitis A, tifoid, influenza, dan varisela
 Anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara
autosomal resesif
 Penyakit kronik yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan serius dan perubahan psikologis
 Diperlukan penanganan komprehensif  tim
multidisiplin, biaya sangat tinggi
 Pentingnya pencegahan lahirnya penderita baru
 Gangguan fisik, deformitas, pubertas terlambat

 Thailand: Pediatric Quality of Life Inventory (PedsQL™)


 kualitas hidup lebih rendah pada:
Pasien:
▪ onset anemia < 2 tahun
Potensial alami penurunan kualitas hidup:
▪ usia saat menerima transfusi darah pertama kali <4 tahun
 Terdiagnosis dan mendapat transfusi pertama
▪ mendapat transfusi darah bila Hb pre-transfusi <7 g/dL
usia 2 bulan
▪ menjalani pengobatan terapi kelasi besi
 Terapi kelasi besi
▪ thalassemia-ß homozigot

Thavorncharoensap M, Torcharus K, Nuchprayoon I. BMC. 2010:10:1-10


 Masalah dalam kehidupan keluarga, lingkungan, psikososial 
merugikan penderita dan kelanjutan pengobatannya  tata
laksana komprehesif seumur hidup
 bimbingan dan konseling berkala oleh petugas kesehatan.
 edukasi keluarga :tata laksana thalassemia, penyulit yang mungkin
timbul

 Untuk mencapai potensi tumbuh kembang optimal,


kualitas hidup, berkarya dalam masyarakat
Apakah pertanyaan penelitian didefinisikan dengan jelas dan taat
asas, misalnya difokuskan pada intervensi yang dilakukan? Ya

Apakah dalam pembagian subjek dilakukan secara acak? Ya

Apakah semua subjek yang direkrut diperhitungkan dalam


simpulan akhir dan dianalisis sesuai dengan alokasi awalnya? Ya

Apakah penelitian dilakukan dengan tersamar? Ya


Apakah masing-masing kelompok subjek diperlakukan sama? Ya
Apakah kelompok yang diperbandingkan setara pada awal
pecobaan? Ya
Apakah terdapat bias pada penelitian Tidak
sehingga luaran menjadi tidak valid?

Apakah hasil penelitian ini bermakna? Ya


Luaran kegagalan terapi p 0,001

Absolute Risk
Relative Risk Reduction Number Needed
Luaran kegagalan terapi RRR Reduction to Treat (NNT)
ARR
CER - EER
CER EER CER - EER 1/ARR
CER
44,9% 18,6% 58,6% 26,3% 4 pasien

Luaran perburukan Absolute Risk


Relative Risk Reduction Number Needed
Reduction
gambaran otologi RRR ARR to Treat (NNT)

CER - EER
CER EER CER - EER 1/ARR
CER
38% 5% 86,6% 33% 3 pasien
Apakah pasien kita mirip dengan subyek penelitian? Tidak
Perbedaan ras

Apakah simpulan kita terhadap hasil studi bermanfaat apabila Ya


disampaikan kepada pasien/keluarganya dalam tata laksana
secara keseluruhan?
 Validitas:
 Penelitian valid
 Importance:
 Terapi antibiotik menghasilkan efektivitas yang lebih baik
dan menghindarkan terjadinya efek samping pada anak-
anak dengan otitis media akut
 Aplikabilitas:
 Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberi
keterangan kepada pasien/keluarganya

Anda mungkin juga menyukai