Anda di halaman 1dari 38

KEAMANAN JAMU

Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.


BACK TO NATURE EMPIRIS

BIODIVERSITAS

PREVENTIF OBAT TRADISIONAL PROMOTIF

KURATIF REHABILITATIF
Klasifikasi Obat Tradisional

Jamu Fitofarmaka

Obat Herbal Terstandar


Jamu
• Jamu harus memenuhi kriteria :
– Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
– Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris;
– Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
• Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian
tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian
umum dan medium;
• Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata – kata : “
Secara tradisional digunakan untuk …”, atau sesuai dengan yang
disetujui pada pendaftaran
Obat Herbal Terstandar
• Harus memenuhi kriteria :
– Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
– Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah / pra klinik;
– Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku
yg digunakan pd produk jadi
– Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
• Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian
umum dan medium;
Fitofarmaka
• Harus memenuhi kriteria :
– Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
– Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji
klinik;
– Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku
yg digunakan pd produk jadi
– Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
• Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat
tingkat pembuktian medium dan tinggi;
1. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

2. EFEK SAMPING

3. PENYALAHGUNAAN
KELEBIHAN OT (JAMU) Dosis,
waktu,cara
pakai,bahan,
indikasi
EFEK SAMPING OT RELATIF KECIL BILA DIGUNAKAN
SECARA BENAR DAN TEPAT

ADA EFEK KOMPLEMENTER DAN/ SINERGISME

DAPAT MEMILIKI LEBIH DARI SATU EFEK FARMAKOLOGI

SESUAI UNTUK PENYAKIT DEGENERATIF DAN METABOLIK


Efek samping OT relatif kecil bila digunakan secara
benar dan tepat

a. Ketepatan takaran/dosis
• Daun seledri (Apium graviolens)  u/ hipertensi
Overdosis  syok

Tidak boleh dikonsumsi > 1 gelas perasan seledri sekali minum


• Mentimun tidak boleh dikonsumsi > 2 buah sekali makan
• Gambir  u/ diare

Konsumsi > 1 ibu jari  konstipasi


• Buah mahkota dewa -> 1 buah : 3 gelas air
• Dringu (Acorus calamus) -> do rendah memiliki
efek relaksasi otot dan sedatif thd SSP; do tinggi
bersifat psikoaktif
→ Asaron dalam dringu memicu kanker tu
pemakaian lama, memicu penumpukan cairan
di perut, menyebabkan gangguan pada jantung,
hati dan usus -> penggunaan internal dilarang
o/ FDA
b. Ketepatan waktu penggunaan
• Jamu cabe puyang 
menghambat kontraksi otot
uterus  sulit melahirkan
• Jamu kunir asem  abortivum 
keguguran pada awal kehamilan
• Jamu sari rapet  dikonsumsi
terus-menerus  memperkecil
uterus  kurang fertil
c. Ketepatan cara penggunaan
• Daun kecubung (Datura metel L.)  alkaloid
tropan  bronkhodilator  u/ asma

Dikeringkan, digulung, dan dihisap seperti rokok


• Daun kecubung direbus  diminum airnya 
keracunan karena kadar alkaloid tinggi
(‘mendem’) ditandai dg midriasis
• Risin termodifikasi dalam biji jarak (Ricinus
communis) sbg antikanker
→ Bila biji jarak dikonsumsi langsung dapat
menyebabkan keracunan dan diare karena
risin bersifat toksik
d. Ketepatan pemilihan bahan
• Lempuyang emprit (Zingiber amaricans L.) dan
lempuyang gajah (Zingiber zerumbert L.) berwarna
kuning ,pahit → untuk penambah nafsu makan
• Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.)
berwana kuning pucat, tidak pahit, berbau
lebih harum → untuk komponen jamu
pelangsing
• Kunir putih (antikanker)  Curcuma mangga,
Curcuma zedoaria, atau Kaempferia
rotunda ???
e. Ketepatan pemilihan TO/ramuan TO untuk
indikasi tertentu
• Konsumsi daun keji beling  jml eritrosit dalam urine >
normal

• Diuretik kuat  iritasi sal kemih

• Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) memiliki efek


diuretik lebih ringan  + daun tempuyung (Sonchus arvensis)
tanpa efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal
berkalsium
• Daun tapak dara (Vinca rosea) tidak dapat
digunakan utk mengobati diabetes (alkaloid)

Alkaloid vinkristin dan vinblastin  menurunkan


jml leukosit  rentan terhadap serangan
penyakit
• Pare mengandung alpha-momorchorin, beta-momorchorin dan
MAP30 (momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti
HIV/AIDS
• Biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai aktivitas
antispermatozoa, sehingga penggunaan biji pare secara tradisional
dengan maksud untuk mencegah AIDS dapat mengakibatkan
infertilitas pada pria.
• Konsumsi pare dalam jangka panjang, baik dalam bentuk jus, lalap
atau sayur dapat mematikan sperma, memicu impotensi, merusak
testis dan hormon pria, bahkan berpotensi merusak liver.
• Bagi wanita hamil, sebaiknya konsumsi pare dibatasi karena percobaan
pada tikus menunjukkan pemberian jus pare menimbulkan keguguran.
Adanya efek komplementer &/sinergisme dalam
ramuan obat tradisional/komponen bioaktif TO

• Suatu formulasi terdiri dari :


– komponen utama sebagai unsur pokok dalam tujuan
pengobatan,
– asisten sebagai unsur pendukung atau penunjang,
– ajudan untuk membantu menguatkan efek, serta
– pesuruh sebagai pelengkap atau penyeimbang dalam
formulasi.
• Setiap unsur bisa terdiri lebih dari 1 jenis TO
sehingga komposisi OT lazimnya cukup kompleks
Formula penurun tekanan darah
• Daun seledri (sebagai vasodilator), daun
alpukat atau akar teki (sebagai diuretika), daun
murbei atau besaran (sebagai Ca-antagonis),
serta biji pala (sebagai sedatif ringan)
Formula pelangsing
• Kulit kayu rapet dan daun jati belanda (sebagai pengelat/melapisi
dinding usus untuk mengurangi adsorpsi makanan), daun
jungrahap (sebagai diuretik), rimpang kunyit dan temulawak
(sebagai stomakik (memacu enzim2 pencernaan, memicu nafsu
makan), sekaligus bersifat pencahar).
• Walaupun nafsu makan ditingkatkan oleh temulawak dan kunyit,
tetapi penyerapan sari makanan dapat ditahan oleh kulit kayu
rapet dan jati belanda.
• Pengaruh kurangnya defekasi dinetralisir oleh temulawak dan
kunyit sebagai pencahar, sehingga terjadi proses pelangsingan,
sedangkan proses defekasi dan diuresis tetap berjalan
sebagaimana biasa.
Corigen
• Berupa bahan tambahan (untuk memperbaiki warna, aroma dan
rasa) dan bahan pengisi (untuk memenuhi jumlah/volume
tertentu).
• Corigen saporis (sebagai penyedap rasa, misalnya menta atau
kayu legi)
• Corigen odoris (penyedap aroma/bau, misalnya biji kedawung
atau buah adas)
• Corigen coloris (memperbaiki warna agar lebih menarik, misalnya
kayu secang, kunyit atau pandan).
• Untuk bahan pengisi bisa digunakan pulosari atau adas, sekaligus
ada ramuan yang disebut ‘adas-pulowaras’ atau ‘adas-pulosari’.
• Sediaan cairan atau larutan  Stabilisator dan Solubilizer
Stabilisator : menstabilkan komponen aktif dalam unsur
utama
Solubilizer : menambah kelarutan zat aktif
Contoh :
a. Kurkuminoid, yaitu zat aktif dalam kunyit yang bersifat labil
pada suasana alkalis atau netral, tetapi stabil dalam suasana
asam, sehingga muncul ramuan ‘kunir-asem’.
b. Etil metoksi sinamat, suatu zat aktif pada kencur yang agak
sukar larut dalam air; untuk menambah kelarutan diperlukan
adanya ‘suspending agent’ yang berperan sebagai solubilizer
yaitu beras, sehingga dibuat ramuan ‘beras-kencur’.
TO dengan efek sinergis dan
komplementer

• Efek sejenis (sinergis) : untuk diuretik bisa digunakan daun keji


beling, daun kumis kucing, akar teki, daun apokat, rambut
jagung dll.
• Efek komplementer (saling mendukung) :
– herba timi (Thymus serpyllum atau T. vulgaris) sebagai salah satu
ramuan obat batuk. Herba timi diketahui mengandung minyak atsiri
(antara lain tdd : thymol dan kalvakrol) serta flavon polimetoksi.
Thymol : ekspektoran (mencairkan dahak)
Kalvakrol : anti bakteri penyebab batuk
Flavon polimetoksi : penekan batuk non narkotik
– Efek diuretik pada daun kumis kucing karena adanya senyawa
flavonoid, saponin dan kalium.
Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu
efek farmakologi

• Contoh : rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza)


sebagai anti inflamasi, anti hiperlipidemia, cholagogum
(merangsang pengeluaran produksi cairan empedu),
hepatoprotektor dan juga stomakikum  ada 2 efek yang
kontradiksi, yaitu anti hiperlipidemia dan stomakikum.
• Kelembak (Rheum officinale) mengandung antrakinon yg
bersifat non polar dan berfungsi sebagai laksansia (urus-
urus/pencahar); tetapi juga mengandung senyawa tanin
yang bersifat polar dan berfungsi sebagai
astringent/pengelat dan bisa menyebabkan konstipasi
untuk menghentikan diare
Lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan
degeneratif

• Penyakit metabolik : diabetes mellitus, hiperlipidemia, asam


urat, batu ginjal dan hepatitis
• Penyakit degeneratif : rematik, asma (sesak nafas), ulcer,
haemorrhoid, dan pikun (Lost of memory).
• Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan
pemakaian obat dalam waktu lama, sehingga jika
menggunakan obat modern dikhawatirkan adanya efek
samping yang terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan.

Lebih sesuai bila menggunakan obat alam/OT, walaupun


penggunaannya dalam waktu lama tetapi efek samping yang
ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.
KELEMAHAN OT
(JAMU)

EFEK FARMAKOLOGIS LEMAH

BAHAN BAKU BELUM TERSTANDAR

BAHAN BERSIFAT HIGROSKOPIS, VOLUMINOUS

BELUM DILAKUKAN UJI KLINIK

MUDAH TERCEMAR MIKROORGANISME


EFEK SAMPING OT (JAMU)
• Merica (Piper nigrum) : antidiabetes,
meningkatkan TD
• Kencur (Kaempferia galanga) : penekan batuk,
meningkatkan TD
• Brotowali (Tinospora sp.) : gangguan kehamilan,
menghambat pertumbuhan plasenta
• OT  SEES (Side Effect Eliminating Subtanted) :
Perasan air tebu mgd saccharant (antidiabetes),
shg bisa dikonsumsi px DM
ANAM
Tanaman yang dianggap berbahaya
Tanaman oksitoksik (merangsang uterus)
PENYALAHGUNAAN OT (JAMU)
• PENYALAHGUNAAN CARA PEMAKAIAN : daun

ganja dicampur rokok, seduhan kecubung

• PENYALAHGUNAAN TUJUAN PEMAKAIAN :

jamu terlambat datang bulan utk abortivum

• PENYALAHGUNAAN PROSES PEMBUATAN/

PRODUKSI : jamu + bko, jamu + alkohol


SAINTIFIKASI JAMU

JAMU
AMAN BERKHASIAT BERMUTU
PUSTAKA
1.Katno dan Pramono, S. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Fakultas Farmasi UGM.
2. Elfahmi dkk. Jamu: The Indonesian Tradistional Herbal Medicine.
3. Depkes, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1076/2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional
4. Depkes, 2007, Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1109/2007 tentang
Penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan
5. Depkes, 2008, Farmakope Herbal Indonesia ed I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
6. Depkes, 2009, Keputusan Menteri Kesehatan RI No 261/2009 tentang Farmakope
Herbal Indonesia ed I
7. Depkes, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan RI No 003/2010 tentang Saintifikasi Jamu
8. Siswanto, Y.W., 2004. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Penebar
Swadaya, Jakarta
TUGAS PAPER DAN DISKUSI
• 1 kelas dibagi menjadi 4 kelompok
• Kelompok 1 : upaya untuk mengontrol kualitas saat budidaya
hingga pemanenan
• Kelompok 2 : upaya untuk mengontrol kualitas saat pasca panen
→ bila perlu, sertakan bentuk pengujiannya
• Kelompok 3 dan 4 : carilah kasus di artikel ilmiah (jurnal) ataupun
media massa mengenai penggunaan jamu. Bisa berupa
penyalahgunaan maupun ES jamu tsb. Pembahasan dengan
mencantumkan pustaka mengenai komposisi jamu tsb
(kandungan kimia hingga mekanisme kerja yang mendukung
penyalahgunaan/timbulnya ES)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai