Anda di halaman 1dari 10

FIMOSIS

EPIDEMIOLOGI
• Berdasarkan data epidemiologi, fimosis
banyak terjadi pada bayi atau anak-anak
hingga mencapai usia 3 atau 4 tahun.
• 1-5% kasus terjadi sampai pada usia 16 tahun
• Pada saat usia 3 tahun, 90% preputium sudah
dapat diretraksi
ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi
karena ruang di antara kutup dan penis tidak
berkembang dengan baik  kulup menjadi
melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik ke arah pangkal
Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat, misalnya karena infeksi atau
benturan.
PATOFISIOLOGI
• Pada kasus fimosis, lubang yang terdapat dipreputium
sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans
penis sama sekali tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa
lubang yang sangat kecil di ujung preputium. Pada
kondisi ini, akan terjadi fenomena“balloning”dimana
preputium mengembang saat berkemih karena
desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya
lubang di ujung prepusium. Adanya kandungan
glukosa pada urine menjadi pusat bagi
pertumbuhan bakteri
PATOFISIOLOGI
Pada lapisan dalam preputium terdapat kelenjar
sebacea yang memproduksi smegma. Letak kelenjar ini
didekat pertemuan preputium dan glans penis yang
membentuk semacam “lembah” dibawah korona
glans penis (bagian kepala penis yang berdiameter
paling lebar). Di tempat ini terkumpul keringat,
debris/kotoran, sel mati dan bakteri.
PATOFISIOLOGI
Bila tidak terjadi fimosis, kotoran ini mudah
dibersihkan. Namun pada kondisi fimosis,
pembersihan tersebut sulit dilakukan karena
prepusium tidak bisa ditarik penuh ke
belakang. Bila yang terjadi adalah
perlekatan preputium dengan glans penis,
debris dan sel mati yang terkumpul tersebut
tidak bisa dibersihkan.
MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri saat buang air kecil
2. Mengejan saat buang air kecil
3. Pancaran urin mengecil
4. Benjolan lunak di ujung penis akibat penumpukan smegma
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Fisik
Inspeksi penis, inspeksi preputium, dan palpasi
penis
• Preputium tidak dapat diretraksi ke proksimal hingga ke
korona glandis
• Pancaran urin mengecil
• Menggelembungnya ujung preputium saat bekemih
• Eritema dan udem pada preputium dan glans penis
• Pada fimosis fisiologis, preputium tidak memiliki skar dan
tampak sehat
• Pada fimosis patologis, pada sekeliling preputium terdapat
ingkaran fibrotik
• Timbunan smegma pada sakus preputium
TATALAKSANA
• Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan,
karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada
ujung preputium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder.
• Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat
diberikan salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3/4 kali,
dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian preputium dapat
diretraksi spontan.
• Fimosis dengan keluhan miksi, menggelembungnya ujung
prepusium pada saat miksi atau infeksi postitis merupakan
indikasi untuk dilakukan sirkumsisi,dimana pada fimosis
disertai balanitis/postitis harus diberikan antibiotika
terlebih dahulu
KOMPLIKASI

1. Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih


2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian
terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
3. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
4. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan
rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
5. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.
6. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal

Anda mungkin juga menyukai