Anda di halaman 1dari 26

PENURUNAN KESADARAN DARI SEGI

NEUROLOGI
HESTI KURNIA
DEFINISI

Kesadaran merupakan manifestasi dari normalnya aktivitas otak.


Kesadaran ditandai dengan adanya awareness (sadar) terhadap
diri sendiri dan lingkungan, serta memiliki kemampuan untuk
merespon stimulus internal maupun eksternal
ETIOLOGI

Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu:


Gangguan metabolik dan lesi difus (65%) seperti meningitis, perdarahan subarachnoid dan kejang.
Lesi supratentorial (20%) pada hemisfer serebri.
Lesi Infratentorial (13%) pada serebelum dan batang otak.
Gangguan kejiwaan (2%).
Terdapat dua struktur anatomi yang mempengaruhi derajat kesadaran, yaitu kedua
hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS) dibatang
otak. Kedua struktur ini berperan dalam proyeksi dan penerimaan impuls aferen
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai compos mentis,
dimana terdapat aksi dan reaksi (ekspresi) terhadap apa yang dilihat,
didengar, dihidu, dikecap, dialami dan perasaan keseimbangan, nyeri, suhu,
raba, gerak, getar, tekan dan sikap, bersifat adekuat yaitu tepat dan sesuai

Kesadaran yang sangat menurun, ialah kesadaran dimana tidak terdapat


aksi dan reaksi, kendatipun dirangsang secara kasar. Keadaan tersebut
dinamakan koma
KLASIFIKASI
Somnolen

Delirium

Apatis
Akut
Stupor

Koma

Locked-in syndrome

Dementia

Hypersomnia

Abulia

Kronik Akinetic Mutism

The minimally conscious state

Vegetative state

Brain Death
ETIOLOGI PENURUNAN KESADARAN
Kelainan
Struktural
Etiologi
Kelainan
Metabolik

Penurunan Lesi
Kesadaran Supratentorial
Lokasi
Lesi
Lesi Destruksi Infratentorial
dan Lesi
Kompresi
PATOFISIOLOGI PENURUNAN KESADARAN

Ada dua lintasan yang digunakan untuk menyampaikan impuls aferen ke korteks serebri, yaitu :
1. Lintasan Sensorik Spesifik
2. Lintasan Sensorik Nonspesifik
MANIFESTASI KLINIS PENURUNAN
KESADARAN
Lesi Supratentorial :
Kontralateral Hemiparesis, Kontralateral
Hemisensorik, dan Afasia, Sindrom
herniasi uncal, dan penurunan kesadaran
bertahap
LESI INFRATENTORIAL

• Penurunan kesadaran mendadak


• Lesi di midbrain menyebabkan hilangnya fungsi pupil: pupil berdiameter 5 mm
dan unreaktif terhadap cahaya.
• Perdarahan di Pons atau penekanan pada Pons akibat infark atau perdarahan pada
serebelum menyebabkan pinpoint pupil.
• Deviasi pandangan (Conjugate deviation) dari sisi lesi (dan menuju hemiparesis), atau
gerakan mata seperti: ophthalmoplegia internuclear (kerusakan selektif adduksi
mata).
• Pola ventilasi dapat bersifat ataxic atau gasping.
• Hemiparesis alternans
PENURUNAN KESADARAN AKIBAT METABOLIK:

Tidak memiliki fokalilasi


Biasanya didahului oleh delirium
Perubahan pola pernapasan (Pola Cheyne-Stokes)
Refleks cahaya pupil yang tetap terjaga
Gerakan bola mata yang tidak beraturan
Kelemahan fokal
Kejang fokal (fokus berpindah pindah dari satu serangan ke serangan lain)
PEMERIKSAAN PASIEN PENURUNAN KESADARAN

Anamnesis (Alloanamnesis)
Pemeriksaan Umum
Tanda Vital
Tanda Trauma
Funduskopi
Tanda pada kulit
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Derajat Kesadaran
Pemeriksaan Rangsang Meningeal
Refleks Refleks Batang Otak
Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial
Pemeriksaan Motorik dan Refleks
Kompos
Mentis

Somnolen
Kualitatif
Stupor

Koma

Skala Koma
Kuantitatif
Glasgow
SKALA KOMA GLASGOW

Mata: Motorik:
E1 tidak membuka mata dengan rangsang nyeri M1 tidak melakukan reaksi motorik dengan rangsang nyeri
E2 membuka mata dengan rangsang nyeri M2 reaksi deserebrasi dengan rangsang nyeri
E3 membuka mata dengan rangsangsuara M3 reaksi dekortikasi dengan rangsang nyeri
E4 membuka mata spontan M4 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak mencapai sasaran
M5 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi mencapai sasaran
M6 reaksi motorik sesuai perintah
Verbal:
V1 tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri
(none)
V2 respon mengerang dengan rangsang nyeri (sounds)
V3 respon kata dengan rangsang nyeri (words)
V4 bicaradengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat
(confused)
V5 bicaradengan kalimat dengan orientasi baik (orientated)
Posner JB, Saper CB, Schiff ND, Plum F. Plum and Posners’s Diagnosis of Stupor and Coma. Oxford: Oxford University Press. 2007
Posner JB, Saper CB, Schiff ND, Plum F. Plum and Posners’s Diagnosis of Stupor and Coma. Oxford: Oxford University Press. 2007
Posner JB, Saper CB, Schiff ND, Plum F. Plum and Posners’s Diagnosis of Stupor and Coma. Oxford: Oxford University Press. 2007
Posner JB, Saper CB, Schiff ND, Plum F. Plum and Posners’s Diagnosis of Stupor and Coma. Oxford: Oxford University Press. 2007
TATALAKSANA PENURUNAN KESADARAN
UMUM
• Pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit ekstensi bila tidak ada kontraindikasi
seperti fraktur servikal dan tekanan intrakranial yang meningkat
• Posisi trendelenburg baik sekali untuk mengeluarkan cairan trakeobronkhial, pastikan jalan nafas
lapang, keluarkan gigi palsu jika ada, lakukan suction di daerah nasofaring jika diduga ada cairan.
• Lakukan imobilisasi jika diduga ada trauma servikal, pasang infus sesuai dengan kebutuhan bersamaan
dengan sampel darah.
• Pasang monitoring jantung jika tersedia bersamaan dengan melakukan elektrokardiogram (EKG).
• Pasang nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah aspirasi, lakukan bilas lambung
jika diduga ada intoksikasi. Berikan tiamin 100 mg iv, berikan destrosan 100 mg/kgbb.
• Jika dicurigai adanya overdosis opium/ morfin, berikan nalokson 0,01 mg/kgbb setiap 5-10 menit
sampai kesadaran pulih (maksimal 2 mg).
KHUSUS
Pada herniasi
Tanpa herniasi:
• Pasang ventilator lakukan hiperventilasi
dengan target PCO2: 25- 30 mmHg. • Ulang pemeriksaan neurologi yang lebih
• Berikan manitol 20% dengan dosis 1-2 gr/ teliti
kgbb atau 100 gr IV. Selama 10-20 menit • Jika pada CT-Scan tak ditemukan kelainan,
kemudian dilanjutkan 0,25-0,5 gr/kgbb atau lanjutkan dengan pemeriksaan pungsi
25 gr setiap 6 jam. lumbal.
• Edema serebri karena tumor atau abses dapat • Jika lumbal pungsi positif adanya infeksi
diberikan Deksametason 10 mg IV lanjutkan
4-6 mg setiap 6 jam berikan antibiotik yang sesuai.
• Jika pada CT-scan kepala ditemukan adanya • Jika lumbal pungsi positif adanya
CT yang operabel seperti epidural hematoma, perdarahan terapi sesuai dengan pengobatan
• konsul ke Bedah saraf untuk operasi perdarahan subarakhnoid
dekompresi.
Tatalaksana di IGD sebagai dokter umum:

ABC ( Airway, Breathing, Circulation )


Pemeriksaan neurologis (GCS, Rangsang meningeal, refleks cahaya, refleks batang otak)
Anamnesis/alloanamnesis dengan keluarga atau kerabat yang mengetahui tentang kejadian
Ditanyakan onset sudah berapa lama
Mekanisme kejadian
Riwayat penyakit yang sedang diderita pasien
Riwayat penyakit dahulu
(sambil melakukan anamnesis, dilakukan pengambilan darah untuk mengetahui penyebab
penurunan kesadaran yang mungkin disebabkan oleh kelainan metabolik).
Konsulkan ke dokter spesialis saraf
Lakukan observasi untuk melihat apakah terdapat tanda perburukan, meliputi GCS, pemeriksaan pupil (delayed
pupil), tanda vital, lateralisasi (delayed hemiparesis), perubahan pola napas, motorik (apakah terdapat kejang).
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai