Anda di halaman 1dari 31

MODUL INTI- 1

Layanan Tes HIV


TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:

 Meminta pasien melakukan tes HIV dan skrining HIV


TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah selesai mengikuti sesi ini peserta mampu:

 Menjelaskan konsep tes HIV

 Meminta pasien untuk tes HIV

 Melakukan skrining HIV


Pokok Bahasan

 Konsep tes HIV

 Layanan tes HIV:

 Konsep tes HIV

 Prinsip 5 C

 Penawaran rutin tes HIV

 Algoritma layanan tes HIV

 Skrining dengan reagen 1


POKOK BAHASAN 1
KONSEP TES HIV
Latar Belakang
 Penemuan kasus HIV dan pengobatan ARV sudah dilakukan sejak
1981
 Terjadi pergeseran paradigma metoda pendekatan kasus dari KTS -
TIPK
 Implementasi TIPK sejak tahun 2009 masih menimbulkan gap yaitu
 Pelaksanaan TIPK masih belum merata dilakukan oleh seluruh fasyankes
 Masih ada perbedaan pelaksanaan konsep TIPK
 Penemuan kasus HIV dibandingkan dengan jumlah estimasi baru
mencapai 32%
 Kemampuan penemuan kasus dibandingkan dengan estimasi baru
mencapai 12 % (paparan fast track TOP)
 Laju transmisi HIV yang masih tinggi
 WHO telah menerbitkan pedoman HIV Testing Service yang baru
 Kementerian Kesehatan ingin merevisi pedoman TIPK dan
meningkatkan cakupan testing dan pengobatan ARV
Konsep Layanan Tes HIV
 Menempatkan HIV sama seperti penyakit lainnya
 Terkait dengan karakter penyakit HIV
 Perlu menjawab beberapa pertanyaan yaitu
 Bagaimana cara menemukan kasus
 Bagaimana kasus yang ditemukan dapat diobati dan
ditindaklanjuti dengan membangun jejaring kerja internal maupun
eksternal
 Bagaimana membangun layanan yang dapat diakses oleh populasi
kunci dan tidak memberikan ketakutan dan stigma.
 Sistem promosi atau marketing agar masyarakat tahu jika tersedia
layanan diagnosis dan pengobatan HIV serta dapat diakses
 Dibangun secara terintegrasi dengan sistem layanan yang ada
POKOK BAHASAN 2. Layanan Tes HIV

1.Prinsip 5 C
2. Penawaran rutin tes HIV
3. Algoritma Layanan Tes HIV
PRINSIP Tes HIV

1. Consent (persetujuan pasien)

2. Confidentiality (konfidensialitas)

3. Counseling (konseling)

4. Correct test result (hasil tes yang sahih)

5. Connect to care, prevention and treatment services


(dihubungkan dengan layanan Pengobatan Dukungan dan
Perawatan serta pencegahan)
Penerjemahan 5 C (1)
 Penerjemahan 5 C yaitu
 Consent
 Cukup informasi singkat alasan di tes HIV
 Cukup verbal dan tidak perlu tanda tangan – perlu diikuti oleh donor
yang lain
 Definisi usia pada anak- mempertimbangkan banyak anak remaja
sudah tertular dan tidak mau diketahui orang tua/keluarga – pada
anak usia < 18 thn siapa yang jadi wali jika tidak ada ortu atau jauh
dari keluarga
 Confidentiality
 Status HIV akan dibuka kepada sesama nakes untuk kepentingan
perawatan dan pengobatan
 Pembukaan status HIV kepada pasangan dengan atau tanpa
persetujuan dari penderita
 Perlu evaluasi kemungkinan terjadinya kekerasan fisik – cara?
Penerjemahan 5 C – (2)
 Counselling
 Tidak perlu melakukan evaluasi detail risk assessment dan
“konseling”
 Pasca tes HIV ditekankan pada menjelaskan arti tes dan
rencana kerja pengobatan
 Dilakukan oleh nakes – tidak tergantung konselor
 Correct result
 Perlunya PMI dan PME
 Connect to care
 Memastikan bahwa semua hasil tes positif wajib mendapatkan
akses pengobatan ARV
Penugasan 1. Latihan Soal Konsep/Prinsip 5 C
Triase

 Triase – bentuk pencarian kasus yg dilakukan oleh unit


layanan kesehatan

 Skrining R1 oleh petugas kesehatan

 Hasil reaktif perlu dirujuk ke sarana yg mampu menegakkan


diagnosis dan memberikan pengobatan ARV
Pasien di sarana rawat jalan dan rawat inap

Kelompok pasien yang di tes HIV

 LSL, Waria, WPS/PPS, Penasun dan Pelanggan


 Ibu hamil
 Pasien TB
 Pasien IMS atau dengan keluhan IMS
 Pasien hepatitis
 Pasien dengan gejala penurunan kekebalan
tubuh (gejala IO)
 Pasangan ODHA
 Di daera epidemi meluas , semua orang yang
datang ke layanan
menerima verbal consent

Menerima Tes Menolak tes

Ke laboratorium Tanda tangan surat pernyataan, beri informasi manfaat tes

Hasil lab baik reaktif atau neg dikembalikan ke nakes pengirim

Positif Inkonklusif Negatif

Jelaskan makna hasil tes, jelaskan secara garis besar, apa langkah yang
akan dilakukan di klinik terpadu untuk akses layanan ARV beserta semua
paket perawatan
Penemuan Kasus
Pedoman pelaksanaan TIPK di fasilitas layanan kesehatan
(fasyankes) merekomendasikan Tes HIV sebagai berikut:
 Ditawarkan kepada pasien yang menunjukkan tanda dan gejala
penyakit yang mungkin terkait HIV atau AIDS, tanpa memandang
tingkat epidemi HIV di daerah itu

Ditawarkan secara rutin:


 Di daerah dengan tingkat epidemi HIV meluas -semua pasien yang
berkunjung ke fasyankes
Penemuan kasus - Lanjut
Di daerah dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi atau rendah
pada semua:
 Pasien TB termasuk TB MDR
 Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS)
 Pasien hepatitis B/C
 Ibu hamil
 Pasangan ODHA
 Populasi kunci HIV; WPS, LSL, Waria, Penasun
 Sirkumsisi orang dewasa
Informasi Pra Tes – secara umum

 Manfaat tes HIV pada tiap kelompok yang dites

 Kaitan TB/IMS/Hepatitis dengan HIV

 Risiko penularan HIV pada tiap kelompok juga kepada


bayi
Informasi Pra-Tes – Spesifik pada
bumil

Informasi pra-tes bagi perempuan hamil atau kemungkinan


hamil meliputi:
 Risiko penularan HIV kepada bayi
 Cara mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak,
termasuk terapi antiretroviral, cara persalinan dan
konseling tentang makanan bayi
 Keuntungan melakukan diagnosis HIV secara dini bagi
bayinya
Contoh komunikasi untuk menawarkan tes
HIV, sifilis dan hepatitis kepada ibu hamil
Contoh Komunikasi untuk Tes HIV
pada kelompok Pasien TB

Sudah menjadi program pemerintah bahwa semua pasien TB


dilakukan tes HIV. Orang dengan TB yang juga HIV harus
segera mendapatkan obat HIV (ARV), jika tidak, dapat
membahayakan Anda. Saya akan melakukan tes HIV, kecuali
Anda menolak. Apakah ada pertanyaan?
Penjelasan tentang Konfidensialitas

Layanan tes harus konfidensial, artinya segala isi komunikasi


antara/pasien dengan petugas atau konselor tidak boleh
dibuka kepada orang lain tanpa persetujuan pasien.

Namun, Demi kepentingan kesehatan klien/pasien, hasil tes


dapat dibagikan kepada petugas yang merawat atau
mengobati pasien.
Permenkes 21/2013, Pasal 21
Jika Pasien Menolak Tes HIV
Berikut pertanyaan dan alasan yang biasa dikemukakan pasien ketika pasien
menolak tes HIV, beserta responnya:

 Pasien ragu karena Ia hanya berhubungan seks dengan suaminya saja.


 Ingatkan bahwa satu-satunya cara untuk memastikannya adalah dengan melakukan tes
HIV, agar nanti tatalaksana pasien dan bayi lebih sesuai.

 Pasien khawatir status HIV nya dapat diketahui oleh orang lain.
 Jelaskan tentang prinsip konfidensialitas di dalam menangani data pasien yang berlaku
untuk semua penyakit.

 Pasien butuh persetujuan suami untuk melakukan tes.


 Buat jadwal ulang untuk seluruh pemeriksaan, tawarkan untuk membantu berbicara
dengan suami pasien jika dibutuhkan.

 Pasien khawatir ada kekerasan dalam rumah tangga jika Ia melakukan tes HIV.
 Rujuk ke konselor VCT yang lebih berpengalaman.
Penugasan 2. Bermain peran. Meminta
pasien untuk Tes HIV
Pokok Bahasan 3.
Skrining HIV
Bagan Alur 2. Alur Tes Skrining Hiv & Sifilis Di
Pustu/Posyansdu/Layanan Garda Terdepan

Skrining HIV dan Sifilis

Edukasi dan Informasi

Ambil darah perifer/ujung jari

Lakukan Pemeriksaan HIV dan Sifilis dengan Tes Cepat/Rapid


tes

Non Reaktif Reaktif

Ambil darah vena --> Rujuk sampel Rujuk Pasien untuk datang ke Puskesmas/klinik
Informasikan hasil ke Pasien ke Layanan statis HIV untuk pemeriksaan lanjutan
(puskesmas/klinik)

Jadwalkan pemeriksaan ulang sesuai faktor risiko


Pemeriksaan Anti HIV Metoda Rapid dan Interpretasi Hasil (1)

 Persiapan Pasien:
 Informasi pra tes
 Verbal consent
 Persiapan Petugas:
 Terlatih
 Memenuhi syarat 5C
 Persiapan Sampel
 Pengambilan sampel oleh tenaga kompeten
 Pengolahan sampel darah harus sesuai dengan petunjuk “Package
insert reagensia
 Prosedur pengambilan sesuai dengan Prosedur Kerja Standar (PKS)
Pemeriksaan Anti HIV Metoda Rapid dan
Interpretasi Hasil (2)

 Reagensia dan Alat:


Reagensia yang sudah terdaftar pada Kemenkes
Pemilihan sesuai kaidah pada Permenkes 15 tahun 2015
Perhatikan kadaluwarsa dan suhu penyimpanan
Peralatan terpelihara dan terkalibrasi teratur
 Mengatur tempat pemeriksaan:
Ruang kerja teratur dan bersih
Tempat peralatan teratur, tidak berpotensi kecelakaan kerja
 Prosedur Pemeriksaan
Prosedur Pemeriksaan HIV

 Ambil darah dari ujung jari dengan menggunakan lancet

 Teteskan darah pada membran dengan volume sesuai dengan package


insert (beda reagensia beda volume dan prosedur)

 Teteskan buffer dengan volume sesuai dengan package insert (beda


reagensia beda volume dan prosedur)

 Tunggu selama 15-20 menit (tergantung reagensia yang digunakan)

 Baca Hasil langsung

 Tulis hasil dilembar hasil dan di lembar kerja pemeriksaan laboratorium

 Bila hasil Reaktif  ambil darah vena (rujuk sampel) / rujuk pasien ke
layanan statis (Puskesmas/klinik)
Penugasan 3. Latihan Melakukan skrining HIV

Anda mungkin juga menyukai