Anda di halaman 1dari 15

SHOCK HEMORAGIC

POLTEKKES DEPKES KALTIM


PRODI KEBIDANAN BALIKPAPAN
Disusun Oleh :

Nama : Novita Rizky A.


Nuniek Artini S.
Tingkat / Semester : ½
Jalur : Umum Reguler
PEMBAHASAN
 Pendahuluan
 Tanda-Tanda Shock
 Pengertian Shock Hemoragic
 Sirkulasi Shock Hemoragic
 Penanganan Shock Hemoragic
PENDAHULUAN
Syok merupakan kegagalan system
sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang adekuat ke organ-organ vital.
Kedaruratan dalam pelayanan obsetetri
dan ginekologi yang bisa berakibat fatal
merupakan salah satu kedaruratan yang
tidak jarang terjadi. Penyebab utama syok
adalah hemoragia antepartum dan
postpartum.
TANDA-TANDA SHOCK
Syok Awal Syok Lanjut

Terbagun, sadar, cemas Bingung atau tidak sadar

Denyut nadi agak cepat (110 Denyut nadi cepat dan lemah
permenit atau lebih)
Pernapasa sedikit lebih cepat (30 Napas pendek dan napas cepat
tarikan napas permenit atau lebih)
Pucat Pucat dan dingin

Tekanan darah rendah-ringan Tekanan darah sangat rendah


(sistolik kurang dari 90 mmHg)
Haluaran urine 30 cc perjam atau Haluaran urine kurang dari 30 cc
lebih perjam
PENGERTIAN SHOCK HEMORAGIC

Hemoragi adalah pengaliran darah keluar dari pembuluh


darah yang bisa mengalir keluar tubuh (perdarahan
eksternal) atau ke dalam tubuh (perdarahan internal).
Syok hemoragik adalah syok yang terjadi akibat
perdarahan dalam jumlah yang besar (500 ml). Banyak
terjadi dalam obsetri, disebabkan oleh perdarahan
postpartum, perdarahan karena abortus, kehamilan
ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta,
rupture uteri dan perlukaan jalan lahir. Penanganannya
adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti
segera darah yang hilang.
Syok hemoragi reversibel
dibagi dalam 2 stadium :

 Syok reversibel dini (early reversible


shock), yang dapat dikompensasikan
 Syok reversibel lanjut (late reversible
shock), yang dalam keadaan
dekompensasi.
Syok hemoragi dalam obsetri dapat
dijumpai pada :

 Antepartum
 Intrapartum
 Postpartum
Sirkulasi shock hemoragic
Pada semua macam shock terdapat gangguan dalam
sirkulasi mikro.setelah terjadi perdarahan yang berat,
volume darah yang beredar menjadi sangat berkurang.
Hipovolumenya dapat berakibat hipotensi, sehingga
penderita jatuh dalam keadaa syok. Setelah penderita
jatuh ke dalam keadaan syok, peningkatan kadar
catecholamin dalam darah yang disertai vasokonstriksi
arteriola2 dan venula2 dalam sirkulasi mikro. Maka
terjadilah Symphatetic squezing. Pembuluh2 darah
dalam alat2 vital tidak turut serta dalam Symphatetic
squezing.
Vasokonstriksi arteriola2 & venula2 dalam
sirkulasi mikro menyebabkan tekanan hidrostatik
dalam kapiler2 menurun.Keadaan ini
mengakibatkan rembesan cairan ekstravaskuler
ke ruang intravaskuler, peristiwa ini menambah
volume darah yang beredar. Berkat autotransfusi
terjadinya iskemi selektif alat-alat tubuh dan
berkat pengaliran cairan dari ekstravaskuler ke
intravaskuler maka vol. darah yang keluar dan
curah jantung dapat dipertahankan sehingga
hipotensi dapat diatasi dan perkusi jaringan
terjamin.
PENANGANAN SHOCK
HEMORAGIC
Pada syok hemoragi tindakan esensial adalah
menghentikan perdarahan dan menganti
kehilangan darah. Setelah diketahui adanya syok
hemoragi, penderita dibaringkan dalam posisi
Trendelenburg, yaitu dalam poisi terlentang
biasa dengan kaki sedikit tinggi (30˚). Dijaga
jangan sampai penderita kedinginan badannya.
Setelah kebebasan jalan nafas terjamin, untuk
meingkatkan oksigenisasi dapat diberi oksigen
100% kira-kira 5 liter/menit melalui jalan nafas.
Sampai diperoleh persediaan darah buat
tranfusi, pada penderita melalui infus segera
diberi cairan dalam bentuk larutan seperti NaCl
0,9%, ringer laktat, dekstran, plasma dan
sebagainya. Sebagai pedoman dala menentukan
jumlah volume cairan yang diperlukan,
dipergunakan ukuran tekanan vena pusat (CVP)
dan keadaan diuresia. CVP dapat dipergunakan
untuk menilai hubungan antara volume darah
yang mengalir ke jantung dan daya kerja
jantung.
Tinggi CVP pada seseorang yang sehat
yang berbaring adalah 5-8 cm air.
Tekanan akan menurun jika volume darah
itu menjadi kurang dan akan menarik
dengan berkurangnya daya kerja jantung.
Dengan demikian, CVP penting untuk
memperoleh informasi tentang
keseimbangan antara darah yang mengalir
ke jantung dan kekuatan jantung, serta
untuk menjaga jangan sampai pemberian
cairan dengan jalan infus berlebihan.
Selama CVP masih rendah pemberian cairan
dapat diteruskan akan tetapi jika CVP lebih dari
normal (15-16 cm air), hal itu merupakan isyarat
untuk menghentikan atau saat untuk
menggurangi pemberian cairan dengan infus.
Pemeriksaan hematokrit berguna sebagai
pedoman pemberian darah. Kadar hematokrit
normal 40%, dan pada perdarahan perlu diberi
darah sekian banyak, sehingga hematokrit tidak
kurang dari 30%. Jika dianggap perlu kepada
penderita syok hemoragi diberi cairan bikarbonat
natrikus untuk mencegah atau meanggulangi
asidosis. Penampilan klinis penderita banyak
member isyarat mengenai keadaan penderita
mengenai hasil perawatannya.

Anda mungkin juga menyukai