1. Tetanus adalah (rahang terkunci/lockjaw) penyakit
akut, paralitik spastic yang disebabkan oleh tetanospasmin, neurotoksin, yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.( Ilmu Kesehatan Anak, 2000 oleh Richard E. Behrman, dkk, hal 1004 ) 2. Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekuatan tonus otot massater dan otot-otot rangka (Ratih Rochmat, 2008) 3. Tetanus adalah gangguan neorologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.( Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, 2007 oleh fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ) Kesimpulan, Tetanus adalah penyakit infeksi dan gangguan neorologis yang di akibatkan toksin protein tetoonospasmin dari kuman Clostridium Tetani, yang ditandai dengan manisfestasi kliniknya meningkatnya tonus otot dan spasme Patofisiologi LUKA : Tertusuk paku
Organisme multipel 2 toksin
Tetanosspasmin kuat Tetanolysin Tdk Signifikan
Oxotoksin BEREAKSI
Myoneural juction otot-otot menjadi kejang
MANIFESTASI KLINIK Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut kaku kuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung sering tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ektensi lengan kaku dan tangan mengapal, biasanya kesadaran tetap baik Serangan timbul paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin PENATALAKSANAAN : 1. Pengobatan : · Anti Toksin : ATS 500 U IM dilanjutkan dengan dosis harian 500-1000 U · Anti kejang : Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB / 4 jam IM Efek samping stupor, koma · Antibiotik : Pemberian penisilin prokain 1,2 juta U/hari 2. Pencegahan : a. Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3- 11 Bulan b. Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X c. Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat d. Pemberian anti tetanus serum PERAWATAN A. Pengkajian : 1. Pengkajian umum : Riwayat penyakit sekarang : adanya luka parah dan luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat. 2. Pengkajian khusus: a. System pernafasan : dyspnea asfiksia dan sianosis akibat kontraksi otot pernafasan. b. System cardiovascular : disritmia, takicardi, hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh awalnya 38 - 40°Catau febris sampai ke terminal 43 - 44°C. c. System neurologis: irritability (awal), kelemahan, konvulsi (akhir), kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak. d. System perkemihan : retensi urine (distensi kandung kemih dan urine output tidak ada/oliguria) e. System pencernaan : konstipasi akibat tidak ada pergerakan usus. f. Siatem integument dan muskuloskletal : nyeri kesemutan pada tempat luka, berkeringatan (hiperhidrasi), pada awalnya didahului trismus, spasme otot muka dengan peningkatan kontraksi alis mata, risus sardonicus, otot kaku dan kesulitan menelan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernafasan. 2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot- otot pernafasan 3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksin ( bakterimia ) 4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah 5. Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara 6. Gangguan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah dan sering kejang 7. Resiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang dan oliguria 8. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang 9. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan penanggulangannya berhubungan dengan kurangnya informasi 10. Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan sering kejang