SESSION
Acute Lung Oedema
1
Tekanan Intra Vaskular yang Tinggi (Kardiak)
Gawat
ALO darura Peningkatan permebilitas membran
t kapiler(non-Kardiak)
Baird A, 2010
Jantung Non-jantung
• Gagal jantung akut Obstruksi paru
• Kardiomiopati kronik
• Perikarditis Asthma
Pneumonia
• Endokarditis Emboli pulmonal
• Hipertensi Anemia
• Masalah katup Tirotoksikosis
jantung Stenosis arteri
• Aritmia ginjal Oxford Medical Education, 2015
Messerli FH, Et al., 2011
2
PENDAHULUAN
Dispnea dan Hipoksia,
karena akumulasi
ALO 13,3 % dari Gagal
cairan sehingga
Jantung akut
terganggu pertukaran
Umur rerata gas di paru
72,7 Tahun Chioncel O, et al., 2015
4
…LAPORAN KASUS
6
…LAPORAN KASUS
7
…LAPORAN KASUS
• Sinus takikardia, QRS rate 150x/menit, Axis RAD, P wave normal, PR interval
0.2 s, QRS complex 0.2 s, ST depresi V5 V6, LVH (+), RVH (-), RBBB w
shaped V5.
9
• Rontgen Torax:
10
…LAPORAN KASUS
• Pemeriksaan Laboratorium rutin pasien
• Hb: 13,2 CKMB: 24
• Leukosit: 10.550, GDS: 145 mg/dl
• Hematokrit: 39%, pO2 : 36,3 mmHg
• Trombosit: 386.000. SO2 : 66,1 %.
• GDS/Ur/Cr : 145/20/0,9,
• Na/K/Cl/Ca: 144/3,2/102/9,2
• Interpretasi : kalium rendah,leukositosis ringan,
SO2 rendah. 11
…LAPORAN KASUS
12
…LAPORAN KASUS
• Pengobatan di IGD:
• pemberian cairan IVFD RL 500cc/24 jam, oksigen
15L NRM, bolus furosemid 40 mg, drip
furosemide 10 mg/ml 10 ampul (kecepatan
3mg/jam), drip Nitrogliserin 1 mg/ml 5 ampul,
Morphin IV 4 mg.
13
…LAPORAN KASUS
15
…LAPORAN KASUS
16
…LAPORAN KASUS
17
…LAPORAN KASUS
18
…LAPORAN KASUS
19
…LAPORAN KASUS
20
…LAPORAN KASUS
21
…LAPORAN KASUS
22
…LAPORAN KASUS
24
…LAPORAN KASUS
25
…LAPORAN KASUS
32
Kosasih, A & Sugiman, T. Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia edisi 2016. Indonesia : PERKI. 33
Kosasih, A & Sugiman, T. Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia edisi 2016. Indonesia : PERKI. 34
Letakkan pasien dalam posisi duduk
Pasang NRM dan pasang IV line serta monitor EKG.
Analisis Gas Darah
Ambu bag bila terjadi hipoventilasi.
Ventilator dapat diberikan pada pasien yang
bernafas spontan.
35
Kosasih, A & Sugiman, T. Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia edisi 2016. Indonesia : PERKI.
Nitrogliserin
Furosemide 0,5-1 mg/KgBB IV.
Bila dalam 20 menit belum didapatkan hasil
yang diharapkan ulangi intravena 2 kali dosis awal.
Morfin sulfat diencerkan dengan NaCl 0,9% berikan
2-4 mg IV bila tekanan darah sistolik lebih dari 100
mmHg.
Kosasih, A & Sugiman, T. Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia edisi 2016. Indonesia : PERKI. 36
Tindakan kedua13
TD >100 berikan nitrogliserin IV 10-20
mcg/KgBB/menit
TD 70-100 mmHg dengan syok berikan Dopamine IV
2-20 mcg/kgBB/menit
TD >100 tanpa syok berikan Dobutamin IV 2-20
mcg/kgBB/menit
37
Kosasih, A & Sugiman, T. Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia edisi 2016. Indonesia : PERKI.
Tindakan ketiga21
Perlu dilakukan monitor hemodinamik invasive
dengan fasilitas spesialistik.
Pertimbangkan IABP (Intra Aotic Balon Pump),
dilanjutkan PCI (Primary Coronary Intervency) atau
bedah pintas koroner.
38
Kosasih, A & Sugiman, T. Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia edisi 2016. Indonesia : PERKI.
Nitrat
Menyebabkan relaksasi otot polos, venodilatasi dan
pengurangan preload akibat reduksi pada dosis rendah.
Dosis yang lebih tinggi menyebabkan dilatasi arteriolar,
yang mengakibatkan afterload dan tekanan darah
berkurang.
Cek TD sebelum pemberian obat dan adanya stenosis
aorta berat
Purvey M and Allen G (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian Prescriber. Volume 40, Number 2 39
KI: pemberian bersamaan phosphodiesterase, seperti
sildenafil
Efek samping yang paling umum adalah sakit kepala.
Efek samping lainnya termasuk takikardia refleks dan
bradikardia paradoksal.
Purvey M and Allen G (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian Prescriber. Volume 40, Number 2 40
Purvey M and Allen G (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian Prescriber. Volume 40, Number 2 41
Diuretik loop seperti furosemide akan mengurangi
preload
Pemberian intravena lebih disukai, dengan dosis
furosemid berkisar antara 40-80 mg.
Bolus awal dapat diberikan secara perlahan secara
intravena dan diulang 20 menit kemudian jika
diperlukan.
Baird A(2010). Acute pulmonary oedema - management in general practice. Aust Fam Physician;39:910-4 42
Purvey M and Allen G (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian Prescriber. Volume 40, Number 2
Setelah bolus, dapat diberikan IV 5-10 mg per jam.
Dosis yang lebih tinggi dapat memperbaiki dyspnea
yang lebih parah.
Diuretik juga terkait dengan memburuknya fungsi
ginjal, pemasangan kateter dapat membantu
memantau pengeluaran urin.5
Baird A(2010). Acute pulmonary oedema - management in general practice. Aust Fam Physician;39:910-4 43
Purvey M and Allen G (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian Prescriber. Volume 40, Number 2
Baird A(2010). Acute pulmonary oedema - management in general practice. Aust Fam Physician;39:910-4 44
Purvey M and Allen G (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian Prescriber. Volume 40, Number 2
Efek ini diperkirakan sekunder akibat venodilatasi,
mengurangi aktivitas saraf simpatik.
Efek samping morfin meliputi depresi sistem pernapasan dan
saraf pusat, penurunan curah jantung dan hipotensi.
Mungkin bermanfaat jika ada nyeri dada yang terus berlanjut
yang resisten terhadap nitrat. Dosis morfin dosis rendah (1-
2,5 mg) dapat berguna untuk memfasilitasi toleransi
terhadap non- ventilasi invasif namun pasien perlu dimonitor
untuk sedasi.
Baird A(2010). Acute pulmonary oedema - management in general practice. Aust Fam Physician;39:910-4 45
Purvey M and Allen G (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian Prescriber. 2
Meskipun sebagian besar hipertensi atau normotensif
saat masuk, kira-kira 10-15% pasien edema paru datang
dengan tekanan darah sistolik yang rendah.
Pasien edema paru lainnya mungkin mengalami
penurunan tekanan darah sistolik yang tiba-tiba
membutuhkan inotrop IV untuk mempertahankan
tekanan CO dan perfusi.
Inotrop yang paling umum digunakan adalah agen
sympatomimethic (yaitu dobutamine dan dopamine).
Baird A(2010). Acute pulmonary oedema - management in general practice. Aust Fam Physician;39:910-4 46
Purvey M and Allen G (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian Prescriber. Volume 40, Number 2
Tujuannya adalah memperbaiki oksigenasi, mengurangi kerja pernapasan,
untuk memindahkan cairan alveolar dan interstisial ke dalam kapiler, untuk
membalik asidosis respiratorik dan hiperkapnia, dan akhirnya memperbaiki
perfusi jaringan.
Sebaiknya tidak ditunda sampai tingkat kesadaran yang berubah
Penggunaannya harus diimbangi dengan potensi efek jantung yang
berbahaya.
Ventilasi non–invasif mekanik dapat diberikan pada pasien dengan edema
paru yang mengalami gangguan pernapasan berat atau kondisinya yang tidak
membaik dengan terapi farmakologis.
Bila non gagal memperbaiki oksigenasi dan asidosis respiratorik, atau
ensefalopati memburuk, intubasi harus dipertimbangkan tanpa penundaan.14
Baird A(2010). Acute pulmonary oedema - management in general practice. Aust Fam Physician;39:910-4 47
Purvey M and Allen G (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian Prescriber. Volume 40, Number 2
48