Kelompok 2
Soni afriansyah (RSA1C115003)
Lukita sari (RSA1C115002)
Ismi hasanah (RSA1C115008)
Chania syahnas (RSA1C115006)
Harsono (RSA1C115019)
A.Fenomena yang terjadi di Indonesia
1) Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini
- Sampai tahun 2000, akses layanan program ini masih rendah; dari
6.172.763 anak, baru 41% (10.794.534) yang terlayani
- Ada beberapa kendala seperti terbatasnya jumlah lembaga yang hampir
semua di kota besar, belum adanya program terpadu untuk perawatan
dan pendidikan ini, dan belum intensifnya kerjasama pemerintah dan
non-pemerintah serta belum tersedianya tenaga didik profesional
2) Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Kualitas Pendidikan Sampai tahun
2000,
prosentase anak yang masuk ke SD mencapai 94,04%, sementara
untuk
SMP masih dibawah prosentase ini; hanya mencapai 45,10% Meski
angka
partisipasi di SD sudah hampir menyeluruh, tingkat kesenjangan antar
propinsi, pedesaan-perkotaan, laki-laki dan perempuan masih tetap ada
dan validasi jumlah siswa yang DO dan mengulang kelas masih sulit di
dapat.
3) Pendidikan Keaksaraan dan Berkelanjutan
Pada tahun 2000, angka buta aksara perempuan umur 25 tahun mencapai
21,2% sedangkan laki-laki 4,7% Jika angka yang pernah dicapai pemerintah
dipertahankan, maka pada tahun 2015 angka tersebut akan menjadi – 2,7%
untuk perempuan dan – 0,26% untuk laki-laki
146
• Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan
147
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
1. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan
bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara
untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu
men jadi wahana bagi pembangunan sumberdaya
manusia untuk menunjang pebangunan
2. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih
banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang
tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga
pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang
tersedia.
148
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum
mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetap an mutu hasil
pendidikan
Pertama dilakukan oleh lembaga peghasil sebagai pro- dusen
tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi.
Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian
dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan
sistem tes untjuk kerja (perfomance test)
Lazimnya sesudah itu masih dilakukan pelatihan/ pemagangan bagi
calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di
lapangan.
149
Indikator:
150
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah ini mempersoalkan bagaimana suatu sistem
pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan pen- didikan.
Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan
efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya
dikatakan rendah.
151
Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga, meliputi :
Pengangkatan, Penempat- an, dan Pengembangan tenaga.
Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana;
terjadi antara lain akibat kurang matangnya perencanaan dan
sering juga karena perubahan kurikulum.
152
4. Masalah Relevansi Pendidikan
sistem pendidikan menghasilkan luaran yang sesuai dengan
kebutuh an pembangunan, yaitu masalah-masalah yang
digambarkan seperti di dalam tujuan pendidikan nasional.
153
Terima Kasih
154