• Asites yang tidak dapat disembuhkan dengan terapi medis 50%
meninggal dalam kurun waktu 6 bulan • Peningkatan kualitas hidup dan terapi cairan sambil menunggu transplantasi hati, pemberian obat seperti parasentesis terapetik dan TIPS tidak menambah long term survival. • Pasien sirosis berkmebang menjadi asiter kecocokan transplantasi harus menjadi perhatian • Renal disfungsi pra transplantasi meningkatkan morbiditas dan menghambat penyembuhan Spontaneos Bacterial Peritonitis • SBP perkembangan dari monomicrobial infeksi dari asites dikarenakan tidak adanya sumber infeksi yang berdekatan • Merupakan komplikasi yangsering dan berbhaya pada pasien sirosis dengan asites. • Pada tahap awal mortalitas mencapai 90%, namun dengan perawatan di rumah sakit menjadi 20% dengan diagnosa awal dan tatalaksana yang tepat Diagnosis SBP • Asimptomatik • Namun biasanya timbul gejala seperti : • Demam • Nyeri perut ringan • Muntah • Kebingungan • SBP juga harus dicurigai terhadap pasien dengan hepatik ensefalopati, gangguan fungsi ginjal, dan leukositosi perifer tanpa ada faktor pencetus. Analisa cairan asites • Diagnosas SBP dikonfirmasi jika jumlah asitic neutrofil >250 sel/mm3 apabila tidak adanya intra abdominal dan intervensi operasi sumber sepsis. • Cutoff 250 neutrofil/mm3 memunyai sensitivas terbaik, Walaupun cutoff 500 neutrofil/mm3 lebih mempunyai spesifitas yang lebih tinggi. Kultur cairan asites • Pasien dengan kultur negati neutrositik asites (PMN >250 cells/mm3) memiliki manifestasi klinis yang sama dengan SBP kultur positif. • Diobatkan dengan Tatalaksana • Antibiotik • Organisme yang sering ditemukan pada SBP termasuk E. Coli, coccus gram positif, dana eneterococci. • Cefotaxime • paling baik mengcover 95% flora yang terisolasi dari cairan asites • Treatmen 5 hari cefotaxime = terapi 10 hari, low dose 2g 2x = 2g 4x Infus albumin pada SBP • Perkembangan gangguan ginjal terjadi sekitar 30% pada pasien dengan SBP dan merupakan prediktor terkuat mortalitas pada SBP. • Pemberian cefotaxime dan albumin meningkatkan survival dan mengurangi insidensi gangguan ginjal sampai 10%. Profilaksis • Bagi pasien yang tidak pernah terkena SBP dan yang konsentrasi protein cairan asitik nya rendah (<10g/l) tidak ada ahli yang membahas pasti tentang primer profilaksis. • Namun, bagi pasien yang pernah terkena SBP sebelumnya kemungkinan terkena lagi sebesar 70% pada tahu pertama. • Pasien yang pernah terkena oral norfloxacin 400 mg/hari dapat mengurangi kemungkinan recurrence dari 68% menjadi 20%. Kesimpulan • Perkembangan asistes pada sirosis harus menjadi perhatian penting. Manajemen yang adekuat pada asites adalah hal yang penting, bukan hanya karena meningkatkan kualitas hidup pada pasen dengan sirosis, namun juga untuk mecegah komplikasi yang serius seperti SBP. • Perkembangan asites harus dianggap sebagai indikasi untuk dilakukannya transplantasi. Transplantasi merupakan tatalaksana utama pada asites dan komplikasinya.