Anda di halaman 1dari 54

(Tujuan utama kedatangan kembali Belanda

ke Indonesia adalah untuk menancapkan kembali


penguasaan politik dan ekonominya di Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, target awal yang mereka lakukan
adalah dengan menguasai wilayah2 strategis untuk
memperkuat basis kedudukan & pertahanannya ……….)

 Wilayah Pendudukan Belanda hingga


persetujuan Linggajati

Hingga Persetujuan Linggajati, wilayah


yang dikuasai Belanda meliputi semua
wilayah di luar wilayah de facto RI yang
meliputi Jawa, Madura & Sumatra
 Wilayah Pendudukan Belanda hingga
persetujuan Renville

Akibat agresi militernya (AMB I) & setelah


secara sepihak Belanda mengumumkan
adanya “garis demarkasi van Mook”, wilayah
pendudukan Belanda atas RI semakin luas.
Sebaliknya, wilayah RI tidak lagi meliputi
Jawa, Madura & Sumatra. Secara de facto
wilayah RI hanya meliputi sebagian wilayah
Jawa Barat, sebagian kecil Jawa Tengah dan
Yogyakarta serta 4/5 bagian wilayah
Sumatra
Peta Wilayah Pendudukan Belanda Hasil
Kesepakatan Renville

Kecuali yang diarsir, semua wilayah RI telah diduduki Belanda


(Daerah yang diarsir adalah wilayah RI menurut Kesepakatan Renville)
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia 1978
Peta Wilayah Pendudukan Belanda di
Pualau Jawa

Pembagian wilayah Pulau Jawa menurut Kesepakatan Renville,


19 Januari 1949. Bidang tidak bergaris menunjukkan wilayah
yang tetap dikuasai RI. Bidang bergaris menunjukkan wilayah
yang diduduki Belanda. Garis titik tebal (.....) menunjukkan
garis gencatan senjata menurut Kesepakatan Renville
Sumber: G. Mc. T. Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia.
New York: Ithaca. 1970
 Wilayah Pendudukan Belanda
hingga persetujuan Roem-Roijen

Kendati dalam agresinya yang ke-2, Belanda


berhasil menguasai beberapa wilayah RI
(versi Kesepakatan Renville) termasuk ibu
kota Yogjakarta, tetapi karena dikecam dunia
internasional (PBB) Belanda kemudian
menyerahkan kembali wilayah yang ia kuasai
kepada RI. Dengan demikian wilayah
pendudukan Belanda hingga persetujuan
Roem-Royjen tetap seperti sebelum agresi
kedua, atau sesuai kesepakatan Renville
 Wilayah Pendudukan Belanda
hingga persetujuan KMB

Melalui KMB RI mendapatkan


kembali kekuasaan de facto atas
wilayah-wilayah yang sebelumnya
dikuasai Belanda. Hanya wilayah
Irian Barat saja yang masih dikuasai
Belanda untuk masa waktu hingga
satu tahun sesuai kesepakatan KMB
(Upaya bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan
di satu sisi & upaya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia
menyebabkan terjadinya konflik. Hampir di semua wilayah dimana
pasukan Belanda masuk untuk mengambil alih kekuasaan, telah
menimbulkan konflik baru dalam bentuk perlawanan TKR dan unsur
pemuda terhadap Belanda ……………..)

 Surabaya: Pertempuran Surabaya, 10.11.1945


(Hari Pahlawan /10 November)

Bung Tomo, tokoh pejuang Surabaya


dalam Pertempuran 10 November
Surabaya

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978


Insiden perobekan bendera Belanda oleh pejuang RI
di Hotel Oranye

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978


 Ambarawa: Palagan Ambarawa
(15 Desember 1945 kemudian ditetapkan sebagai Hari Infanteri)

Peta Palagan Ambarawa


Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978
 Medan: Medan Area (10.12.1945)
 Bandung: Bandung Lautan Api (24.3.1946)

Peristiwa Bandung Lautan Api

 Manado: Peristiwa Merah Putih


Manado (14.2.1946)
 Bali: Peristiwa Margarana (20.11.1946)
(Setelah deklarasi kemerdekaan, terjadi berbagai bentrokan & pertempuran
antara kekuatan massa rakyat yang dimotori para pemuda melawan pihak
Jepang (yang masih mengendalikan status quo), melawan Sekutu (AFNEI) dan
juga Belanda (NICA). Tujuan rakyat Indonesia jelas, yaitu untuk
mempertahankan kemerdekaan ………….)

 Pembentukan badan2 Perjuangan Pemuda

• Example: Angkatan Pemuda Indonesia (API),


Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Barisan Buruh
Indonesia, Barisan Banteng, Hizbullah, Sabilillah,
Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), Tentara Pelajar
(TP) & Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP)
• Badan2 perjuangan tersebut kemudian menyatukan
diri dalam sebuah komite yang kemudian dikenal
dengan Komite van Aksi

Gedung Menteng
Markas Komite van aksi
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia, 1978
 Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
(19 September 1945). Tujuan utamanya adalah agar para
pemimpin RI bersedia “berbicara” di hadapan rakyat

Suasana rapat raksasa di Lpangan IKADA


Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978
 Berbagai Upaya Perebutan mempertahankan
kemerdekaan di daerah
(Examples: di Yogjakarta, Bandung, Semarang,
Makasar, Sumbawa, Bali (pertempuran
Margarana), Palembang, Aceh dll)

 Perjuangan Menghadapi Agresi Militer


Belanda I (21.07.1947)

• Latar belakang AMB I: penolakan RI atas nota


yang dikirim Belanda tanggal 27.05.1947 tentang
interpretasi Belanda atas pasal2 dalam perjanjian
Linggajati
• Tujuan Belanda: menghancurkan pemerintahan
Indonesia & menduduki kota2 strategis RI di Jawa,
Sumatra & Madura
Dampak Agresi Belanda I Terhadap RI

Positif Negatif
Perjuangan bangsa Indonesia • Wilayah kekuasaan RI
memperoleh simpati dan semakin sempit
dukungan dari masyarakat • Stabilitas politik &
internasional (Negara-negara pemerintahan menjadi
Arab, bahkan AS mulai bersikap terganggu
keras terhadap Belanda) • Kekuatan Tentara RI
semakin terjepit
Negara2 yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia hingga 1947

No. Negara Tanggal Pengakuan


1. Mesir 1 Juni 1947
2. Libanon 29 Juni 1947
3. Syria 2 Juli 1947
4. Irak 16 Juli 1947
5. Afganistan 23 September 1947
6. Saudi Arabia 24 November 1947
Dampak Agresi Belanda I
Terhadap Pihak Belanda Sendiri

Dampak positif Dampak negatif


• Wilayah kekuasaan Belanda • Menimbulkan reaksi
semakin luas penentangan dari dunia
• Pendudukan atas daerah2 internasional terutama PBB
baru dijadikan landasan bila • Berkurangnya dukungan
nanti diadakan perudingan negara-negara yang
dengan RI, sehingga Belanda sebelumnya menjadi sekutu
merasa memiliki posisi Belanda, terutama AS &
yang lebih menguntungkan Inggris
• Belanda berhasil
memperlemah Pemerintah
RI & kekuatan tentara RI
Dampak Agresi Belanda I
Terhadap Terhadap Respon Dunia
Internasional

Masalah Indonesia kemudian dibahas dalam sidang DK-


PBB pada tanggal 31 Juli 1947. India & Australia
mengusulkan bahwa atas dasar pasal 39 Piagam PBB
agar DK-PBB mengambil semua tindakan yang
mengancam perdamaian dunia. Tanggal 1 Agustus 1944
DK-PBB mengeluarkan seruan penghentian tembak
menembak RI-Belanda. DK-PBB kemudian menawarkan
suatu komisi jasa baik guna menengahi konflik RI-
Belanda. Akhirnya setelah mendapat persetujuan kedua
belah pihak dibentuklah Komisi Tiga Negara (KTN)
 Perjuangan Menghadapi Agresi Militer
Belanda II (19.12.1948)

• Latar belakang: Belanda menuduh RI


sebagai pengikut komunis (republik telah
dikuasai kaum komunis), sementara
Indonesia pun menuduh Belanda melakukan
blokade dengan tujuan melemahkan RI
• 19.12.1948 Belanda secara sepihak melakukan
apa yang mereka sebut sebagai “tindakan
kepolisian” menyerang ibu kota
Yogjakarta. Presiden Soekarno diasingkan ke
Prapat (kemudian dipindahkan ke Bangka)
dan Wapres M. Hatta ke Bangka
Upaya pemerintah:
Membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)

Pemberian mandat kapada Sjafrudin


Prawiranegara (menteri kemakmuran yang
sedang berada di Sumatera) oleh Presiden RI
untuk membentuk pemerintahan darurat
(sementara) RI dengan pusat di Bukittinggi

Hal yang sama juga dikirimkan kepada Dr.


Sudarsono, Mr. L.N. Palar dan Mr. A.A.
Maramis di New Delhi, India.
Dikhawatirkan, jika berita kepada Mr.
Syafruddin Prawiranegara itu terlambat atau
sama sekali tidak sampai kepadanya
Respon Dunia Internasional atas AMB II

o Tanggal 22 Desember DK-PBB melakukan sidang.


Hasil: resolusi desakan agar permusuhan segera
dihentikan dan para pemimpin RI harus segera
dibebaskan
o Tanggal 7.1.1949 kembali DK-PBB bersidang
o Dalam Konferensi Asia di New Delhi (23 Januari
1949) negara2 peserta mendesak PBB agar kondisi
RI segera dipulihkan
o DK-PBB kembali menggelar sidang khusus
membahas masalah Indonesia (28 Januari 1949).
Hasil (resolusi):
Wakil Indonesia dalam Konferensi Asia tanggal 20
Januari 1949 di New Delhi India
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978
• Segera melakukan gencatan senjata
• Pemimpin2 RI agar segera dibebaskan dan
dikembalikan ke Yogyakarta
o PBB kemudian mengganti KTN dengan Komisi
PBB untuk Indonesia atau United Nations
Commision for Indonesia (UNCI). Fungsi:
membantu menyelesaikan masalah RI-Belanda
 Serangan Umum 1 Maret 1949 Terhadap Ibu Kota
Yogyakarta

Penyerangan oleh TNI (dibawah pimpinan Letkol


Soeharto) membuahkan hasil. Yogyakarta berhasil
direbut kembali dan dikuasai selama 6 jam. Dalam
waktu singkat berita tentang keberhasilan serangan
umum 1Maret itu telah menyebar ke luar negeri
Hasil KMB
• Belanda akan mengakui kedaulatan RIS pada akhir
Desember 1949
• Status Irian Barat akan ditunda satu tahun setelah
pengakuan kedaulatan
• Dibentuk Uni Indonesia-Belanda berdasarkan kerjasama
sukarela dan sederajat
• RIS harus membayar semua utang Belanda sejak 1942
• Pasukan Belanda akan dipulangkan, KNIL akan
dibubarkan dan bekas anggota KNIL diijinkan masuk
menjadi anggota Angkatan Perang RIS atau APRIS
o Komite Nasional Indonesia Pusat (DPR-nya RI) dan
parlemen negara2 bagian dalam BFO meratifikasi
piagam kesepakatan pada 15 Desember 1949.
Sementara Staten General (DPR-nya Belanda)
meratifikasi piagam kesepakatan KMB tanggal 21
Desember 1949
o Sesuai dengan kesepakatan bersama, piagam
penyerahan itu harus segera dilaksanakan sebelum
tanggal 1 Januari 1950
2 hal penyebab tetap berlanjutnya konflik RI-Belanda
pasca pengakuan kedaulatan 1949. pertama, terkait
dengan masalah ekonomi, yaitu tetap dominannya
penguasaan ekonomi Belanda di Indonesia serta
kewajiban pembayaran hutang Belanda sejak 1942 oleh
RI; dan kedua, berlarut-larutnya penyelesaian
masalah Irian Barat

Masalah Ekonomi
o Belanda memproteksi kepentingan usaha RI,
dimana perusahaan2 Belanda tetap bebas dalam
berusaha dan mencari keuntungan di Indonesia
o Ada lima perusahaan swasta Belanda yang
memegang monopoli kegiatan ekonomi di
Indonesia:
a. Jacobson dan van den Berg
b. Internatio
c. Borneo-Sumatera Maatschappiy (Barsumij)
d. Lindeteves, dan
e. Geo Wehry
o RI harus tetap berkonsultasi dengan Belanda
kalau akan mengadakan tindakan moneter atau
finansial yang dapat mempengaruhi kepentingan
Belanda
o Nasionalisasi perusahaan Belanda harus
berdasarkan perundingan bersama, dan harga
riil asetnya akan ditentukan oleh seorang hakim
independen
o Yang paling merugikan adalah RI harus
menanggung semua hutang-hutang Belanda
setelah tahun 1942
Dampak
Perasaan anti-Belanda semakin memuncak &
menyulut nasionalisme ekonomi yang anti Belanda
& anti asing. Rakyat mendesak pemerintah
mengurangi bahkan menghapus monopoli
perusahaan2 swasta Belanda & sekaligus mendukung
perkembangan perusahaan swasta pribumi
Masalah Irian Barat
o Setelah KMB, antara kerajaan Belanda & RIS
kemudian mengadakan perundingan khusus
membahas Irian Barat. Dalam perundingan
tanggal 25 Maret s/d 1 April 1950 di Jakarta,
kedua delegasi sepakat membentuk Komisi
Gabungan
o Hasil kerja komisi gabungan: nihil
o Menteri Urusan Uni & Seberang lautan Belanda,
Mr. van Maarseveen menyatakan, bahwa setelah 1
tahun dari penyerahan kedaulatan kepada RIS,
Irian Barat harus tetap dibawah Belanda
o Tanggal 4 Desember 1950 diadakan perundingan
kembali di Den Haag. RI menawarkan konsesi
yang sangat luas kepada Belanda, asal Irian
Barat diserahkan kepada Indonesia. Tetapi
pihak Belanda menolak
o Belanda mengusulkan, agar masalah Irian Barat
diserahkan kepada Mahkamah Internasional di
Den Haag untuk mendapat putusan dari badan
tersebut. Pihak Indonesia menolak
o Dalam keadaan sengketa, pemerintah Belanda,
dengan persetujuan parlemen telah memasukkan
Irian Barat ke wilayah Kerajaan Belanda.
Pemasukan itu dengan cara merubah Hindia
Belanda (Nederlands Indie) menjadi
Nederlands Niew Guinea

Hal2 tersebut yang menyebabkan


persoalan Irian Barat menjadi berlarut-
larut & menyebabkan konflik RI-
Belanda semakin memanas
Kebijakan Bidang Ekonomi
o Untuk menekan laju inflasi pada tanggal 1 Oktober
1945 pemerintah untuk sementara memberlakukan 3
mata uang sebagai alat pembayaran yang sah di
wilayah yang dikuasai RI. Adapun mata uang yang
dinyatakan berlaku adalah mata uang De Javansche
Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda dan
mata uang pendudukan Jepang
o Kebijakan moneter: melakukan pinjaman nasional
o Untuk melawan AFNEI yang memberlakukan
mata uang NICA, pemerintah pengumuman pada
masyarakat agar tidak menggunakan mata uang
NICA. Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah pada
bulan Oktober 1946 mengeluarkan Oeang
Repoeblik Indonesia (ORI)
o Kebijakan koordinasi pengurusan ekonomi &
keuangan: membentuk Bank Negara
Indonesia (BNI), yang secara resmi tanggal
berdirinya ditetapkan pada 1 November 1946.
o Kebijakan menghadapi blokade ekonomi Belanda:
- Diplomasi ekonomi internasional dengan jalan
economic barter
- Direct trade dengan negara & swasta asing
melalui pelabuhan2 laut yang berada di luar kontrol
Belanda
- Untuk memperlancar perdagangan langsung
dengan pihak luar, pemerintah sejak tahun 1947
telah membentuk perwakilan resmi di Singapura
yang diberi nama Indonesia Office
(Indoff)
- Kementrian Pertahanan juga membentuk
perwakilan di luar negeri yang disebut
Kementrian Pertahanan Usaha Luar
Negeri (KPULN)
o Terobosan yang dilakukan melalui kegiatan2 yang
lebih bersifat konseptual atau pemikiran:
- Penyelenggaraan Konferensi Ekonomi I
pada bulan Februari 1946. Tujuan: memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam upaya mengatasi
masalah2 ekonomi yang mendesak
- Penyelenggaraan Koferensi Ekonomi II, yang
diadakan di Solo pada tanggal 6 Mei 1946. Hasil:
rekomendasi tentang perlunya dilakukan
rehabilitasi terhadap keberadaan pabrik2 gula
- Pada tanggal 19 Januari 1947 dibentuklah Planning
Board atau Badan Perancang Ekonomi
o Di bawah pemerintahan kabinet Hatta,
pemerintah mengambil kebijakan
rasionalisasi. Program rasionalisasi ini
meliputi penyempurnaan administrasi negara,
tentara dan aparat ekonomi

o Pemerintah melalui Menteri Kasimo,


mengeluarkan kebijakan Rencana
Produksi Tiga Tahun, 1948-1950 atau
yang kemudian lebih dikenal dengan Plan
Kasimo. Tujuan: mencapai swasembada
pangan
o Pemerintah mendorong pada pihak swasta
untuk lebih meningkatkan partisipasinya
dalam pembangunan ekonomi. Pemerintah
menjanjikan kepada pihak swasta yang aktif
dalam pembangunan ekonomi nasional untuk
diangkat sebagai anggota Komite Nasional
Indonesia (KNI)

Kebijakan Bidang Militer

o Tanggal 23 Februari 1946 pemerintah mengeluarkan


Ketetapan Presiden tentang Panitia Besar
Penyelenggaraan Organisasi Tentara, yang bertugas
menyusun:
- Bentuk kementrian pertahanan dan kekuatan
serta organisasi tentara
- Kedudukan laskar atau badan perjuangan

o Selain organisasi tentara, pemerintah juga


mengeluarkan kebijakan berkaitan dengan
keberadaan organisasi kepolisian
Sesuai Ketetapan Pemerintah No. 11/SD tanggal
26 Juli 1926 keberadaan kepolisian berdiri
sendiri di bawah Perdana Menteri. Sebelumnya
berada di bawah Kementrian dalam Negeri
Kebijakan Bidang Birokrasi dan
Hubungan Pusat-Daerah

o Untuk mempermudah pengaturan sistem


pemerintahan di daerah serta mempercepat
pembangunan di daerah, pemerintah pusat menyetujui
pembentukan 8 propinsi di Indonesia: Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, dan Sumatra
o Pemerintah menyetujui pembentukan lembaga
legislatif “sementara”, yang di tingkat pusat
disebut dengan Komite Nasional Indonesia
Pusat atau KNIP
o Pemerintah menyetujui pembentukan lembaga
legislatif di tingkat daerah (Komite Nasional
Indonesia Daerah atau KNID)
o Ditetapkan 13 kementrian yang membawahi satu
departemen khusus yang dipimpin oleh seorang
menteri
- Departemen Dalam Negeri
- Departemen Luar Negeri
- Departemen Kehakiman
- Departemen Keuangan
- Departemen Kemakmuran
- Departemen Kesehatan
- Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan
- Departemen Sosial
- Departemen Pertahann
- Departemen Perhubungan
- Departemen Pekerjaan Umum
Perubahan Otoritas KNIP

o Dilatar belakangi: Keinginan untuk menempatkan


kembali peran & otoritas yang sebenarnya dari KNIP.
Sesuai dengan kedudukannya, KNIP memiliki peran
yang sama seperti DPR/MPR sebagaimana disebutkan
dalam UUD, yaitu peran legislatif. Jadi bukan
sebagai lembaga penasehat
o Langkah: Penyampaian petisi kepada presiden pada
tanggal 7 Oktober 1945. Baik Presiden Soekarno
maupun Wakil Presiden Mohammad Hatta
menyatakan menyetujui tuntutan KNIP
o Tanggal 16 Oktober pemerintah mengeluarkan
ketetapan yang menyebutkan bahwa KNIP berfungsi
sebagai lembaga legislatif penuh yang akan
bekerjasama dengan presiden (eksekutif)
o Pembentukan Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP).
Sebagai ketua dan wakil ketua BP-KNIP anggota
KNIP memilih Sutan Sjahrir dan Amir Syarifuddin.
Keduanya kemudian memilih 13 orang sebagai
anggota BP-KNIP
Susunan Pengurus dan Anggota BP-KNIP

Ketua: Sutan Sjahrir


Wakil Ketua: Amir Sjarifuddin
No. Anggota
1. Mr. Suwandi
2. Mr. Sjarifuddin Prawiranegara
3. Kyai Wachid Hasjim
4. Mr. R. Hendro Martono
5. Dr. R. M. Sunario Kolopaking
6. Dr. A. Halim
7. Subadio Sastrosatomo
8. Mr. Tam Ling Djie
9. Supeno
10. S. Mangunsarkoro
11. Adam Malik
12. Tajaluddin
13. Mr. Sudarsono
o Tugas & kewajiban Badan Pekerja:
- Ikut ambil bagian dalam menyusun GBHN. Tetapi
BP tidak berhak ikut campur dalam perincian
usaha pencarian kebijakan tersebut karena itu
adalah hak tunggal presiden
- Bersama2 dengan presiden menyusun hukum2
bidang pemerintahan

o Menyerukan kepada presiden agar memperluas


keanggotaan KNIP dari 150 menjadi 188 anggota.
Presiden menyetujui
Sutan Syahrir (Ketua BP-KNIP) dalam rapat KNIP
di Jakarta
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978
o Langkah2 kebijakan BP-KNIP:
- Mempertegas pengawasan terhadap pemerintah
pusat dan KNI sendiri
- Mengajukan usul agar sistem partai diganti
dengan sistem multi partai dimana semua aliran
politik yang penting memiliki perwakilan. Usul
ini diterima presiden
Perubahan Lembaga Kepresidenan
(Sistem Pemerintahan)
o Dilatar belakangi: Keinginan untuk mengubah
sistem pemerintahan presidensiil menjadi
sistem parlementer
o Sesuai dengan sistem parlementer, muncul tuntutan
agar kabinet bertanggung jawab kepada parlemen
(KNIP)
………………………………. Semua tuntutan tersebut
disetujui pemerintah

o Dengan demikian sejak itu fungsi lembaga


kepresidenan tidak lagi sebagai penyelenggara
pemerintahan, tetapi hanya sebagai simbolitas saja.
Presiden dalam hal ini adalah sebagai kepala
negara dan bukan kepala
pemerintahan seperti sebelumnya
Kondisi ekonomi secara umum
sangat memprihatinkan

o Inflasi sangat tinggi, disebabkan


beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam
jumlah yang sangat besar. (Disamping uang Jepang,
pada waktu itu, pemerintah mengakui beredarnya uang De
Javanche Bank & uang Hindia Belanda)

o Kosongnya kas negara. Pendapatan negara sebagian


besar dialokasikan untuk membiayai kebutuhan
perang melawan Belanda
o Berkurangnya pendapatnya negara yang berasal
dari pajak dan bea masuk lainnya

o Kondisi ekonomi yang parah tersebut masih harus


ditambah lagi dengan blokade ekonomi
yang dilakukan Belanda serta kebijakan Sekutu
(AFNEI) yang memberlakukan mata uang baru,
yang disebut dengan mata uang NICA
 Periode Sebelum Pengakuan Kedaulatan, 1949
o Diawali dengan mendirikan Bank Negara
Indonesia pada tahun 1946 sebagai bank
sirkulasi (bank yang berhak mengeluarkan dan
mengedarkan ORI). Diresmikan oleh Menteri
Keuangan A. A. Maramis pada 30 Oktober 1946
(sekaligus penerbitan pertama Oeang Repoeblik
Indonesia/ORI)
o Sementara itu setelah sekutu
datang kembali ke Indonesia,
NICA membuka akses kantor2
pusat Bank Jepang di Jakarta &
menugaskan De Javasche Bank
(DJB) menjadi bank sirkulasi
mengambil alih peran Nanpo
Kaihatsu Ginko. DJB berhasil
membuka sembilan cabangnya
Margono Djojohadikusumo
Gubernur BNI I
Sumber: Ensiklopedi Nasional
di wilayah2 yang dikuasai NICA
Indoneia 1990

o Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 yang


memutuskan DJB sebagai bank sirkulasi untuk
Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Bank
Negara Indonesia sebagai bank pembangunan
 Masa Setelah Pengakuan Kedaulatan

o Hingga bubarnya RIS (17 Agustus 1950) &


terbentuknya kembali NKRI, kedudukan DJB
tetap sebagai bank sirkulasi

o Tahun 1950 pemerintah mengambil alih AVB


(Syomin Ginko) yang telah berpengalaman
dalam bidang perkreditan rakyat, menjadi
Bank Rakyat Indonesia (kemudian menjadi
BKTN dan akhirnya BRI), dan pada tahun
1950 Postspaar Bank menjadi Bank Tabungan
Pos
o Tindakan ini juga memicu timbulnya bank-
bank swasta baru di beberapa daerah, seperti
berdirinya Bank Dagang Nasional Indonesia di
Medan, dan Bank Soerakarta di Solo
o Tanggal 28 Mei 1951 Perdana Menteri Sukiman
Wirjosandjojo dihadapan Parlemen
mengumumkan kehendak pemerintah untuk
menasionalisasi DJB
o Tanggal 19 Juni 1951 pemerintah membentuk
Panitia Nasionalisasi DJB yang akan mengkaji
usulan langkah nasionalisasi, menyusun RUU
nasionalisasi dan sekaligus merancang
undang-undang bank sentral
o Tanggal 5 Desember 1951 diumumkan UU
No. 24 tahun 1951 tentang nasionalisasi DJB.
Nasionalisasi dilaksanakan melalui pembelian
99,4% saham DJB senilai 8,9 juta gulden

o Rancangan Undang-Undang Pokok Bank


Indonesia diajukan ke parlemen pada
September 1952. RUU tersebut kemudian
disetujui oleh parlemen pada 10April 1953,
disahkan oleh Presiden pada 29 Mei 1953 &
akhirnya dinyatakan mulai berlaku sejak
1 Juli 1953. Sejak itu Indonesia telah memiliki
sebuah lembaga bank sentral dengan nama
Bank Indonesia

Anda mungkin juga menyukai