(SKP)
Dr.dr.Sutoto.,M.Kes
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Sutoto.KARS 1
Curiculum vitae: DR.Dr.Sutoto.,M.Kes
JABATAN SEKARANG:
Ketua KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit ) Th 2011-2014
Ketua umum PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) Th 2009-2012/ 2012-2015
Dewan Pembina MKEK (Majelis Kehormatan Etika Kedokteran) IDI Pusat 2009-2012/2012-2015
Dewan Pembina AIPNI (Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia)
Anggota Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Kementerian Kesehatan R.I
Dewan Pengawas RS Mata Cicendo,Pusat Mata Nasional
PENDIDIKAN:
1. SI Fakultas Kedokteran Univ Diponegoro
2. SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada
3. S III Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (Cumlaude)
PENGALAMAN KERJA
Staf Pengajar Pascasarjana MMR UGM, UMY, UHAMKA
Surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sejak 1998
Kepala Puskesmas Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah, tahun 1978-1979
Kepala Puskesmas Jatilawang, Banyumas,jawa Tengah., tahun 1979-1992
Direktur RSUD Banyumas Jawa Tengah 1992-2001
Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta 2001 - 2005
Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta 2005-2010
2
Sesditjen/Plt Dirjen Bina Pelayanan Medis KEMENKES R.I(Sutoto.KARS
Feb-Sept 2010)
TELUSUR SISTEM:
PERTANYAAN KEPADA PERAWAT (P)/DOKTER (D)
1. Bagaimana memastikan bahwa perintah dokter untuk memberikan
obat lewat telepon diterima secara benar ?
2. Bagaimana memastikan bahwa obat diberikan pada orang yang
tepat ? (P/D)
3. Apa yang anda lakukan bila obat yang akan anda berikan adalah obat
High alert ? jelaskan (P/D)
4. Jelaskan bagaimana implementasi aturan pengamanan obat obat
high alert (P/D)
5. Bagaiman anda memastikan obat yang diperintahkan dokter sampai
pasien dengan tepat (P/D)
6. Kapan saat anda harus mencuci tangan ? Apa manfaat cuci tangan
itu, tolong diperagakan cuci tangan sesuai standar WHO. (P/D)
7. Apabila ada pasien baru masuk rawat inap berjalan dengan dibantu
oleh keluarganya, aesmen apa yang akan anda lakukan, tolong
jelaskan bagaimana anda melakukan asesmen tersebut, dimana anda
mencatat hasil asesmen tersebut? (P)
8. Bagaimana anda menangani pasien risikoSutoto.KARS
jatuh ? (P) 3
AKREDITASI RS VERSI 2012
Sutoto.KARS 5
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI
PASIEN
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk memperbaiki /
meningkatkan ketelitian identifikasi
pasien.
Sutoto.KARS 7
WRONG IDENTIFICATION WRONG PERSON OPERATION
KESALAHAN IDENTIFIKASI SALAH SPERMA
Sutoto.KARS 9
WARNA GELANG PASIEN
GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
• Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Ungu : Do Not Resucitate
Sutoto.KARS 12
CARA IDENTIFIKASI PASIEN
1. Identitas pasien melekat pada pasien
Gelang Identifikasi
2. Identitas pasien tak bisa/takmudah berubah
3. Identifikasi Pasien : menggunakan dua
identitas dari minimal tiga identitas
1. nama pasien ( e KTP)
2. tanggal lahir atau
3. nomor rekam medis
Sutoto.KARS 13
CARA IDENTIFIKASI PASIEN
Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien:
1. Secara verbal: Tanyakan nama pasien
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien. Cek dua dari tiga
identitas, cocokkan dengan perintah dokter
Sutoto.KARS 14
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
pemberian obat
pemberian darah / produk darah
pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis
Sebelum memberikan
pengobatan
Sebelum memberikan tindakan
Sutoto.KARS 20
Elemen Penilaian SKP.I.
Sutoto.KARS 21
MKI 19.2 EP 1: 1. Mereka yang mendapat
otorisasi untuk mengisi rekam medis pasien
diatur dalam kebijakan rumah sakit
Sutoto.KARS 22
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
Sutoto.KARS 23
Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan
Terjadi pada saat:
Perintah diberikan secara lisan
Perintah diberikan melalui
telpon
Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.
Sutoto.KARS 25
Perintah Lisan/Lewat Telepon
ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap NAMA LENGKAP DAN TANDA
TANGAN PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang- Eja NAMA LENGKAP DAN TANDA
untuk TANGAN PENERIMA PERINTAH
TANGGAL DAN JAM
NORUM/LASA
3. Konfirmasilisan
dan tanda tangan
Sutoto.KARS 26
CONTOH FORMULIR
CATATAN LENGKAP PERINTAH LISAN/MELALUI
TELEPON/PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
27
Sutoto.KARS 28
Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan,
Laboratorium, EGC Edisi 11, jakarta. 2004.
Sutoto.KARS 29
.
Sutoto.KARS 34
SBAR
I INTRODUCTION INDIVIDU YANG TERLIBAT DALAM HANDOFF
MEMPERKENALKAN DIRI, PERAN DAN TUGAS
, PROFESI
S SITUATION KOMPLAIN, DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN
DAN KEINGINAN DAN KEBUTUHAN PASIEN
Sutoto.KARS 37
MAKSUD DAN TUJUAN APK 5.3.1
Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk memperbaiki
keamanan obat-obat
yang perlu
diwaspadai (high-
alert)
Sutoto.KARS 41
Maksud dan Tujuan SKP 3
Obat yg Perlu diwaspadai : obat yang sering
menyebabkan KTD atau kejadian sentinel;
HIGH ALERT
ELEKTROLIT KONSENTRAT
NORUM/LASA (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip/Look
alike sound alike)
Sutoto.KARS 43
Look Alike Sound Alike
LASA LASA
Sutoto.KARS 44
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
CARA MEMBEDAKAN:
hidraALAzine hidrOXYzine
1. TALLMAN LETTERING
ceREBYx ceLEBRex
2. BERI LABEL LASA/NORUM
vinBLASTine vinCRIStine
chlorproPAMIDE chlorproMAZINE
glipiZIde glYBURIde
DAUNOrubicine dOXOrubicine
Sutoto.KARS 46
HIGH-ALERT
HIGH -ALERT
Sutoto.KARS 47
Look-Alike High Alert Drugs
LOOK ALIKE
HIGH ALERT
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs)
HIGH
1 ADRENERGIC AGONIS IV (Contoh: adrenalin)
ALERT
2 ADRENERGIC ANTAGONIS IV (Contoh: Propanolol)
3 ANESTETIC AGENT GENERAL, INHALED dan IV (Misal: Propofol)
4 CARDIOPLEGIC SOLUTION
5 CHEMOTERAPIC AGENTS PARENTERAL DAN ORAL
6 DEXTROSE HIPERTONIC 20% ATAU LEBIH
7 DIALISIS SOLUTION (PERITONEAL, HEMODIALISIS)
8 OBAT EPIDURAL DAN INTRATHECAL
9 GLICOPROTEIN INHIBITOR II B/III A (Misal: Ephbatide)
10 HIPOGLIKEMIK ORAL
11 OBAT OBAT INOTROPIK IV (Misal: Digoxin, milrinone)
12 LIPOSOMAL FORM OF DRUGS (Liposomal Ampheterisine B)
13 MODERATE SEDATION AGENTS IV (Contoh : Midazolame)
14 MODERATE SEDATION AGENTS ORAL FOR CHILDREN (Contoh Chloralhydrate)
15 ANESTETIC/OPIATE IV DAN ORAL ( Termasuk cairan konsentrat, immediate and
sustained released Formulation)
16 NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENT (Contoh: Succynil Choline)
17 RADIO CONTRAS AGENT IV
18 THROMBOLITIC/ FIBRINOLITIC IV (Contoh: Tenecteplace)
19 TOTAL PARENTERAL SOLUTION Sutoto.KARS 52
DAFTAR OBAT HIGH ALERT HIGH
ALERT
OBAT SPESIFIK
1 Amiodarone IV
2 Colcichine Injection
3 Heparin, Low moluculer weigt injection
4 Heparin Unfractionated IV
5 Insulin SC dan IV
6 Lidocaine IV
7 Magnesium SUlfat Injecion
8 Methotrxate oral non oncologic use
9 Netiride
10 Nitroprusside sodium for injection
11 Potasium Cloride for injection concentrate
12 Potasium Phospate injection
13 Sodium Chloride injection hypertonic >0.9%
14 Warfarin
Sutoto.KARS 53
ELEKTROLIT KONSENTRAT
1. kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml
2. kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml
3. natrium/sodium klorida > 0.9% !
4. magnesium sulfat => 50% atau lebih pekat HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 55
K Cl Concentrated
Concentrated potassium chloride has been identified as a
highrisk medication by organizations in Australia, Canada,
and the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland
(UK) (1).
In the US, 10 patient deaths from misadministration of K Cl
concentrated solution were reported to the Joint Commission
in just the first two years of its sentinel event reporting
programme: 1996–1997 (1).
In Canada, 23 incidents involving KCl mis-administration
occurred between 1993 and 1996 (2).
There are also reports of accidental death from the inadvertent
administration of concentrated saline solution (3).
Sutoto.KARS 56
Look alike
LASA
Sutoto.KARS 60
LASA
LASA
Sutoto.KARS 61
LASA LASA
Sutoto.KARS 62
LASA
Sutoto.KARS 63
LASA
Sutoto.KARS 64
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
DEFINISI:
Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya
yang bermakna bila digunakan secara salah
KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus punya daftar obat high
alert, Obat LASA, Elektrolit Konsentrat, serta
panduan penata laksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata
laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses
terbatas, diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam
keadaan emergensi, atau nama obat harus di eja
perhuruf
HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 65
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI
INSTALASI FARMASI
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan
diserahkan kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci
double, setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung
jawabnya dan dicatat
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat
lain untuk memastikan tak ada salah pasien dan salah dosis
7. Obat hig alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan
pompa infus, tempel stiker label nama obat pada botol infus. Dan di
isi dengan catatan sesuai ketentuan
HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 66
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI
Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk
memastikan
tepat-lokasi,
tepat-prosedur,
dan tepat- pasien.
Sutoto.KARS 69
OPERASI SALAH KAKI
Sutoto.KARS 70
OPERASI SALAH SISI
Chapter 36. Wrong-Site Surgery: A Preventable Medical Error Deborah F. Mulloy, Ronda G. Hughes.
http://www.ahrq.gov/professionals/clinicians-providers/resources/nursing/resources/nurseshdbk/MulloyD_WSS.pdf
Penyebab Salah-lokasi, Salah-prosedur, Salah
Pasien Pada Operasi
1. Komunikasi Yang Tidak Efektif/Tidak Adekuat Antara
Anggota Tim Bedah
2. Kurang/Tidak Melibatkan Pasien Di Dalam Penandaan
Lokasi (Site Marking)
3. Tidak Ada Prosedur Untuk Verifikasi Lokasi Operasi
4. Asesmen Pasien Yang Tidak Adekuat
5. Penelaahan Ulang Catatan Medis Tidak Adekuat
6. Budaya Yang Tidak Mendukung Komunikasi Terbuka
Antar Anggota Tim Bedah
7. Resep Yang Tidak Terbaca (Illegible Handwriting)
8. Pemakaian Singkatan
Sutoto.KARS 75
Sutoto.KARS 76
Sutoto.KARS 78
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI
OPERASI
1. Penandaan dilakukan pada kasus termasuk sisi (laterality),
multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel
level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat
Sutoto.KARS 79
CONTOH PENANDAAN
Sutoto.KARS
80
BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK
MEMERLUKAN PENANDAAN:
Sutoto.KARS 81
TIME OUT
Sutoto.KARS 82
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :
Sutoto.KARS 83
Sebelum Induksi Anestesi:
Apakah……
1. Identifikasi pasien, prosedur, informed
concent sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau
aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml
Sutoto.KARS 84
Sebelum Insisi Kulit (Time-
out):Apakah …….
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi
incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60
menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?
Sutoto.KARS 85
TIME OUT
Sutoto.KARS 86
PerMenKes No 2406/Menkes/Per/XII/2011 Pedoman umum Penggunaan antibiotik
Sutoto.KARS 87
Sutoto.KARS 88
Sutoto.KARS 89
Sebelum Pasien Meninggalkan
Kamar Operasi
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal,
bersama dr dan anestesid
1. Nama prosedur,
2. Instrumen, gas verband, jarum lengkap
3. Speciment telah di beri label dengan PID tepat
4. Apa ada masalah peralatan yang harus ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang
harus diperhatikan dalam recovery dan
manajemen pasien
Sutoto.KARS 92
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN
Sutoto.KARS 94
Maksud dan Tujuan SKP.V.
PPI (Pencegahan dan pengendalian infeksi ):
tantangan terbesar dalam yan kes
peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang terkait yan
kes
keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanan kesehatan.
Infeksi dijumpai dalam semua bentuk yan kes termasuk:
UTI,blood stream infections dan VAP
Pokok pokok eliminasi : cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat pakai Pedoman hand hygiene dari WHO
Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene
yang sudah diterima secara umum untuk implementasi
petunjuk itu di rumah sakit.
Sutoto.KARS 95
Sutoto.KARS 96
WHO Guidelines On Hand Hygiene In Health Care.World Health Organization 2009
Luka
Operasi
Terinfeksi
MRSA
TELAPAK TANGAN
PUNGGUNG TANGAN
SELA- SELA JARI
PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN LAMA CUCI TANGAN:
KUNCI) HAND RUB : 20-30 DETIK
SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR) HAND WASH 40-60 DETIK
KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-
PUTAR)
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety Sutoto.KARS 106
REKOMENDASI PENGGUNAAN SARUNG TANGAN OLEH WHO
1. Penggunaan Sarung Tangan Tidak Menggantikan Kebutuhan Cuci Tangan (Hand Rub
/Handwash)
2. Pakailah Sarung Tangan Ketika Kontak Dengan Darah Atau LainnyaYang Berpotensi
Bahan Menular, Selaput Lendir, Atau Nonintact Kulit Akan Terjadi.
3. Tidak Mengenakan Sepasang Sarung Tangan Yang Sama Untuk Perawatan Lebih
Dari Satu Pasien.
4. Ketika Mengenakan Sarung Tangan, Mengubah Atau Menghapus Sarung Tangan
Dalam Situasi Berikut:
1. Selama Perawatan Pasien Jika Bergerak Dari Situs Tubuh Yang Terkontaminasi
Untuk Membersihkan Situs Tubuh Dalam PasienYang Sama;
2. Setelah Menyentuh Pasien;
3. Setelah Menyentuh Daerah Yang Terkontaminasi Dan Sebelum Menyentuh Situs
Bersih Atau Lingkungan.
5. Hindari Penggunaan Kembali Sarung Tangan. Jika Sarung Tangan Digunakan Kembali,
Metode PengolahanYang Memadai Dan Divalidasi Perlu Dikembangkan Untuk
Memastikan Integritas Sarung Tangan Dan Dekontaminasi Mikrobiologi.
6. Penggunaan Sarung Tangan Ganda Di Negara-negara Dengan Prevalensi Tinggi
Hbv, Hcv Dan Hiv Untuk Prosedur BedahYang Panjang (> 30 Menit), Untuk Prosedur
Dengan Kontak Dengan Sejumlah Besar Darah Atau Cairan Tubuh, Untuk Beberapa
Prosedur Ortopedi Berisiko Tinggi, Dianggap Sebagai PraktekYang Tepat.
The First Global Patient Safety Challenge “Clean Care Is Safer Care” Information Sheet 6.
Glove Use Technical
107
EP 3 . KEBIJAKAN DAN/ATAU PROSEDUR DIKEMBANGKAN UNTUK
MENGARAHKAN PENGURANGAN SECARA BERKELANJUTAN
RISIKO INFEKSI YANG TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
Sutoto.KARS 108
Numerator dihitung angka kejadian infeksi, sedangkan
denominator dihitung populasi yang beresiko.
Menghitung dan menganalisa data pakai metode
statistical.
Populasi yang beresiko Surgical Site Infection (SSI)
atau Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah semua pasien
yang dilakukan operasi.
Populasi Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah
semua pasien yang memakai ventilator.
Populasi Urinary Tractus Infection (UTI) atau Infeksi
Saluran Kemih (ISK) adalah semua pasien yang
memakai kateter urine
Untuk menghitung surveilens yang dipakai adalah
insiden rate.
Insiden Rate infeksi luka operasi adalah jumlah
pasien infeksi luka operasi ( Numerator) dibagi
jumlah total kasus operasi ( Denominator) dikali 100
%.
Sedangkan Rate VAP/ISK/IADP adalah jumlah
VAP/ISK/IADP ( Numerator) dibagi total jumlah hari
pemakaian alat ( Denominator) dikali 1000
Data harus dianalisa dengan cepat dan tepat, untuk
mendapatkan informasi apakah ada masalah infeksi
HAIs, yang memerlukan penanggulangan atau
investigasi lebih lanjut.
Interpretasi yang dibuat harus menunjukkan informasi
tentang penyimpangan yang terjadi.
Bandingkan angka infeksi HAIs apakah ada penyimpangan ,
dimana terjadi kenaikkan atau penurunan yang cukup tajam.
Rumah sakit
mengembangkan suatu
pendekatan untuk
mengurangi risiko
pasien dari cedera
karena jatuh.
Sutoto.KARS 117
Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company, New
Sutoto.KARS York. 2009. 118
Maksud dan Tujuan SKP VI.
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab
cedera pasien rawat inap.
Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila
sampai jatuh.
Evaluasi :
riwayat jatuh,
obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
gaya jalan dan keseimbangan
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
Sutoto.KARS 119
Elemen Penilaian SKP.VI.
Sutoto.KARS 123
Sutoto.KARS 125
CONTOH: ASESMEN
RISIKO JATUH
MORSE FALL
SCALE
Sutoto.KARS 126
TINDAKAN PENCEGAHAN JATUH SECARA UMUM
Sutoto.KARS 127
Heparin lock
Sutoto.KARS 128
Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2nd Ed. Springer Publishing Company, New
York. 2009.
No/low risk: < 45
Pencegahan jatuh akibat kecelakaan
Pastikan lingkungan aman
Edukasi pasien dan keluarga
High risk: > 45
Strategi proteksi dari jatuh:
Monitoring
Proteksi jatuh dari tempat tidur/kursi
Proteksi dari lingkungan berbahaya
Proteksi dari cedera
Strategi pencegahan jatuh
Tranfer pasien dengan aman
Cegah kencing yang urgen
Evaluasi kemampuan komunikasi
Latihan /exercise keseimbangan
Optimalisasi kondisi fisik
Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company, New
Sutoto.KARS York. 2009.
130
TINDAKAN PENCEGAHAN JATUH RISIKO TINGGI
Sutoto.KARS 131
ASESMEN ULANG RISIKO JATUH
MORSE
Saat terdapat perubahan kondisi pasien
Pemberian obat yang meningkatkan risiko
jatuh
Saat transfer ke unit lain
Adanya kejadian jatuh
Sutoto.KARS 132
Sutoto.KARS 133
Pediatric Patient Falls Scale
Scale Characteristics
General Risk Humpty- CHAMPS Pediatric Fall
Assessment of Dumpty Scale- Pediatric Fall Risk Assessment
Pediatric Inpatient Risk Scale
Inpatient Falls Assessment (PFRA)
(GRAF-PIF) Tool Used at NCH
Physical & All types of falls All types of falls All types of falls
physiological falls except when child
(not developmental) is “dropped”
Sutoto.KARS 134
Edmonson Psychiatric Fall Risk Assessment
Sutoto.KARS 137
Edmonson Psychiatric Fall Risk Assessment
Sutoto.KARS 138
Sutoto.KARS 139
140
Sutoto.KARS 141
Contoh Langkah Pencegahan Pasien
Risiko Jatuh
1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan
2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat
tidur pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan
dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7. Pasang Bedside rel
8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
Sutoto.KARS 142
Contoh Langkah Pencegahan Pasien
Risiko Jatuh
9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang
mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan
segera laporkan untuk perbaikan
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di
daerah diagnostik atau terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard / tempat tidur,
posisi bedside rel dalam keadaan terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota keluarga
mengenai rencana perawatan untuk mencegah jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan
bantuan yang dibutuhkan dengan
Contoh tata laksana risiko jatuh
Sutoto.KARS 143
Sekian
Terima Kasih
Sutoto.KARS 156
Unit : ..........
Tgl Telusur :
Sutoto.KARS 158
PERUBAHAN PELAYANAN KEPERAWATAN