Anda di halaman 1dari 37

TRAUMA LAHIR

TIM JNPK PONEK


Tujuan

1. Mengenali insidens trauma lahir.


2. Mengidentifikasi faktor predisposisi trauma
lahir.
3. Mengidentifikasi gambaran klinis dan
tatalaksana dari berbagai trauma kepala.
4. Mengidentifikasi gambaran klinis dan
tatalaksana trauma leher dan bahu.
5. Mengidentifikasi gambaran klinis dan
tatalaksana trauma di bagian dalam perut.
Pendahuluan

 Trauma lahir merupakan salah


satu penyebab utama dari
morbiditas dan mortalitas
neonatus
 Trauma lahir merupakan trauma
yang paling dapat dicegah.
Insidens
di Amerika Serikat

 1981- penyebab paling sering nomor enam untuk


kematian neonatus (23,8/100.000 kelahiran hidup)

 1984- penyebab paling sering nomor delapan untuk


kematian neonatus (8,9/100.000 kelahiran hidup)

 1993- penyebab paling sering nomor sebelas untuk


kematian neonatus (3,7/100.000 kelahiran hidup)

 1998- penyebab paling sering nomor tigabelas untuk


kematian neonatus (2.7/100,000 kelahiran hidup)
Faktor-Faktor Predisposisi
 Faktor Ibu:  Faktor janin
• Primigravida • Presentasi abnormal
• Disproporsi Sungsang, presentasi
cepalopelvik, muka
• Ibu bertubuh • BBLR atau BBLSR
pendek, • Makrosomia janin
• Kelainan panggul • Kepala janin besar
ibu • Kelainan janin
• Partus lama atau partus  Intervensi obstetrik
presipitatus • Pemakaian forsep letak
• Distosia tinggi atau ekstraksi vakum
• Oligohidraminion • Versi dan ekstraksi
Jenis-Jenis Trauma

 KEPALA
• Ekstrakranial
• Kranial
• Intrakranial
• Syaraf
• Wajah
 Tulang
 Intra abdomen
Tengkorak

1?
Ubun-ubun
Sutura
besar

4?
2?
5?
3? 6?

7?
Kaput Suksedaneum Hematoma sefal

Trauma Ekstrakranial
Perdarahan subgaleal dengan fraktur tengkorak
Kaput Suksedaneum

 Paling sering ditemukan


 Tekanan pada kulit kepala
terhadap serviks
 Akumulasi darah/serum
subkutan, ekstraperiosteal Komplikasi
 Langka
 Melintasi garis sutura
 Kaput hemorargik
 Menghilang dalam beberapa
 Infeksi
hari
 Ikterus
 TIDAK diperlukan terapi
 Anemia
 DB-hematoma sefal
Kaput suksedaneum
Kulit
Epikranial
aponeuroses

Periosteum
Tengkorak
Hematoma Sefal

 Perdarahan sub periosteal akibat


ruptur pembuluh darah antara
tengkorak dan periosteum.
 Benturan kepala janin dengan
pelvis Komplikasi
 Tidak ada perluasan melintasi  Ikterus, anemia
garis sutura  Infeksi: aspirasi diagnostik
 Paling umum terlihat di parietal
 Sembuh dalam waktu 2-8
tetapi kadang-kadang terjadi pada
tulang occipital minggu
 Ukurannya bertambah sejalan  Kalsifikasi mungkin bertahan
dengan bertambahnya waktu selama > 1 tahun
 5-18% berhubungan dengan
fraktur tengkorak → foto rontgen
 Forsep atau vakum
Kaput suksedaneum
Kulit Hematoma sefal
Epikranial
aponeurose
s

Periosteum

Tengkorak
 Darah di bawah galea apneurosis
 Mid-forceps dan vakum
 Pembengkakan kulit kepala,
ekimoses
 Mungkin meluas ke daerah

Perdarahan periorbital dan leher


Subgaleal  Seringkali berkaitan dengan trauma
kepala (40%)
•Perdarahan intrakranial atau
•Fraktur tengkorak
•Adanya gambaran ini tidak berkorelasi
dengan beratnya perdarahan
 Anemia/hipovolemia/syok
Diagnosis umumnya bersifat klinis:
 Massa padat berair yang berkembang
di kepala
 Berkembang secara bertahap dalam
waktu 12-72 jam
 Hematoma menyebar di selruruh
kalvarium
Perdarahan  Pembengkakan melintasi garis sutura
Penatalaksanaan: suportif
Subgaleal
 Observasi ketat untuk mendeteksi
kemajuan
 Memantau hematokrit
 Memantau hiperbilirubinemia
 Pemeriksaan untuk koagulopati
mungkin diindikasikan
Kulit Caput Hematoma sefal
Epicranial
aponeuroses Perdarahan subgaleal
Perdarahan
extradural
Periosteum

Tengkorak

Dura
Lesi Pembengkakan ↑ Melintasi ↑↑↑ke-
eksternal setelah garis hilanga
lahir sutura n darah
akut

Caput Lunak tidak ya tidak


succedaneum

Hematoma Padat, tegang ya tidak tidak


sefal
Hematoma Padat, berair ya ya ya
subgaleal
Fraktur Tengkorak
 Tidak umum terjadi karena
tengkorak dapat ditekan &
sutura terbuka
 Forsep/partus lama
 Linear/terdepresi
 Biasanya tanpa gejala
 Perdarahan intrakranial
mungkin menyebabkan
gejala
Fraktur Tengkorak

 Fraktur Tengkorak Linear


• Fraktur pada bagian cembung
tengkorak
• Mungkin terjadi hematoma sefal
 Depressed Skull Fractures
• Lekukan ping-pong
• Biasanya tanpa gejala
 Penatalaksanaan:
• Konservatif: elevasi fraktur dengan
vakum
• Elevasi melalui pembedahan
 Prognosis: sembuh dalam
beberapa bulan
Perdarahan Intrakranial

 Epidural

 Subdural

 Subarachnoid
Perdarahan Epidural

 JARANG :2,2% dari semua perdarahan intrakranial


 Trauma pada bagian tengah arteri meningeal
 Gejala klinik:
• Tidak spesifik: fontanel yang menonjol
• Spesifik: kejang lateralisasi, deviasi mata
 Diagnosis:
• CT kepala
• Foto rontgen: fraktur tengkorak yang terkait dengan keadaan
perdarahan
 Terapi: sebagian besar memerlukan evakuasi
secara pembedahan
Perdarahan Subdural

 Paling sering: 73% dari semua perdarahan


intrakranial
 Trauma pada vena dan sinus vena serta
laserasi:
• Tentorium
• Falx
• Vena serebral superfisial
• Osteodiastasis occipital
 Gejala klinis (dalam 24 jam):
• Respirasi: apnea, sianosis
• SSP: kejang, defisit fokal, letargi, hipotonia
• Fossa posterior : ↑tekanan intrakranial:apnea,
pupil tidak simetris, deviasi mata, koma
Perdarahan Subdural (lanj.)

 Diagnosis:
• CT kepala
• MRI: untuk melihat batas-batas
hematoma fossa posterior
• Foto rontgen: yang terkait
dengan fraktur tengkorak
 Terapi:
• Konservatif (suportif) atau
evakuasi pembedahan
Perdarahan
Subarachnoid

 Insidens: 0,1 per 1000


kelahiran
 Trauma terhadap vena
penghubung pada ruang
subarachnoid  Diagnosis:

 Gejala klinis: • CT kepala


• Bisa tanpa gejala • CSS: berdarah
• SSP: kejang biasanya pada  Terapi:
• Konservatif
hari ke-2, antar kejang
terlihat normal (suportif)
 Memantau
hidrosefalus pasca
perdarahan
Trauma Syaraf dan Sumsum Tulang
Belakang

 Disebabkan oleh hiperekstensi,


ketegangan, dan peregangan
berlebihan yang terjadi pada rotasi
simultan
 Trauma ini dapat berkisar dari
neurapraksia yang terlokalisasi hingga
transeksi syaraf lengkap atau transeksi
modula spinalis
Trauma Sumsum Tulang Belakang

 Diakibatkan oleh traksi atau rotasi berlebihan


 Lokasi utama cedera:
• Daerah servikal bawah dan toraks atas untuk
persalinan sungsang:
• Daerah servikal atas atau tengah untuk persalinan
verteks
Trauma Sumsum Tulang Belakang (lanj.)

Presentasi klinis:
• Tidak adanya fungsi motorik ke arah distal:
• ↓ fungsi pernafasan
• Hilangnya refleks tendon dalam
• Gangguan kontrol sirkulasi → ketidakstabilan suhu
• Konstipasi, retensi urin
Diagnosis: penilaian terhadap luasnya cedera: CT, MRI
Penatalaksanaan:
• Resusitasi
• Pencegahan cedera lebih lanjut
• Dukungan untuk hilangnya fungsi neurologis
Nervus Palsi Fasialis

Etiologi
 Kompresi syaraf tepi,
disebabkan oleh: forsep,
partus lama, kompresi in
utero Penatalaksanaan
 Trauma SSP: pada fraktur  Suportif: penutup mata protektif,
tulang temporal lubrikasi kornea setiap 4 jam
Manifestasi Klinis  Mulai pemberian asupan
 Paralisi awitan dini
Prognosis
 Unilateral/bilateral
 85% sembuh dalam 1 minggu
 Sisi yang terkena kelainan
rata/berada di posisi lebih  90% sembuh dalam 1 tahun
turun  Pembedahan jika tidak sembuh
 Lebih jelas saat menangis sendiri dalam 1 tahun
Trauma Plexus
Brakialis
Etiologi
 BMK >3500g pada 50-70%
kasus
 Presentasi abnormal atau
persalinan disfungsional
 Trauma bilateral pada 8-23%
 Tanda-tanda gawat janin  Lesi traumatis terkait dengan
pada 44% trauma plexus brakialis:
 Distosia bahu • Fraktur klavikula 10%
 Persalinan sungsang
• Fraktur humerus 10%
• Subluksasi servikalis 5%
• Trauma cervical 5-10%
• Palsi fasialis (10-20%)
Palsi Erb

Manifestasi Klinis
Ekstremitas yang kena
berada:
 Dalam posisi aduksi
 Dalam posisi pronasi dan
terotasi secara internal
Etiologi  Relfleks Moro, biseps dan
 Cedera akibat regangan C5-C7
radial tidak ada
(pleksus atas)  Refleks genggam biasanya
 90% kasus
ada
 2-5% paresis nervus frenikus
Diagnosis:
ipsilateral
 Pemeriksaan klinis
 Postur "waiter's tip“
 Foto rontgen untuk
 Gawat nafas jika n. frenikus
menyisihkan kemungkinan
trauma tulang juga cedera
Palsi Klumpke
Etiologi
 Cedera karena regangan terhadap C8-T1 (pleksus
brakialis)
 10% kasus
Diagnosis:
 Pemeriksaan klinis
 Foto rontgen untuk menyisihkan kemungkinan cedera
tulang
Manifestasi Klinis
 Refleks genggam tidak ada
 Jari berada dalam posisi seperti akan mencakar
(Clawing)
Terkait dengan:
 Sindrom Horner (ptosis, myosis, anhidrosis): Trauma
terhadap serabut simpatis T1
Trauma Pleksus Brakialis: Penatalaksanaan

 Pencegahan kontraktur
 Untuk mencegah ketidaknyamanan: Imobilisasi
ekstremitas secara perlahan melintang di atas
perut untuk minggu pertama lalu
 Mulailah latihan pasif pada semua sendi
 Splint penahan pergelangan tangan
 Eksplorasi pembedahan (???) – jika tidak terjadi
pemulihan fungsional bermakna dalam 3 bulan
 Eksplorasi setelah 6 bulan hanya memberikan
sedikit keuntungan
Trauma Pleksus Brakialis:
Prognosis

 Bergantung pada berat dan luas lesi:


• Regangan - 90-100% pemulihan dalam 1 tahun
• Ruptur – memerlukan koreksi dengan pembedahan
• ‘Avulsion’ - memerlukan koreksi dengan pembedahan
 88% sembuh dalam waktu 4 bulan; 92% sembuh
dalam waktu 12 bulan; 93% sembuh dalam 48 bulan
 Defisit residual jangka panjang
• Kelainan pembentukan tulang yang progresif
• Atrofi otot
• Kontraktur sendi
• Gangguan pertumbuhan ekstremitas
Trauma Syaraf Laringeal

 Trauma terjadi akibat postur di dalam rahim atau selama


persalinan ketika kepala terotasi dan menekuk ke arah lateral
 Ditemui bersamaan dengan tangisan serak atau stridor
pernafasan
 Diagnosis: direct laryngoscope
 Terapi: Suportif
• Pemberian asupan dalam jumlah kecil dan sering ketika
bayi stabil
• Meminimalkan risiko aspirasi
• Bayi dengan kelainan bilateral mungkin memerlukan
pemberian asupan dengan cara sonde dan trakeotomi
 Prognosis: pemulihan spontan dalam waktu 4-6 minggu,
pemulihan penuh dalam waktu 6-12 bulan
Fraktur tulang panjang
 Diagnosis: Foto rontgen
 Tidak umum: 0,1 per
1000 kelahiran hidup  Tata laksana:
 Faktor risiko: • Splinting/immobilisasi dalam posisi
• Sungsang aduksi
• Bedah sesar • Reduksi tertutup dan pemasangan
• Berat lahir rendah gips jika bergeser
 Klinis:
• Pergerakan menurun • Mengamati adanya cedera nervus
• Pembengkakan dan radial
nyeri pada • Pembentukan kalus terjadi dan
pergerakan pasif pemulihan lengkap diharapkan terjadi
 Obgyn mungkin dalam 2-4 minggu.
merasakan atau
mendengar bunyi fraktur • Dalam 8-10 hari, pembentukan kalus
pada saat persalinan cukup untuk menghentikan imobilisasi
Trauma Organ Dalam Perut
 Jarang Tindakan diagnostik :
 Riwayat persalinan yang sulit  Foto rontgen abdomen:

 Perdarahan merupakan • Tidak bersifat diagnostik


komplikasi akut yang paling
• Mungkin menunjukkan
cairan peritoneal bebas
serius  USG: mungkin
 Hati merupakan organ internal memperlihatkan hati yang
yang paling sering mengalami robek, limpa, atau ginjal
kerusakan  Parasentesis bila tidak ada
USG/CT
 Gejala-gejala klinis:
Terapi:
• Perdarahan: fulminant (syok) atau
 Penggantian volume
perlahan
• Kulit abdomen di atasnya:  Mengoreksi koagulopati
perubahan warna menjadi  Pembedahan untuk
kebiruan mengontrol perdarahan

Anda mungkin juga menyukai