Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. SA DENGAN


DIAGNOSA MEDIS GAGAL GINJAL KRONIK + HIPERTENSI
DI RUANG HEMODIALIS
RSI A.YANI SURABAYA

OLEH:
MAHASISWA MAGISTER TERAPAN KEPERAWATAN

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018
DEFINISI
 Gagal ginjal kronik (GGK)
merupakan gangguan fungsi ginjal
yang progresif dan ireversibel,
yang menyebabkan
ketidakmampuan ginjal untuk
mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan
maupun elektrolit, sehingga
timbul gejala uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) (Smeltzer 2008).
 Menurut KDIGO (2013) Gagal
ginjal kronik merupakan suatu
keadaan abnormalitas dari
struktur atau ginjal yang terjadi
selama lebih dari 3 bulan yang
mempengaruhi kesehatan
ETIOLOGI
Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronik (Price & Wilson 2003):

Klasifikasi Penyakit Penyakit


Penyakit infeksi tubulointerstitial Pielonefritis kronis/refluks nefropati

Penyakit peradangan Glomerulonefritis


Penyakit vascular hipertensif Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteri renalis

Gangguan jaringan ikat SLE


Poliarteritis nodosa
Sklerosis sistemik progresif

Gangguan kongenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik


Asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolic DM
Gout, hiperparatiroidisme
Amilodosis

Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik, obat TBC


Nefropati timah

Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas: batu, neoplasma, fibrosis


retroperitoneal
Traktus urinarius bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra
KALSIFIKASI
 Kategori GFR (KDIGO 2013)

GFR
GFR (ml/min/1.73 m2) Terms
category

G1 >90 Normal or high

G2 60–89 Mildly decreased*

G3a 45–59 Mildly to moderately decreased

G3b 30–44 Moderately to severely decreased

G4 15–29 Severely decreased

G5 <15 Kidney failure


Klasifikasi berdasarkan
Albuminuria (KDIGO 2013)

ACR AER ACR


Terms
category (mg/24hrs) (mg/mmol)

A1 < 30 <3 Normal to mildly increased

A2 30-300 3–30 Moderately increased*

A3 > 300 >30 Severely increased**


PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

 Gejala dini: lethargi, sakit


kepala, kelelahan fisik dan
mental, berat badan
berkurang, mudah
tersinggung, depresi.
 Gejala yang lebih lanjut:
anoreksia, mual disertai
muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktu ada
kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada
tapi mungkin juga sangat
parah (Long 1996)
Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran Klinis
2. Pemeriksaan
Laboratorium
3. Pemeriksaan Radiologi
4. Biopsi dan Pemeriksaan
Histopatologi Ginjal
PENATALAKSANAAN
Rencana penatalaksanaan penyakit ginjal kronik sesuai dengan
derajatnya menurut Suwitra (2007) antara lain

LFG
Derajat Rencana Tatalaksana
(ml/mn/1,73m2)

1 ≥90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,evaluasi


perburukan (progression) fungsi ginjal, memperkecil
risiko kardiovaskuler
2 60-80 Menghambat perburukan (progession) fungsi ginjal

3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

5 ˂15 Terapi pengganti ginjal


HEMODIALISIS
 Hemodialisa adalah
suatu prosedur yang
digunakan untuk
mengeluarkan cairan
dan produk limbah
dari dalam tubuh
ketika ginjal tidak
mampu
melaksanakan proses
tersebut (Raharjo, et
al. 2009).
HEMODIALISIS
 Hemodialisa adalah
suatu prosedur yang
digunakan untuk
mengeluarkan cairan
dan produk limbah
dari dalam tubuh
ketika ginjal tidak
mampu
melaksanakan proses
tersebut (Raharjo, et
al. 2009).
Tujuan Hemodialisis
 Untuk mengambil zat-zat
nitrogen yang toksik dari
dalam darah yang penuh
dengan toksin dan limbah
nitrogen dialihkan dari tubuh
pasien ke dialiser tempat
darah tersebut dibersihkan
dan kemudian dikembalikan
lagi ke tubuh pasien. Aliran
darah akan melewati tubulus
tersebut sementara cairan
dialisat bersikulasi di
sekitarnya. Pertukaran limbah
dari darah ke dalam cairan
dialisat akan terjadi membran
semipermeabel tubulus
(Rosdiana 2011).
Prinsip Hemodialisis
1. Difusi
2. Osmosis
3. Ultrafiltrasi
Beberapa persiapan
(preparasi) dialisis regular:
1. Sesi dialisis 3-4 kali per minggu (12-15 jam) per minggu
2. 25
3. Psikoligis yang stabil Finalsial cukup untuk program terapi
dialisis regular selama waktu tidak terbatas sebelum
transplantasi ginjal
4. Pemeriksaan laboratorium dan perasat lainnya sesuai
denganjadwal yang telah ditentukan. Pemeriksaan ini sangat
penting untuk menjamin kualitas hidup optimal
5. Disiplin pribadi untuk menjalankan program terapi ajuvan :
6. Diet, perbatasan asupan cairan dan buah-buahan
7. Obat-obatan yang diperlukan yang tidak terjangkau dialisis
8. Operasi A-V fistula dianjurkan pada saat kreatinin serum 7
mg/% terutama pasien wanita, pasien usia lanjut dan diabetes
mellitus.
Komplikasi yang trjdi pada
Pasien Hemodialisis
 Hipotensi
Dapat terjadi selama dialisis ketika cairan dikeluarkan.
 Emboli udara
Jarang terjadi, namun bisa terjadi akibat udara yang memasuki sistem vaskular pasien.
 Nyeri dada
Terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sikulasi di luar tubuh.
 Pruritus
Selama terapi adanya produk akhir metabolisme yang tersisa di dalam kulit
 Gangguan keseimbangan dialisis
Akibat perpindahan cairan cerebral dan muncul sebagai serangan kejang, berpotensi
besar jika terdapat uremia yang berat.
 Malnutrisi
Akibat kontrol diet dan kehilangan nutrient selama hemodialisa.
 Fatigue dan kram
Pasien dapat mengalami kecapean akibat hipoksia yang disebabkan edema pulmoner.
Hipoksia pulmoner terjadi akibat retensi cairan dan sodium.
Komplikasi GGK
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smeltzer dan
Bare (2002) yaitu:
1. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diet berlebihan.
2. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat
retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak
adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi
system renin-angiostensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang
usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi
oleh toksin dan kehilangan darah selama hemodialisis.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi
fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin
D abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
STUDI KASUS
 G:\GGK\BAB 4 GGK.doc
Critical Review
 Jurnal utama dengan judul: Progressive muscle relaxation improves anxiety
and depression of pulmonary Arterial Hipertension Patients.
 Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah tindakan PMR dapat
menurunkan kecemasan dan depresi pada pasien dengan hipertensi pulmonal. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 130 pasien yang menderita hipertensi pulmonal
yang mengalami kecemasan. Sampel dibagi dua kelompok intervensi sebanyak 65
orang dan kelompok control sebanyak 65 orang. Intervensi ini dilakukan selama 12
minggu.
 Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervensi terdapat penurunan tingkat
stress dan depresi yang signifikan dengan nilai (P<0,05). Sehingga dari penelitian ini
terbukti bahwa tindakan pemberian PMR efektif untuk menurunkan kecemasan dan
depresi.
 Kekuatan penelitian ini antara lain: 1). Hasil penelitian dapat menjawab tujuan
penelitian, 2). Hasil analisis data ditampilkan sehingga dapat dianalisa oleh kelompok
intervensi atau kelompok control, 3). Penelitian ini menampilkan metode penelitian
dengan jelas, 4). peneliti mencantumkan instrument penelitian dengan lengkap dan
menampilkan hasil uji instrument. Kelemahan penelitian ini antara lain: 1). Tidak
dijelaskan waktu atau durasi pemberian intervensi selama 12 minggu.
Jurnal Pendukung
 Jurnal Pendukung dengan judul: Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di
unit hemodialisa RS Telogorejo Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat depresi pada pasien
GGK yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RS Telogorejo Semarang. Rancangan
penelitian ini yaitu Quasi Eksperiment pretest and posttest nonequivalent control group,
jumlah sampel 36 responden dengan teknik purposive sampling.
 Hasil penelitian dengan menggunakan Dependent t-test menunjukkan p-value 0,000
(<0,05) dan hasil uji Mann Whitney menunjukkan p-value 0,000 (<0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan relaksasi otot progresif terhadap
tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis, dimana kelompok yang diberikan
intervensi relaksasi otot progresif lebih baik dalam menurunkan tingkat depresi daripada
kelompok yang tidak diberikan relaksasi otot progresif. Penelitian ini merekomendasikan
untuk perawat tentang pentingnya memperhatikan masalah psikologis pasien dengan GGK
yang menjalani hemodialisis.
 Kekuatan penelitian ini antara lain: 1). Hasil penelitian dapat menjawab tujuan penelitian, 2).
Hasil analisis data ditampilkan sehingga dapat dianalisa oleh kelompok intervensi atau
kelompok control, kelemahan penelitian ini antara lain 1). Penelitian ini tidak menampilkan
metode penelitian dengan jelas, 2). Peneliti tidak mencantumkan instrument penelitian
dengan lengkap dan menampilkan hasil uji instrument, 3). Tidak dijelaskan waktu atau
durasi pemberian intervensi.
 Jurnal Pendukung dengan judul: the influence of progressive muscle relaxation
techniques on depression level of chronic kidney disease patient undergoing
hemodialysis therapy. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh PMR
terhadap tingkat depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Rancangan
penelitian ini yaitu Quasi Eksperiment pretest and posttest nonequivalent control group,
jumlah sampel 30 responden dengan kelompok intervensi sebanyak 15 orang dan
kelompok control sebanyak 15 orang. Intervensi dilakukan duakali sehari selama 1
minggu
 Hasil penelitian dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan p-value
(0.001) < α (0.05),. To test the U-Mann Whitney shows that p-value (0.005) < α (0.05).
sehingga terbukti bahwa pemberian PMR dapat menurunkan tingkat depresi pada pasien
GGK yang menjalani hemodialisa.
 Kekuatan penelitian ini antara lain: 1). Hasil penelitian dapat menjawab tujuan penelitian,
2). Hasil analisis data ditampilkan sehingga dapat dianalisa oleh kelompok intervensi atau
kelompok control, kelemahan penelitian ini antara lain 1). Penelitian ini tidak
menampilkan metode penelitian dengan jelas, 2). peneliti tidak mencantumkan instrument
penelitian dengan lengkap dan menampilkan hasil uji instrument.
SOP PMR (Progressive
Muscular Relaxation)
 G:\GGK\SOP PMR OK.doc
KESIMPULAN
 Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas
fisik dan mental dengan rangsangan suara yang
terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk
dan gaya yang di organisir sedemikian rupa
sehingga mencipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental. Musik memiliki
kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang.
Musik diharapkan menjadi sebuah terapi dan
musik dapat meningkatkan, memulihkan,
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional,
sosial dan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai