Anda di halaman 1dari 29

TUMOR TONSIL

Pembimbing:
dr. Heri Kabullah, Sp.THT-KL

Oleh:
Rachmatika Ninda Eriani
20170420140
TONSILA PALATINA (TONSIL fausial)

 Jaringan limfoid berbentuk bulat


telur (20-25mm x 15-20mm x
12mm)
 Terdiri dari jaringan limfoid
dengan 8 sampai 20 kripta yang
pada permukaan membentuk kripta
 Kripta merupakan sumber infeksi
karena dpt terisi sisa makanan,
epitel yg terlepas, maupun kuman.
 Permukaan tonsil dilapisi oleh
epitel skuamous berlapis
 Dibungkus kapsul jar. fibrous
warna putih
EPIDEMIOLOGI

Tumor ganas THT di indonesia :


 Nasofaring : 71%
 Hidung & sinus paranasalis : 10,7%
 Laring : 10,1%
 Telinga : 2,16%
 Esofagus/bronkus : 1,42%
 Orofaring/tonsil : 1,97%
 Rongga mulut : 1,41% dll
KLASIFIKASI TUMOR TONSIL

Derajat keganasan
1. Jinak (benigna)  papiloma,
fibroma, kista
2. Ganas (maligna) squamous cell
carcinoma , Limfoma
TUMOR TONSIL BENIGNA

Tumor tonsil benigna lebih sering


dari pada maligna
Papiloma tonsil paling sering
didapatkan
Gejala tidak spesifik sehingga sulit
membuat klasifikasi secara baik
PAPILLOMA TONSIL
Berasal dari epitel tonsil
Berbentuk seperti seikat
anggur
Pertumbuhannya sering
tidak menimbulkan gejala
Besarnya sebesar kacang
polong  kenari besar
Etiologi: HPV type 6, 11

 
FIBROMA TONSIL

Anak >> daripada orang


dewasa
 Laki – laki = wanita
 Pertumbuhanya lambat,
biasanya unilateral
 Fibroma tonsil bertangkai
(tunggal dan multiple) dan
tak bertangkai
 Berasal jaringan ikat
trabekula tonsil
KISTA TONSIL

Jarang terjadi
Tumbuh dipermukaan atau
dalam tonsil
Ukurannya beragam dan
terisi cairan atau sekret
dan sisa epitel
Berwarna putih atau
kekuningan
Biasanya akibat
tersumbatnya muara kripte
akibat peradangan
TUMOR TONSIL MALIGNA

Tumor tonsil ganas dengan


angka kejadian  12% dari
tumor rongga mulut

 85% - 90% keganasan adalah


squamous cell carcinoma, 10%
- 15% limfoma
INSIDENS

Laki-laki : perempuan hampir sama 


kebiasaan makan sirih bagi perempuan
Usia tersering:
50 – 70 th
FAKTOR PREDISPOSISI

Perokok, peminum alkohol,


pemakan sirih
Iritasi lokal, suka minum panas,
infeksi
Higiene mulut yg kurang baik
Defisiensi nutrisi atau besi
SQUAMOUS CELL CARCINOMA

Terdiri atas dua macam:


 Tipe eksofitik = Cenderung menyebar secara
superfisial. Dapat memenuhi
seluruh orofaring,sehingga dapat
menyebabkan sesak napas.
 Tipe Ulseratif = Cenderung infiltrasi dalam.
LIMFOMA

10% - 15% tumor ganas tonsil


Umur 60 – 70 tahun
Tampak massa ditonsil yang tidak sakit bila
ditekan
Unilateral
Perlu pemeriksaan limfe nodi disekitar
kepala dan leher
DIAGNOSIS

Stadium awal: tidak khas


Keluhan tergantung pd:
Besarnya tumor
Ada tidaknya ulserasi
ANAMNESIS

 Awal:
Gangguan menelan
 rasa tak enak/sakit/perasaan menusuk waktu
menelan makanan
Kadang ada darah pada saliva
Nyeri yang menjalar pd telinga
 Lanjut:
Trismus
Hipersalivasi
Foetor ex ore (bau mulut atau halitosis)
DIAGNOSIS

• CT-Scan  Melihat perluasan


tumor ke jaringan tulang
(destruksi tulang) maupun
metastasis KGB
• MRI  Melihat perluasan
tumor ke jar. Lunak sekitar
• Biopsi PA  Diagnosa pasti
PENENTUAN STADIUM
• T Menggambarkan keadaan tumor
• Tis Karsinoma insitu
• T0 Tidak jelas adanya tumor primer
• T1 Tumor dengan garis tengah terbesar 2 cm atau kurang
• T2 Tumor dengan garis tengah terbesar 2-4 cm
• T3 Tumor dengan garis tengah terbesar lebih dari 4 cm
• T4a Tumor telah menginvasi laring, otot lidah, pterygoid medial, palatum
durum atau tulang mandibula
• T4b Tumor telah menginvasi otot pterygoid lateral, tulang pterygoid, lateral
nasofaring, dasar tengkorak atau arteri karotis
PENENTUAN STADIUM

• Nx Metastasis regional tidak dapat ditentukan


• N0 Tidak ada metastasis regional
• N1 Metastasis regional dengan diameter terbesar kurang
dari 3 cm
• N2a Metastasis single ipsilateral derngan diameter terbesar
3 cm tapi kurang dari 6 cm
• N2b Metastasis ipsilateral dengan dimensi terbesar kelenjar
getah bening kurang dari 6 cm
• N3 Metastasis kelenjar regional dengan diameter terbersar
kelenjar getah bening lebih dari 6 cm
PENENTUAN STADIUM

 Mx Metastasis jauh tidak dapat ditentukan


 M0 Tidak ada metastasis jauh
 M1 Ada metastasis jauh
STADIUM

• Stage 0 Tis N0 M0
• Stage I T1 N0 M0
• Stage II T2 N0 M0
• Stage III T3 N0 M0
• T1 N1 M0
• T2 N1 M0
• T3 N1 M0
• Stage IVA T4a N0 M0
• T4a N1 M0
• T1 N2 M0
• T2 N2 M0
• T3 N2 M0
• T4a N2 M0
• Stage IVB Any T N3 M0
• T4b Any N M0
• Stage IVC Any T Any N M1
TERAPI
Modalitas:
Kemotherapy
Biasanya dipakai kombinasi 2 obat (5 -flurouracil & cisplatin)
Biasanya terapi ini kombinasi radiotherapy

Radiotherapy
Menggunakan gelombang radioaktif

•Kombinasi
PENATALAKSANAAN
 Dasar: atas stadium tumor
 Stadium I dan II: operasi dengan eksisi luas melalui
transoral / mandibulotomy dengan deseksi leher selektif atau
radikal unilateral dilanjutkan radioterapi dengan dosis 6-7
gray pasca operasi
 Stadium III dan IV:
operasi eksisi luas + kemoterapi + radiasi
 Tumor inoperable / ada metastasis jauh:
 Kemoterapi paliatif (Cysplatin 5 fluorouracil / Gol.
Taxan / Theramycin)
FOLLOW UP

• Follow up pasien pasca terapi  Tahun pertama setiap 3


bulan
• Tahun kedua setiap 4 bulan
• Tahun ke3-5 setiap 6 bulan
• Selanjutnya setahun sekali
• Bila ada kecurigaan residif tumor  CT Scan dan biopsi
PROGNOSIS

Faktor yang mempengaruhi adalah:


•Stadium tumor
•Jenis histopatologi tumor
•Pengobatan yang diberikan

Pada stadium lanjut prognosis buruk


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai