Anda di halaman 1dari 25

EPILEPSI

PEMBIMBING:
DR. ANDAR SETYAWAN, SP. S

Disusun oleh :
Berty Nur K. I. P 111611101004
Yurike Fitria S 111611101082
RIWAYAT PASIEN
Identitas Pasien
Nama : an. RA
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Perum Griya Pesona Blok E 001
Banyuwangi
Pekerjaan : Siswa
Anamnesa
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan sering mengalami kejang - kejang
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan sering mengalami kejang – kejang ketika
badannya panas atau kecapekan. Kejang kejang terjadi selama 1
menit hingga beberapa menit. Serangan sering kambuh kurang
lebih 8x dalam satu bulan. Saat pasien pasien mengalami kejang
– kejang, pasien mengeluarkan busa dari dalam mulut. Awalnya
ketika pasien berusia 2 hari pasien terkena pukulan benda
tumpul ( sandal) ke kepala belakang sebelah kiri dan langsung
mengalami kejang kejang namun dibiarkan saja hingga hilang
dengan sendirinya. Setelah itu ketika pasien berusia sebulan,
pasien mengalami kejang – kejang lagi dan dibawa ke tukang
pijat namun kejang – kejang masih tetap terjadi. Saat pasien
berumur 2 tahun, pasien dibawa ke Poli saraf untuk konsultasi
namun pasien tidak melanjutkan perawatan lagi setelah itu.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami kejang kejang sebelum
trauma pukulan benda tumpul terjadi. Keluarga pasien juga
belum pernah mengalami hal tersebut sebelumnya.
Riwayat penyakit sistemik/ alergi
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik/ alergi
Riwayat pekerjaan
Pasien masih berstatus siswa
Riwayat sosial ekonomi
Kebutuhan pasien masih dalam tanggungan orang tua (
Ayah swasta dan ibu IRT)
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik status generalis
Keadaan Umum : Baik
Vital sign
Tensi : 100/70 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 84x/menit

Status neurologis
Kesadaran
GCS (Glasgow Coma Scale) : 4-5-6
Pada GCS ada skala penilaian:
Respon buka mata/Eye opening 1-4 (E)
Respon verbal terbaik 1-5 (V)
Respon motorik terbaik 1-6 (M)
Kepala dan Leher
Saraf Cranialis Keterangan
N. Optalmicus Dalam batas normal
N. Opticus Dalam batas normal
N. Okulomotorius Dalam batas normal
N. Trochealis Dalam batas normal
N. Trigeminus Dalam batas normal
N. Abdusen Dalam batas normal
N. Facialis Dalam batas normal
N. Vestibulo-kochlearis Dalam batas normal
N. Glossofaringeus Dalam batas normal
N. Vagus Dalam batas normal
N. Acsesorius Dalam batas normal
N. Hipoglosus Dalam batas normal
Thoraks
 Jantung : dalam batas normal
 Pulmo : dalam batas normal

Abdomen
 Bising usus : dalam batas normal

 Hepar : dalam batas normal


 Pankreas : dalam batas normal
 Ginjal : dalam batas normal

Punggung : dalam batas normal


EKSTRIMITAS
Kanan Kiri Keterangan
Ekstremitas atas
Kekuatan 5555 5555
Gerakan BBBB BBBB
Dalam
Batas
Ekstremitas
Normal
bawah 5555 5555
Kekuatan BBBB BBBB
Gerakan
Tonus
Normal Normal
Normal Normal
Trophi

Eutrophi Eutrophi

Eutrophi Eutrophi

Reflek fisiologis Reflek patologis


normal normal negatif negatif
negatif negatif

normal normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 CT Scan
- Tampak lesi
hypodens di
temporal
- Ventrikel normal

- Midline shift

(-)
Arachnoid cyst
temporal sinistra

Tahun 2009
 CT Scan
- arachnoid temporo
frontal sinistra
- Ventrikel normal
- Midline shift (-)

Arachnoid cyst

Desember, 2016
Diagnosa
Diagnosa Klinis : Epilepsi
Diagnosa Topic : Temporal sinistra
Diagnosa Etiologi : Trauma/ kista arachnoid
Penatalaksanaan:
Kutoin 125 mg
Asam valproat 0,5 mg
Karbamazepin 30 mg
Vitamin B6
Konsul Bedah saraf
EPILEPSI

adalah suatu kelainan di otak


yang ditandai adanya bangkitan
epileptik yang berulang.

Berdasarkan etiologi dibagi menjadi 3:

idiopatik simptomatik kriptogenik


KLASIFIKASI ILAE (1981) UNTUK TIPE
BANGKITAN EPILEPSI

Bangkitan parsial/fokal
• Bangkitan parsial sederhana
• Bangkitan parsial kompleks
• Bangkitan parsial yang menjadi
umum sekunder
Bangkitan umum
• Bangkitan lena
• Bangkitan mioklonik
• Bangkitan tonik
• Bangkitan atonik
• Bangkitan klonik
• Bangkitan tonik-klonik
Bangkitan yang tidak digolongkan
PATOFISIOLOGI
Membran mudah dilalui
Keadaan patologi Na+, Ca2+, K+, dan Cl-
keruang intraseluler

Ca2+ mencetuskan
epilepsi letupan depolarisasi
membran

Jika terjadi muatan


Lepas muatan listrik
berlebihan pada banyak
berlebihan tidak teratur
neuron secara
dan tidak terkendali
bersamaan
DIAGNOSIS & PEMERIKSAAN
EPILEPSI
 Anamnesa
- Pola / bentuk serangan
- Lama serangan
- Gejala sebelum, selama dan paska serangan
- Frekueensi serangan
- Faktor pencetus
- Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita
sekarang
- Usia saat serangan terjadinya pertama
- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
- Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

 Pemeriksaan fisik umum dan neurologis


 Pemeriksaan Penunjang
- Elektro ensefalografi (EEG)

untuk memastikan diagnosis epilepsi, akan


ditemukan gambaran gelombang runcing, gelombang
paku, runcing lambat, paku lambat,
-Pemeriksaan Radiologis: CT Scan, MRI.
bertujuan untuk melihat struktur otak dan
melengkapi data EEG bila sudah dilakukan.

- Laboratorium: kadar glukosa, natrium,


magnesium, kalsium, bilirubin, dan ureum
dalam darah.
PENATALAKSANAAN
a. Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Diazepam per rektal :
 Dosis 5 mg bila berat badan anak < 10 kg

 Dosis 10 mg bila berat badan anak > 10 kg

 Jika kejang masih belum berhenti, dapat diulang


setelah selang waktu 5 menit dengan dosis dan
obat yang sama.
 Jika setelah dua kali pemberian diazepam per rektal
masih belum berhenti, maka penderita dianjurkan
untuk dibawa ke rumah sakit.
b. Pengobatan epilepsi
Prinsip terapi farmakologi epilepsi yakni:
 Obat Antiepilepsi (OAE) mulai diberikan bila diagnosis
epilepsi sudah dipastikan.
 Terapi dimulai dengan monoterapi.

 Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan


bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek
samping
 Penambahan OAE bila belum mencapai dosis efektif pada
OAE pertama
Prinsip mekanisme kerja obat anti epilepsi :
 Meningkatkan neurotransmiter inhibisi (GABA dan
glisin).
 Menurunkan neurotransmiter eksitasi: melalui
modifikasi konduksi ion: Na+, Ca2+, K+, dan Cl- atau
aktivitas neurotransmiter.
TERAPI BEDAH
Merupakan tindakan operasi yang dilakukan
dengan memotong bagian yang menjadi fokus
infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi sumber
serangan. Diindikasikan terutama untuk
penderita epilepsi yang kebal terhadap
pengobatan.
KESIMPULAN
 Epilepsi adalah gangguan pada otak yang menyebabkan terjadinya kejang
berulang.Kejang terjadi ketika aktivitas listrik dalam otak tiba-tiba
terganggu.Gangguan ini dapat menyebabkan perubahan gerakan tubuh,
kesadaran, emosi dan sensasi.

 Gejala epilepsy dapat dikontrol dengan menggunakan obat anti kejang.


Hampir delapan dari sepuluh orang dengan epilepsy gejala kejang yang
mereka alami dapat dikontrol dengan baik oleh obat anti kejang. Pada awal
pengobatan akan diberikan satu jenis obat untuk mengatasi kejang. Apabila
kejang tidak dapat dikontrol maka akan digunakan dua atau lebih kombinasi
dari obat anti kejang.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai