Anda di halaman 1dari 20

GLOMERULONEFRITIS KRONIK

Kelompok 7
Jamaludin Arya Dela
Nur Aini Afrohah
Indah Permata Sari
ANATOMI GINJAL
NEFRON

 Tiap ginjal terdiri dari ± 1


juta nefron
 Tiap nefron terdiri dari
glomerulus dan kapsula
bowman, tubulus
proksimal, anse henle dan
tubulus distal
GLOMEROLUS
 Suatu anyaman kapiler yang
sangat khusus dan diliputi
oleh simpai Bowman
 Jalinan glomerulus
merupakan kapiler-kapiler
khusus yang berfungsi sebagai
penyaring
 Membran basal glomerulus
membentuk suatu lapisan
yang berkesinambungan,
antara sel endotel dengan
mesangial pada satu sisi dan
sel epitel disisi lain
GLOMERULONEFRITIS KRONIK
 Glomerulonefritis Kronik adalah suatu kelainan yang terjadi pada
beberapa penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan
kemunduran fungsi ginjal selama bertahun-tahun. (Mansjoer, 2010)
 Menurut (Muttaqin A. d., 2011) peradangan yang lama dari sel-
sel glomerulus→ HEMATURIA + PROTEINURIA
 Menurut (Ngastiyah, 1997) inflamasi glomerulus, eksaserbasi
(kambuh) berulang dari glomerulonefritis akut(virus sterepkokus)
yang berlangsung dalam beberapa waktu →kerusakan ginjal
→gagal ginjal
Etiologi
 Lanjutan GNA, seringkali
tanpa riwayat infeksi  Timbulnya GNK didahului
(Streptococcus beta oleh akut (infeksi ekstra
renal, terutama di traktus
hemoliticus group A). respiratorius bagian atas
 Keracunan. dan kulit oleh kuman
 Diabetes Melitus streptokokkus beta
hemolitikus gol A)
 Trombosis vena renalis.
 Faktor lain yang dapat
 Hipertensi Kronis menyebabkan adalah factor
 Penyakit kolagen iklim, keadaan gizi,
 Penyebab lain yang tidak keadaan umum dan faktor
diketahui yang ditemukan pada alergi. (Padila, 2012)
stadium lanjut. (Mansjoer,
2010)
Kasifikasi
 GNK primer : penyakit akibat kerusakan ginjal sendiri
 GNK sekunder : penyakit akibat dari luar(infeksi, DM,
Hipertensi)
Tanda Dan Gejala
 Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai
terjadi gagal ginjal.
 Hematuri
 Proteinuria
 Edema, penurunan kadar albumin
 Hipertensi, Kadang-kadang ada serangan
ensefalopatihipertensi
Lanjutan
 Peningkatan suhu badan
 Sakit kepala, lemah, gelisah
 Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
 Ureum dan kreatinin meningkat
 Oliguri dan anuria
 Suhu subfebril
 Kolestrol darah naik
 Fungsi ginjal menurun
 Ureum meningkat + kreatinin serum.
 Anemia.
 Gagal jantung kematian.
 Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
PATOFISIOLOGI GNA
G3 perfusi
ginjal
PREVALENSI
 a. Urinalisis

 albumin+
 b. Pemeriksaan darah lengkap
 Leukosit ↑
 LED ↑
 Ureum, kreatitin& fosfor↑
 Kalsium ↓
 Kalium ↑
 Uji fungsi ginjal/GFR/LFG ↓(normal 90-120mL/min)
 c. Biopsi ginjal untuk menunjukkan obstruksi kapiler
glomerular dan memastikan diagnosis
Komplikasi
 Oliguri: GFR↓
 Ensefalopati hipertensi
 Gangguan sirkulasi berupa dipsneu,
ortopneu, terdapat ronki basah, pembesaran
jantung
 Anemia
 Gagal Ginjal Akut (GGA)
Terapi
a. Terapi konservatif
 Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah
memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan
keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,
memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006).
1. Peranan diet: Rendah protein
 b. Terapi simtomatik
Mencegah bertambah pararhnnya/komplikasinya
Asuhan Keperawatan GNK
PENGKAJIAN
 Anamnesis
a. Identitas: pada umur 3-7 pada laki laki
b. Riwayat penyakit
- sebelumnya : pernah infeksi strepkokus & lupus erimatotus
(penyakit autoimun lain)
-sekarang : keluhan kencing, hematuria, bengkak sekitar
mata, sakit pinggang
c. Keluhan :nyeri pinggang, hematuria, wajah/kaki odem,pusing
badan cepat lelah
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
- Pasien lemas
- TTV:TD↑, nadi ↑, suhu ↑, RR ↑
- B1 ( Breathing)
Tidak ada gangguan pola anafas walaupun RR ↑
- B2 ( Blood):TD ↑
-B3 ( Brain ) : Didapatkan edema wajah terutama periorbital , konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik dan mukosa mulut tidak mengalami peradangan
-B4 (Bladder)
Inspeksi. Terdapat edema pada ekstremitas dan wajah. Perubahan warna urine ouputseperti
warna urine berwarna kola dari proteinuri, silinderi dan hematuri. Palpasi . Didapatkan
adanya nyeri tekan ringan pada area kostovetebra. Perkusi. Perkusi pada sudut
kostovertebra memebrikan stimulus nyeri ringan local disertai suatu penjalaran nyeri ke
pinggang dan perut.
- B5 (Bowel): mual munah sering penurunan intake nutrisi
- B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari edema tungkai atau edema
wajah terutama pada periorbital , anemia dan penurunan perfusi perifer dan hipertensi
Diagnosa Keperawatan
Glomerulonefritis Kronik Anak
 Nyeri berhubungan dengan respons inflamasi ,kontraksi otot
sekunder, adanya inflamasi glomerulus
 Gangguan perfusi jaringan b/d retensi air dan hipernatremia
 Resiko kelebihan volume cairan b/d penurunan volume urine,
retensi cairan dan natrium
 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membrane mukosa mulut
 Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
 Kerusakan integritas kulit b.d pruritas, gangguan status metabolik
sekunder
 Cemas berhubungan dengan proses penyakit
Noc
 Nyeri Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24
jam di harapkan pasien mamputeratasi
 Definisi : pengalaman masalahnya dengan kriteria

sensori dan emosional  Manajemen nyeri


tidak menyenangkan yang  nyeri terkontrol (5)
muncul akibat kerusakan  tinkat nyeri dipantau secara regular (5)
jaringan aktual atau  mengambil tindakan untuk mengurangi nyeri (5)
potensial atau yang  mengambil tindakan untuk memberikan
kenyamanan (5)
digambarkan sebagai  memberikan informasi tentang pembatasan aktifitas
(5)
kerusakan.  pendekatan-pendekatan preventif digunakan untuk
 Batasan karakteristik: menejemen nyeri (5)
 masalah keamanan ditangani dan penggunaan obat
 Perubahan selera makan nyeri (5)
 Kontrol nyeri
 Sikap tubuh melindun  mengenali kapan nyeri terjadi (5)
 Dilatasi pupil  menggambarkan factor penyebab (5)
 menggunakan jurnal harian untuk memonitor gejala
dari waktu ke waktu (5)
 menggunakan analgesik yang direkomendasikan (5)
.
Nic
 Manajemen nyeri
 lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri
dan factor pencetus
 gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
 gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
 gali bersama pasien factor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
 bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
 kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
 ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
 dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurun nyeri yang
adekuat

Anda mungkin juga menyukai