DEFINISI
• Infeksi purulen pada parenkim otak yang diikuti
kerusakan jaringan dan edema di sekitarnya serta
terdapat lesi desak ruang
• Pada umumnya soliter tetapi ada kalanya terdapat
abses multilokular
EPIDEMIOLOGI
• Rate kematian penyakit abses serebri sekitar 10-
60% atau rata-rata 40%.
• L:P = 3:1
• Sering pada anak (4-8 tahun), usia produktif (20-
50 tahun).
ETIOLOGI
• Organisme aerobik:
Gram positif : Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus
Gram negatif : E. coli, Hemophilus influenza,
Proteus, Pseudomonas
• Organisme anaerobik: B. fragilis, Bacteroides sp,
Fusobacterium sp, Prevotella sp, Actinomyces sp,
dan Clostridium sp.
• Fungi : Kandida, Aspergilus, Nokardia
• Parasit : E. histolytica, Schistosomiasis, Amoeba
PATOFISIOLOGI
• Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)
-Reaksi radang lokal dengan infiltrasi polymofonuklear
leukosit, limfosit dan plasma sel dengan pergeseran
aliran darah tepi
-Dimulai pada hari pertama dan meningkat pada hari
ke 3
-Sel-sel radang terdapat pada tunika adventisia dari
pembuluh darah dan mengelilingi daerah nekrosis
infeksi
-Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis
-Saat ini terjadi edema di sekita otak dan peningkatan
efek massa karena pembesaran abses.
• Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis)
-Daerah pusat nekrosis membesar oleh karena
peningkatan acellular debris dan pembentukan
nanah karena pelepasan enzim-enzim dari sel
radang
-Di tepi pusat nekrosis didapati daerah sel
radang, makrofag-makrofag besar dan
gambaran fibroblas yang terpencar
-Fibroblas mulai menjadi retikulum yang akan
membentuk kapsul kolagen
-Pada fase ini edema otak menyebar maksimal
sehingga lesi menjadi sangat besar
• Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule
Formation)
-Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag menelan
acellular debris dan fibroblast meningkat dalam
pembentukan kapsul
-Lapisan fibroblast membentuk anyaman reticulum
mengelilingi pusat nekrosis
-Di daerah ventrikel, pembentukan dinding sangat
lambat oleh karena kurangnya vaskularisasi di daerah
substansi alba dibandingkan substansi grisea
-Pembentukan kapsul yang terlambat di permukaan
tengah memungkinkan abses membesar ke dalam
substansi alba
-Bila abses cukup besar, dapat robek ke dalam ventrikel
lateralis
-Pada pembentukan kapsul, terlihat daerah anyaman
reticulum yang tersebar membentuk kapsul kolagen,
reaksi astrosit di sekitar otak mulai meningkat.
Stadium pembentukan kapsul lanjut (Late
Capsule Formation)
• Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular
debris dan sel-sel radang.
• Daerah tepi pusat nekrosis terdiri dari sel
radang, makrofag, dan fibroblast.
• Kapsul kolagen yang tebal.
• Lapisan neurovaskular sehubungan dengan
serebritis yang berlanjut.
• Reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar
kapsul.
MANIFESTASI KLINIS
• Sakit kepala
• Gejala-gejala infeksi : demam, malaise, anoreksi
• Gejala-gejala peninggian tekanan intrakranial :
muntah dan kejang
• Dengan semakin besarnya abses serebri gejala
menjadi khas berupa trias abses serebri yang
terdiri dari gejala infeksi, peninggian tekanan
intrakranial dan gejala neurologik fokal
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Darah Lengkap : peninggian leukosit
dan laju endap darah.
• EEG untuk mengetahui lokalisasi abses dalam
hemisfer. EEG memperlihatkan perlambatan fokal
yaitu gelombang lambat delta dengan frekuensi 13
siklus/detik pada lokasi abses
• CT-scan
• MRI
• Gambaran CT-scan pada abses:
• Early cerebritis (hari 1-3): fokal, daerah
inflamasi dan edema.
• Late cerebritis (hari 4-9): daerah inflamasi
meluas dan terdapat nekrosis dari zona central
inflamasi.
• Early capsule stage (hari 10-14): gliosis post
infeksi, fibrosis, hipervaskularisasi pada batas
pinggir daerah yang terinfeksi. Pada stadium
ini dapat terlihat gambaran ring enhancement.
• Late capsule stage (hari >14): terdapat daerah
sentral yang hipodens (sentral abses) yang
dikelilingi dengan kontras - ring enhancement
(kapsul abses)
A: Gambaran CT-scan cranium
menunjukkan abses parietal
kiri dengan karakteristik pusat
hipodens, cincin isodens, dan
dikelilingi zona hipodens yang
konsisten dengan edema.
B: Gambaran T1-weighted MRI
setelah pemberian gadolinium
yang menunjukkan pusat
nekrotik yang hipointens
dengan pus, dengan
peninggian berbentuk cincin
dari dinding abses, dan zona
hipointens dari edema yang
mengelilingi abses
Gambaran diffused-weighted
MRI yang menujukkan signal
hiperintens di dalam abses (C),
yang terlihat hipointens pada
pencitraan apparent-difussion-
coefficient (D)
TATALAKSANA
• Penatalaksanaan terhadap efek massa (abses dan
edema) yang dapat mengancam jiwa
• Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur
material abses
• Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)
• Pengobatan terhadap infeksi primer
• Pencegahan kejang
• Neurorehabilitasi