Anda di halaman 1dari 73

Pendahuluan Kendali Proses

Mufid Ridlo Effendi


Pendahuluan
• Perkembangan manusia dari jaman primitive sampai jaman sekarang yang
begitu kompleks, dalam dunia teknologi telah mempelajari dan
mengembangkan metode atau cara untuk mengendalikan (mengontrol)
lingkungan
• Kendali atau control/kontrol merupakan metode untuk memaksa
parameter/variable pada lingkungan supaya memiliki nilai tertentu
• Contoh sederhananya adalah membuat temperature ruangan dijaga pada
21oC, yang lebih kompleks misalnya pada proses manufaktur atau
mengendalikan pesawat luar angkasa supaya sampai ke bulan
• Secara umum, semua elemen yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pengendalian disebut sebagai sistem kontrol

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 2


Sistem Kontrol
• Strategi dasar yang digunakan sistem kontrol adalah logis dan alami
• Sebenarnya, strategi yang sama digunakan pada makhluk hidup untuk
mempertahankan temperatur, laju alir fluida, dan sejumlah fungsi
biologis lainnya yang disebut kontrol proses alami
• Perkembangan awal kontrol buatan (kebalikan kontrol alami)
melibatkan manusia sebagai bagian dari aksi kontrol
• Perkembangan mesin, elektronik, dan komputer telah menggantikan
fungsi manusia sehingga muncul istilah kontrol otomatis (automatic
control)

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 3


Prinsip Kontrol Proses

• Tujuan dasar kontrol proses adalah mengatur atau menjaga nilai yang
diinginkan supaya tidak berubah walaupun terdapat gangguan
• Nilai yang diinginkan tersebut disebut nilai referensi (reference
value) atau setpoint

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 4


Contoh Kontrol Proses

• Air mengalir ke tanki dengan debit 𝑄𝑖𝑛 dan


keluar tanki dengan debit 𝑄𝑜𝑢𝑡
• Tinggi air dalam tanki adalah ℎ
• Debit keluar 𝑄𝑜𝑢𝑡 = 𝐾 ℎ
• Semakin tinggi ℎ, 𝑄𝑜𝑢𝑡 semakin besar
• Jika 𝑄𝑜𝑢𝑡 > 𝑄𝑖𝑛 , ℎ semakin rendah
• Jika 𝑄𝑜𝑢𝑡 < 𝑄𝑖𝑛 , ℎ semakin tinggi

• Proses tersebut memiliki sifat self-


regulation
• Sistem self-regulation tidak memiliki
regulasi penentuan nilai referensi tertentu

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 5


Contoh Kontrol Proses (cont.)

Sistem tanki yang diregulasi oleh manusia


• Tinggi air dalam tanki harus berada pada
ketinggia 𝐻
• Supaya manusia tahu ketinggian air,
ditambahkan sighttube,𝑆, sebagai sensor
• Ketinggian air disebut controlled variable
• Supaya debit keluar terkontrol
ditambahkan katup yang dapat diubah
oleh manusia
• Debit keluar air disebut manipulated
variable atau controlling variable

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 6


Contoh Kontrol Proses (cont.)
• Dengan menambahkan manusia pada system tanki, ketinggian air,𝐻,
dapat diatur dengan cara :
• Manusia membandingkan tinggi air (ℎ) dengan nilai referensi 𝐻
• Jika ℎ > 𝐻, manusia akan membuka sedikit katup sehingga debit keluar
menjadi lebih besar
• Jika ℎ < 𝐻, manusia akan menutup sedikit katup sehingga debit keluar
menjadi lebih kecil

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 7


Contoh Kontrol Proses (cont.)
• Supaya proses pengaturan ketinggian air dapat
berjalan secara otomatis, fungsi manusia
digantikan mesin, elektronik, atau komputer
• Sensor ditambahkan untuk mengukur ketingian air
dan mengubahnya menjadi sinyal 𝑠
• Sinyal merupakan input ke mesin, sirkuit elektronik
atau komputer sebagai controller
• Controller melakukan fungsi manusia dalam
melakukan perhitungan dan menghasilkan sinyal
output 𝑢
• Sinyal output 𝑢 digunakan sebagai intput actuator
untuk menggerakan katup
• Sistem yang menggunakan kontrol otomatis untuk
mengatur nilai variable tertentu supaya sama
dengan nilai referensi disebut kontrol proses
(Process control)
Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 8
Mekanisme Servo (Servomechanisms)
• Sistem control lainnya yang sering digunakan, dengan tujuan sedikit
berbeda dari proses kontrol adalah mekanisme servo
(servomechanism)
• Tujuan mekanisme servo adalah memaksa parameter untuk berada
pada nilai-nilai tertentu yang bervariasi
• Biasanya disebut juga sebagai tracking control system
• Strategi mekanisme servo mirip seperti kontrol proses, tetapi
perbedaan antara regulasi dinamis dan tracking membuat perbedaan
dalam sisi perancangan dan operasi dari sistem kontrol

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 9


Mekanisme Servo (Servomechanisms)

Contoh mekanisme servo adalah kontrol


lengan robot dari titik A ke titik B atau
sebaliknya

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 10


Sistem Kontrol Keadaan Diskrit
• Jenis sistem kontrol diskrit berhubungan dengan pengendalian urutan
kejadian (sequence of events) dari pada mengatur variasi satu
variable
• Contohnya, manufaktur cat mungkin meliputi regulasi beberapa
variable, misalnya: temperature pencampuran, laju aliran liquid ke
tanki pencampuran, kecepatan pencampuran, dan seterusnya
• Setiap proses mungkin diatur oleh kontrol proses, tetapi terdapat
urutan kejadian yang dilakukan selama proses pembuatan cat
• Urutan tersebut dijelaskan dalam konteks kejadian tersebut dimulai
dan berhentinya proses pada jadwal tertentu
Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 11
Sistem Kontrol Keadaan Diskrit (Cont.)
• Contoh manufaktur cat tadi, pencampuran perlu dipanaskan dengan
temperatur tertentu dan dengan lama tertentu kemudian setelah
proses pencampuran cat dialirkan ke tanki lainnya untuk dilakukan
proses berikutnya
• Kejadian dimuali dan berhenti suatu kejadian/proses merupakan
sistem diskrit karena kejadian bisa true atau false (mulai atau
berhenti, terbuka atau tertutup, on atau off)
• Jenis sistem kontrol diskrit dapat dibuat secara otomatis dan sangat
cocok menggunakan controller berbasis komputer
• Implementasi sistem kontrol diskrit biasanya menggunakan perangkat
yang disebut programmable logic controllers (PLC)
Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 12
Block Diagram Proses Kontrol
• Supaya mudah dalam menjelaskan kontrol proses, penting
mendeskripsikan elemen dan operasi yang terjadi dalam istilah yang
lebih umum
• Suatu model dapat dibangun menggunakan block diagram yang
merepresentasi setiap elemen yang berbeda
• Sehingga karakteristik kontrol operasi dapat dikembangkan dari
pembangunan block diagram tersebut

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 13


Elemen Dasar Sistem Kontrol Proses
Proses (process)
• Laju cairan masuk dan keluar tanki, tanki itu sendiri, dan cairannya
semuanya merupakan proses yang harus dikendalikan berdasarkan tinggi
cairan
• Secara umum, proses dapat terdiri dari kumpulan fenomena kompleks yang
berhubungan dengan beberapa urutan manfaktur
• Mungkin banyak variabel yang terlibat dalam suatu proses, dan mungkin
diinginkan untuk mengendalikan semua variabel tersebut pada saat
bersamaan
• Terdapat proses dengan variabel tunggal, di mana hanya satu variabel yang
harus dikendalikan, dan juga proses multivariabel, di mana banyak variabel,
mungkin saling terkait, mungkin memerlukan pengaturan
• Proses biasa disebut plant
Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 14
Elemen Dasar Sistem Kontrol Proses (cont.)
Pengukuran (Measurement)
• Dalam mengatur variabel suatu proses, harus mengetahui informasi
tentang variabel tersebut
• Informasi variabel tersebut didapat melalui pengukuran
• Secara umum, pengukuran (measurement) merupakan konversi
variabel ke dalam bentuk analog seperti tekanan pneumatic,
tegangan atau arus listrik, atau sinyal digital
• Sensor merupakan alat yang melakukan pengukuran awal dan
konversi energi dari suatu variabel menjadi informasi analog digital,
listrik, atau pneumatik

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 15


Elemen Dasar Sistem Kontrol Proses (cont.)
Pengukuran (Measurement) (count.)
• Transformasi lebih lanjut atau pengkondisian sinyal mungkin
diperlukan untuk melengkapi fungsi pengukuran
• Hasil pengukuran adalah representasi dari nilai variabel dalam
beberapa bentuk yang dibutuhkan oleh elemen lain dalam operasi
kontrol proses
• Dalam contoh aliran cairan pada tanki, controlled variabel adalah
tinggi cairan dalam tanki
• Pengukuran dilakukan oleh sensor yang menghasilkan sinyal 𝑠 sebagai
input controller

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 16


Elemen Dasar Sistem Kontrol Proses (cont.)
Pengukuran (Measurement) (count.)
• Sensor disebut juga transducer
• Transducer merupakan perangkat yang mengubah sinyal dari satu
bentuk ke bentuk lainnya
• Contohnya perangkat yang mengkonversikan tegangan menjadi arus
disebut transducer
• Dengan kata lain, semua sensor merupakan transducer tetapi tidak
semua transducer merupakan sensor

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 17


Elemen Dasar Sistem Kontrol Proses (cont.)
Pendeteksi Error (Error Detector)
• Pada contoh aliran cairan pada tanki, terdapat perbedaan ketinggian
antara ℎ dengan 𝐻
• Perbedaan ketinggian tersebut disebut error
• Error memiliki magnitude dan polaritas
• Dalam sistem kontrol otomatis, aksi oleh controller dilakukan jika
terjadi error

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 18


Elemen Dasar Sistem Kontrol Proses (cont.)
Controller
• Langkah selanjutnya dalam kontrol proses adalah memeriksa error dan
melakukan tindakan yang harus dilakukan
• Terdapat beberapa nama controller yaitu compensator atau filter, tetapi
yang sering digunakan adalah controller
• Pemrosesan dalam controller dapat dilakukan dalam bentuk pemrosesan
sinyal elektrik, pemrosesan sinyal pneumatic, atau oleh komputer
• Dalam sistem kontrol modern, pemrosesan dalam controller dilakukan oleh
microprocessor atau komputer
• Controller memerlukan dua input: hasil pengukuran dan nilai referensi
Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 19
Elemen Dasar Sistem Kontrol Proses (cont.)
Control Element
• Elemen terakhir dalam kontrol proses adalah suatu perangkat yang
memberikan perubahan pada proses sehingga controlled variable
selalu berada pada nilai referensi
• Elemen terakhir ini menerima input dari controller kemudian
ditransformasi menjadi operasi yang sesuai dengan proses yang
sedang dilakukan
• Dalam contoh aliran cairan dalam tanki, control element-nya adalah
katup yang mengatur aliran cairan keluar dari tanki

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 20


Elemen Dasar Sistem Kontrol Proses (cont.)
Control Element (count.)
• Kadang-kadang diperlukan operasi tambahan antara output dari
controller ke control element karena energi sinyal dari controller kecil
untuk menggerakan control element
• Operasi tersebut disebut actuator
• Actuator merubah energi yang kecil menjadi energi yang lebih besar

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 21


Block Diagram
Block diagram dari elemen dasar proses kontrol
• 𝑐 merupakan controlled variable
• b merupakan hasil pengukuran
• 𝑟 merupakan nilai referensi controlled variable
• 𝑝 merupakan output controller sebagai input
control elemen hasil dari pengolahan 𝑒
• Control elemen mengubah-ubah variabel 𝑢
sebagai input proses

• Block diagram dari elemen dasar proses


membentuk loop
• Biasa disebut feedback loop karena proses
ditentukan dari error proses

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 22


Evaluasi Sistem Kontrol
• Suatu sistem kontrol proses digunakan untuk mengatur nilai variabel
proses
• Pertanyaannya adalah sebagus apa sistem tersebut bekerja ?

• Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja sistem kontrol


adalah error
𝑒 𝑡 = 𝑟 − 𝑐(𝑡)
• Karena controlled variable fungsi dari waktu, maka error juga fungsi
dari waktu (dalam mekanisme servo, 𝑟 juga fungsi dari waktu)

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 23


Evaluasi Sistem Kontrol (cont.)
• Secara prinsip, tujuan sistem kontrol adalah membuat error sama
dengan nol
• Membuat error menjadi nol sukar dilakukan karena akan selalu ada
error yang muncul
• Jika error tidak dapat dihilagkan, pertanyaannya adalah sebesar apa
error yang terjadi dan bagaimana variasinya terhadap waktu ?

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 24


Evaluasi Sistem Kontrol (cont.)
• Karena error pada sistem kontrol sukar dibuat nol, maka pengukuran
kinerja sistem kontrol ditinjau dari tiga aspek :
• Sistem harus stabil
• Sistem harus menyediakan regulasi steady-state yang terbaik
• Sistem harus menyediakan regulasi transien yang terbaik

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 25


Kestabilan
• Tujuan sistem kontrol adalah mengatur nilai suatu variabel
• Pengaturan nilai variabel tersebut dilakukan hasil dari pengukuran
• Jika pengaturan tersebut tidak dilakukan dengan benar, sistem kontrol
menjadi tidak stabil
• Aplikasinya, semakin ketat dalam mengontrol variabel semakin tinggi
kemungkinan sistem tidak stabil
• Biasanya, sistem kontrol yang dibuat untuk menghasilkan kontrol
terbaik, kemungkinan terjadinya ketidaksabilan bertambah

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 26


Kestabilan (cont.)

Sistem kontrol yang awalnya stabil dapat menjadi tidak stabil


Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 27
Regulasi Steady State
• Error pada sistem kontrol tidak dapat dibuat nol
• Terdapat penyimpangan error, ±∆𝑐, yang dijinkan untuk terjadi di
antara setpoint/nilai referensi
• Regulasi steady state tujuannya supaya sistem kontrol tidak membuat
error di luar nilai referensi dan penyimpangannya
• Contoh, suatu sistem kontrol mengatur supaya temperatur berada
pada 150𝑜 𝐶 dengan simpangan error ±2𝑜 𝐶
• Artinya nilai referensi berada pada 150𝑜 𝐶 dan simpangan berada
pada rentang 148𝑜 𝐶 sampai 152𝑜 𝐶

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 28


Regulasi Transient
• Misalkan setpoint temperatur yang dikontrol sebesar 150𝑜 𝐶
• Secara tiba-tiba diubah menjadi 160𝑜 𝐶
• Regulasi transient menentukan bagaimana sistem kontrol bereaksi
terhadap perubahan nilai setpoint
• Disebut juga transient reponse

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 29


Evaluasi Kriteria
• Terdapa beberapa kriteria untuk mengukur respon
• Secara umum, istilah tuning digunakan untuk menunjukkan
bagaimana loop kontrol proses disesuaikan untuk memberikan
kontrol terbaik

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 30


Damped Response
• Ukuran kualitas perubahan nilai setpoint
adalah durasi, 𝑡𝐷
• Durasi biasanya didefinisikan sebagai
waktu yang dibutuhkan variabel yang
dikontrol (controlled variable) untuk
beralih dari 10% perubahan menjadi 90%
dari perubahan setelah perubahan setpoint
• Error terjadi dalam satu polarisasi, hanya
ke atas

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 31


Damped Response (cont.)
• Ukuran kualitas transient adalah error
maksimum, 𝑒𝑚𝑎𝑥 dari input yang terjadi
dan 𝑡𝐷
• Durasi transient sebagai waktu sejak
dimulainya gangguan sampai controlled
variable berada 4% dari setpoint

• Tuning tergantung perancang, apakah 𝑡𝐷


lama atau sebentar

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 32


Cyclic Response

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 33


Cyclic Response (cont.)
• Parameter yang penting dalam cyclic response adalah 𝑒𝑚𝑎𝑥 dan 𝑡𝐷
• 𝑡𝐷 pada cyclic response adalah lama waktu penyesuaian (settling
time)
• 𝑡𝐷 dihitung dari mulai error yang diijinkan terlampaui sampai ke
keadaan semula
• Terdapat dua cara yang sering digunakan dalam penyesuaian (tuning)
kasus cylic response
• Minimun area
• Quarter amplitude

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 34


Cyclic Response (cont.)
Minimun area
• Tuning dilakukan sampai luas area dalam curva error-time minimum
untuk tingkat gangguan yang sama
• Secara matematik dituliskan

𝐴 = න 𝑒(𝑡) 𝑑𝑡 = 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 35


Cyclic Response (cont.)
Minimun area

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 36


Cyclic Response (cont.)
Quarter Amplitude
• Amplutudo berikutnya seperempat dari amplitudo sebelumnya

𝑎1 𝑎2
𝑎2 = , 𝑎3 = , 𝑑𝑠𝑡
4 4

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 37


Cyclic Response (cont.)
Quarter Amplitude

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 38


Representasi Data Analog
• Pengukuran dilakukan dalam rentang nilai tertentu, tidak satu nilai
• Terdapat dua standar pengukuran yang sering digunakan :
• Sistem elektrik, rentang arus
• Sistem pneumatic rentang tekanan gas
• Sinyal arus yang sering digunakan adalah 4 sampai 20 mA
• Sinyal pneumatic berada pada rentang tekanan gas 3 sampai 15 psi
atau 20 sampai 100 kPa (SI)
• Gas yang digunakan adalah udara kering

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 39


Representasi Data Analog (cont.)

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 40


Representasi Data Analog (cont.)
Contoh 1.1
Rentang temperatur 20 sampai 120oC dikonversikan secara linier ke
rentang arus standar 4 sampai 20 mA.
• Berapa besar arus untuk temperatur 66oC ?
• Berapa temperatur untuk arus 6,5 mA ?

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 41


Definisi-Definisi
Accuracy (Keakuratan)
• Keakuratan digunakan untuk menentukan kesalahan maksimum dari
perangkat
• Keakuratan biasanya dinyatakan sebagai ketidakakuratan dan bisa
muncul dalam beberapa bentuk :
1. Pengukuran variabel;
Misalkan hasil pengukuran variabel temperatur keakuratannya
± 2𝑜 𝐶 sehingga ketidakpastian setiap pengukurannya adalah
± 2𝑜 𝐶

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 42


Accuracy (Keakuratan)
2. Persentase pembacaan intrument skala penuh (full-scale (FS))
Misalkan akurasi ±0,5% FS pada alat ukur dengan skala penuh 5 𝑉,
maka ketidak akuratannya adalah ±0,025 𝑉
3. Persentase jangkauan instrument
Merupakan persentase rentang kemampuan pengukuran instrumen
Misalkan suatu alat ukur yang mengukur ±3% bentang untuk
rentang tekanan 20 sampai 50 psi, akurasinya adalah ±0,03 (50 −

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 43


Accuracy (Keakuratan) (cont.)
4. Persentase pembacaan sebenarnya
Misalnya pembacaan voltmeter dengan keakuratan ±2%, maka
ketidak akuratannya adalah ±0,04 𝑉 untuk pembacaan 2 𝑉

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 44


Accuracy (Keakuratan) (cont.)
Contoh 1.2
Sensor temperatur memiliki jangkauan 20𝑜 − 250𝑜 𝐶. Hasil
pengukuran suatu temperatur adalah 55𝑜 𝐶
Tentukan error jika akurasi
a. ±0,5% FS
b. ±0,75% dari jangkauan
c. ±0,8% dari pembacaan

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 45


System Accuracy (Keakuratan Sistem)
• Dalam suatu kontrol proses, setiap elemen mempunyai keakuratan
masing-masing
• Secara umum perhitungan keakuratan sistem menggunakan fungsi
transfer untuk setiap elemen
• Misalkan suatu sistem kontrol dengan dua fungsi transfer
menghasilkan output berupa tegangan

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 46


Keakuratan Sistem (cont.)
Secara matematik

𝑉 ± ∆𝑉 = 𝐾 ± ∆𝐾 𝐺 ± ∆𝐺 𝐶 (1)

Dimana
𝑉 = tegangan output
±∆𝑉 = ketidakpastian/keakuratan tegangan output
𝐾, 𝐺 = nilai fungsi transfer
∆𝐾, ∆𝐺 = ketidakpastian fungsi transfer
𝐶 = variabel dinamik

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 47


Keakuratan Sistem (cont.)
Ketidakpastian dari persamaan (1)

∆𝑉 = ±𝐾𝐶∆𝐺 ± 𝐺𝐶∆𝐾 ± ∆𝐾∆𝐺𝐶 (2)

Persamaan (2) dituliskan dalam bentuk pecahan

∆𝑉 ∆𝐾 ∆𝐺 ∆𝑉 ∆𝐾
= ± ± (3)
𝑉 𝐾 𝐺 𝑉 𝐾

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 48


Keakuratan Sistem (cont.)
∆𝑉 ∆𝐾
≪ 1, dapat diabaikan sehingga persamaan (3)
𝑉 𝐾

∆𝑉 ∆𝐾 ∆𝐺
=± ± (4)
𝑉 𝐾 𝐺
Persamaan (4) merupakan ketidakpastian sistem
Lebih presisi, persamaan (4) dibuat dalam bentuk root-mean-square
(rms)
2 2
∆𝑉 ∆𝐾 ∆𝐺
=± +
𝑉 𝑟𝑚𝑠 𝐾 𝐺

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 49


Keakuratan Sistem (cont.)
Contoh 1.3
Tentukan keakuratan sistem dari suatu proses jika fungsi transfer
tranduces 10 𝑚𝑉ൗ 𝑚3 Τ𝑠 ± 1,5% dan fungsi transfer pengkondisian
sinyal 2 𝑚𝐴Τ𝑚𝑉 ± 0,5%

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 50


Sensitivitas
• Sensitivitas merupakan ukuran perubahan output terhadap input dari
instrument
• Diinginkan sensitivitas yang tinggi dari suatu instrument karena
perubahan yang kecil pada input menghasilkan output yang besar
sehingga pengukuran menjadi lebih mudah
• Sensitivitas diindikasikan dalam fungsi transfernya
• Misalkan output tranduser temperature adalah 5 𝑚𝑉 per derajat
Celcius, maka sensitivitasnya adalah 5 𝑚𝑉 Τ 𝑜𝐶

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 51


Hysteresis and Reproducibility
• Biasanya output suatu instrument tidak menghasilkan nilai yang sama
untuk pengukuran yang berulang disebut reproducibility
• Variasi pengukuran bersifat acak dan tidak bisa diprediksi
• Terdapat hasil pengukuran dari nilai terkecil ke terbesar menghasilkan
hasil yang berbeda dari pengukuran dari nilai terbesar ke terkecil,
disebut hysteresis
• Hysteresis biasanya dituliskan sebagai persentase skala maksimum
(FS) deviasi maksimum antara dua kurva
• Hysteresis predictable jika nilai pengukuran selalu dilakukan dari satu
arah dan tidak menyebabkan error pengukuran

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 52


Hysteresis and Reproducibility (cont.)

Kurva hysteresis

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 53


Resolusi
• Resolusi merupakan nilai terkecil yang dapat diukur oleh alat ukur
• Resolusi merupakan karakteristik alat ukur dan hanya dapat diubah
dengan merancang ulang
• Misalkan suatu potensiometer yang memiliki slider yang bergerak
melewati lilitan untuk mengubah resistansi
• Jika satu lilitan merepresentasikan perubahan sebesar ∆𝑅 ohm, maka
potensiometer tidak dapat menghasilkan resistansi kurang dari ∆𝑅
• Potensiometer tersebut memiliki resolusi ∆𝑅
• Resolusi dituliskan sebagai persentase rentang skala penuh

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 54


Linieritas
• Hubungan antara input dan output dari instrumentasi diinginkan linier
• Jika hubungan antara input dan output linier, memenuhi persamaan

𝑐𝑚 = 𝑚𝑐 + 𝑐0 (5)
Dimana
𝑐 = variabel yang diukur
𝑚 = kemiringan kurva
𝑐0 = perpotongan kurva
𝑐𝑚 = hasil pengukuran

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 55


Linieritas (cont.)
• Tidak terdapat persamaan yang sederhana seperti persamaan (5),
biasanya hubungan antara input dan output non-linier
• Dalam beberapa kasus pendekatan dari kurva non-linier menjadi
linier dilakukan

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 56


Linieritas (cont.)

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 57


Linieritas (cont.)
Contoh 1.4
Sebuah resistansi sensor berubah secara linear dari 100 sampai 180
ohm karena perubahan temperatur dari 20𝑜 sampai 120𝑜 𝐶. Tentukan
persamaan linier yang berkaitan dengan resistansi dan temperatur.

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 58


Waktu Respon Sensor
• Semua sensor mengalami keterlambatan antara input dan output

• Perubahan output terhadap waktu karena perubahan input terhadap


waktu disebut time response
• Terdapat dua jenis time response sensor yang paling umum :
• Respon Orde Pertama
• Respon Orde Kedua

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 59


Respon Orde Pertama
• Waktu respon paling sederhana adalah waktu respon orde pertama

Input sensor berubah terhadap waktu Output sensor berubah terhadap waktu

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 60


Respon Orde Pertama (cont.)
• Solusi umum waktu respon orde pertama

− 𝑡ൗ
𝑏 𝑡 = 𝑏𝑖 + 𝑏𝑓 − 𝑏𝑖 1− 𝑒 𝜏
dimana
𝑏𝑖 = output awal sensor dari fungsi transfer static saat input awal
𝑏𝑓 = output akhir sensor dari fungsi transfer static saat input akhir
𝜏 = konstanta waktu
• Untuk perubahan step, respon output kira-kira mencapai nilai akhir
setelah lima kali konstanta waktu 5𝜏

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 61


Respon Orde Pertama (cont.)
Contoh 1.5
Suatu sensor mengukur temperatur secara linier dengan fungsi transfer
static 33 𝑚𝑉 Τ 𝑜𝐶 memiliki konstanta waktu 1,5 𝑠.
• Tentukan output setelah 0,75 𝑠 saat temperatur berubah dari 20𝑜
menjadi 40𝑜 𝐶
• Tentukan error temperatur karena keterlambatan

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 62


Respon Orde Kedua
• Beberapa sensor, perubahan step pada input mengakibatkan output
berosilasi sebelum berhenti

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 63


Respon Orde Kedua (cont.)
• Sifat dari sensor yang berosilasi pada outputnya menggunakan
persamaan orde dua

𝑅 𝑡 = 𝑅0 𝑒 −𝑖𝑎𝑡 sin 2𝜋𝑓𝑛 𝑡 (6)


dimana
𝑅(𝑡) = sensor outpit
𝑎 = konstanta damping output
𝑓𝑛 = frekuensi natural dari osilasi
𝑅0 = amplitudo
Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 64
Respon Orde Kedua (cont.)
• Persamaan (6) merupakan dasar persamaan orde dua
• Damping konstanta 𝑎, frekuensi natural 𝑓𝑛 pada persamaan (6)
merupakan karakteristik dari sensor dan harus ditentukan
• Terdapat 3 kasus dalam persamaan orde dua
• Overdamped, 𝑎 > 1
• Criticall Damped, 𝑎 = 1
• Underdamped, 𝑎 < 1

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 65


Signifikan
• Kontrol proses berhubungan dengan nilai yang diambil dari
pengukuran, perlu ditentukan nilai signifikan hasil pengukuran
• Jangan menentukan nilai signifikan yang tidak didukung oleh alat ukur
walaupun hasil perhitungan menghasilkan nilai signifikan yang besar

Contoh 1.6
Sebuah tranduser memiliki fungsi transfer 22,4 𝑚𝑉ൗ 𝑜𝐶 untuk mengukur
temperatur. Hasil penukuran didapat tegangan sebesar 412 𝑚𝑉.
Berapa besar temperatur ?

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 66


Statistik
• Seringkali, keyakinan akan nilai suatu variabel dapat ditingkatkan
dengan analisis statistik pengukuran
• Jika beberapa kali pengukuran dilakukan pada suatu variabel,
dilakukan perhitungan nilai rata-rata dari variabel tersebut
• Dilakukan 𝑛 kali pengukuran, maka nilai rata-ratanya

𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑛
𝑥ҧ =
𝑛

σ 𝑥𝑖
𝑥ҧ =
𝑛
Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 67
Statistik (cont.)
• Biasanya hasil pengukuran yang berulang tidak cukup dengan
informasi nilai rata-rata
• Misalkan terdapat dua hasil pengukuran berulang 50, 40, 30, 70
dengan nilai rata-rata 47,5 dan 5, 150, 21, 14 dengan nilai rata-rata
47,5
• Apa yang membedakan hail pengukuran pertama dan kedua ?
Sementara nilai rata-ratanya sama
• Yang membedakan adalah penyebaran nilai pengukuran
• Standar deviasi mengukur penyebaran nilai pengukuran

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 68


Statistik (cont.)
Misalkan dilakukan pengukuran berulang sebanyak 𝑛 kali, deviasi setiap
pengukuran
𝑑1 = 𝑥1 − 𝑥ҧ
𝑑2 = 𝑥2 − 𝑥ҧ

𝑑𝑛 = 𝑥𝑛 − 𝑥ҧ
maka standar deviasi
𝑑12 + 𝑑22 + ⋯ 𝑑𝑛2 Semakin besar nilai
𝜎= standar deviasinya
𝑛−1
semakin besar
penyebaran nilainya
σ 𝑑𝑖2
𝜎=
𝑛−1
Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 69
Statistik (cont.)
Contoh 1.7
Temperatur diukur di delapan lokasi dalam ruangan dengan hasil
21.1𝑜 , 25.0𝑜 , 18.5𝑜 , 22.1𝑜 , 19.7𝑜 , 27.1𝑜 , 19.0𝑜 dan 20.0𝑜 𝐶
Tentukan nilai rata-rata dan standar deviasi hasil pengukuran ?

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 70


Interpretasi Standar Deviasi

• Kurva sensor A lebih sempit dari kurva


sensor B
• Pembacaan oleh sensor A lebih akurat
dibandingkan oleh sensor B
• Standar deviasi sensor A lebih kecil
disbanding sensor B
• Kurva di samping disebut kurva
probabilitas normal atau kurva bell

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 71


Interpretasi Standar Deviasi (cont.)
• Jika hasil pengukuran berulang menghasilkan bentuk kurva bell, maka :
• 68% nilai pengukuran berada pada ±𝜎 dari nilai rata-rata
• 95,5% nilai pengukuran berada pada ±2𝜎 dari nilai rata-rata
• 99,7% nilai pengukuran berada pada ±3𝜎 dari nilai rata-rata
• Misalnya suatu pengukuran berulang menghasilkan nilai rata-rata 44
dengan standar deviasi 14 dan pengukuran berulang lainnya dengan
nilai rata-rata 44 dengan standar deviasi 4, maka kurva pengukuran
kedua lebih sempit dibanding pengukuran kesatu
• 68% nilai pengukuran kedua berada pada 41 sampai 47 dan
pengukuran kesatu berada pada 30 sampai 58
Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 72
Interpretasi Standar Deviasi (cont.)
Contoh 1.8
Suatu sistem kontrol dipasang untuk mengatur isi makanan dalam
bungkusnya dalam suatu operasi pembungkusan makanan. Diambil 15
sampel sebelum dan sesudah sistem kontrol dipasang, evaluasi keberhasilan
sistem kontrol dengan cara membandingkan nilai rata-rata dan standar
deviasi isi makan jika berat makanan dalam satu bungkus 200 g
Hasil pengukuran
Sebelum
201, 205, 197, 185, 202, 207, 215, 220, 197, 201, 197, 221, 202, 200, 196
Sesudah
197, 202, 193, 210, 207, 195, 199, 202, 193, 195, 201, 201, 200, 189, 197

Sistem Instrumentasi - Teknik Elektro - UIN Bandung 73

Anda mungkin juga menyukai