, An
Prodi Keperawatan Lubuklinggau
DEFINISI HALUSINASI
Halusinasi identik dg skizofrenia
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi.
Suatu penghayatan yang dialami melalui panca
indra tanpa stimulus eksternal atau disebut dengan
persepsi palsu.
Bedakan dengan ilusi dimana klien mengalami
persepi yang salah terhadap stimulus.
DIMENSI HALUSINASI
Dimensi fisik: halusinasi dapat timbul karena beberapa kondisi
fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-
obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol, dan
kesulitan tidur dalam waktu lama.
Dimensi emosional: perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi. Klien tidak sanggup
menentang isi halusinasi yang berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
Dimensi intelektual: adanya penurunan fungsi ego. Awalnya,
halusinasi adalah usaha untuk melawan impuls yang menekan,
kemudian mengontrol semua perilaku klien.
DIMENSI HALUSINASI
Dimensi sosial: kecenderungan untuk menyendiri dan
asyik dengan halusinasinya, seolah-olah merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial,
kontrol diri, dan harga diri yang tidak didapat di dunia
nyata.
Pendengaran klien m’dengar suara atau bunyi yg tdk ada hub dgn
stimulus yg nyata/ lingkungan, dgn kata lain org disekitar
tdk m’dengar apa yg di dengar klien. Terkadang klien
disuruh untuk melakukan sesuatu
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran
geomatris, kartun, bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti monster.
Penghidu Mencium bau-bauan tertentu umunya tidak
menyenangkan seperti bau darah, urin atau feses . Sering
diakibatkan karena stroke, tumor, kejang atau demensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa, biasanya makanan yang tidak enak
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain
Cenestethic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urin
Kinestetic Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak
FASE-FASE HALUSINASI
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Tahap I (Comforting) 1. Ansietas, kesepian, rasa 1. Tersenyum, tertawa sendiri
Memberi rasa nyaman,
ansietas sedang,
Isi halusinasi suatu yg
2.
3.
bersalah dan ketakutan
Mencoba berfokus pd pikiran
yg dpt menghilangkan ansietas
Pikiran dan pengalaman
2. Menggerakkan bibir tanpa
suara
3. Pergerakan mata yg cepat
4. Respon verbal yg lambat
menyenagkan
sensori msh dldm kontrol jika sedang asyik
kesadaran 5. Diam dan berkonsentrasi
(Nonpsikotik)
Tahap II (Condeming) 1. Pengalman Sensori bersifat 1. Meningkatnya tanda-tanda
Menyalahkan, Cemas menjijikkan dan menakutkan. sistem saraf otonom
Berat, Isi halusinasi 2. Klien mulai lepas kendali dan karena cemas: Peningkatan
menghina dan mengutuk mencoba untuk mengambil denyut jantung, TD,
dirinya jarak dirinya dengan sumber pernapasan
yang dipersepsikan 2. Rentang perhatian sempit
3. Merasa Dilecehkan Oleh 3. Asyik dengan pengalaman
Pengalamn Sensori dan sensorinya, kehilangan
menarik diri kemampuan membedakan
4. Mulai Merasa Kehilangan halusinasi dan realita
Kontrol 4. Menyalahkan
5. Tingkat kecemasan berat. 5. Menarik diri dari orang
Timbul perasaan antipati lain
6. Konsentrasi terhadap
(Psikotik Ringan) pengalaman sensori kerja
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Tahap III (Controling) 1. Menyerah dan menerima 1. Kemauan yang dikendalikan halusinasi
Isi halusinasi mengontrol, halusinasinya akan lebih diikuti
menyuruh 2. Isi halusiansi menjadi 2. Perintah halusiansi ditaati
Cemas Berat, Halusinasi atraktif (menarik) 3. Sulit berhub dg orla
Tdk Dapat Ditolak
berakhir
3. Kesepian bila halusinasi 4. Rentang
menit/detik
perhatian hnya
a. Berlebihnya proses informasi pada sistem saraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan
frontal otak
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu
c. Gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku
Kesehatan: nutrisi kurang, kurang tidur, kelelahan, infeksi,
obat-obatan sistem syaraf
Lingkungan: lingkungan yang memusuhi, broken home, isolasi
sosial, tekanan kerja
Sikap/perilaku: merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal,
rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif
MEKANISME KOPING
Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari
Proyeksi: mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain atau sesuatu benda
Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal
Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien
Validasi Informasi ttg Halusinasi
1. Isi halusinasi:
• Halusinasi dengar: tanyakan suara siapa yang didengar dan apa
yang dikatakannya
• Halusinasi penglihatan: apa bentuk bayangan yang dilihat
• Halusinasi penghidu: bau apa yang tercium
• Halusinasi pengecapan: rasa apa yang dikecap
• Halusinasi perabaa: apa yang dirasakan di permukaan tubuh
2. Waktu dan frekuensi halusinasi: hal ini penting untuk mengidentifikasi
pencetus halusinasi dan saat klien perlu diperhatikan ketika halusinasi
muncul, menentukan frekuensi tindakan sesuai dengan frekuensi
halusinasi klien
3. Situasi pencetus halusinasi: dapat dikaji dengan menanyakan situasi
apa yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi, observasi apa
yang dialami klien menjelang muncul halusinasi.
4. Respon klien: untuk mengetahui sejauh mana halusinasi
mempengaruhi klien
TATA LAKSANA MEDIS
Psikofarmakologis yaitu obat anti psikosis:
Fenotiazain Asetofenazin, Klorpromazin, Flufenazin,
Haloperidol, Dihidroindolon Molindone, dll
Terapi kejang listrik
TAK
ASKEP KLIEN DENGAN HALUSINASI
1. PENGKAJIAN: pengkajian pada klien halusinasi difokuskan
pada faktor predisposisi, jenis halusinasi, isi, waktu dan
frekuensi, situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi,
respon halusinasi.
2. MERUMUSKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN: ditetapkan
berdasarkan DS dan DO yang ditemukan pada klien.
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul:
Risiko tinggi perilaku kekerasan
Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan komunikasi verbal
Perubahan proses pikir
Defisit perawatan diri
3. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien mengenal halusinasi yang dialaminya
Klien dapat mengontrol halusinasinya
Klien dapat mendukung keluarga untuk mengontrol halusinasinya
Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengatasi halusinasinya
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Membantu pasien mengenal halusinasinya
Melatih pasien mengontrol halusinasinya: menghardik, bercakap-
cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas terjadwal,
menggunakan obat secara teratur
tertentu
Menutup telinga
Menyedengkan telinga ke arah Mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap.
Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar, bentuk
tertentu geometris, bentuk kartoon, melihat
Ketakutan pada sesuatu yang hantu atau monster
tidak jelas.
Halusinasi Penghidu Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti bau
membaui bau-bauan tertentu. darah, urin, feses, kadang-kadang
Menutup hidung. bau itu menyenangkan.