Anda di halaman 1dari 19

Lecturer : Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep.

, An
Prodi Keperawatan Lubuklinggau
DEFINISI HALUSINASI

 Halusinasi identik dg skizofrenia
 Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi.
 Suatu penghayatan yang dialami melalui panca
indra tanpa stimulus eksternal atau disebut dengan
persepsi palsu.
 Bedakan dengan ilusi dimana klien mengalami
persepi yang salah terhadap stimulus.
DIMENSI HALUSINASI

 Dimensi fisik: halusinasi dapat timbul karena beberapa kondisi
fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-
obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol, dan
kesulitan tidur dalam waktu lama.
 Dimensi emosional: perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi. Klien tidak sanggup
menentang isi halusinasi yang berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
 Dimensi intelektual: adanya penurunan fungsi ego. Awalnya,
halusinasi adalah usaha untuk melawan impuls yang menekan,
kemudian mengontrol semua perilaku klien.
DIMENSI HALUSINASI

 Dimensi sosial: kecenderungan untuk menyendiri dan
asyik dengan halusinasinya, seolah-olah merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial,
kontrol diri, dan harga diri yang tidak didapat di dunia
nyata.

 Dimensi spiritual: manusia diciptakan Tuhan sebagai


makhluk sosial, namun halusinasi menjadi sistem kontrol
dan individu tidak sadar dengan keberadaanya. Saat
halusinasi menguasai dirinya, individu kehilangan
kontrol kehidupannya.
RESPON KLIEN dg HALUSINASI

 Curiga
 Ketakutan
 Perasaan tidak aman
 Gelisah dan bingung
 Perilaku merusak diri
 Kurang perhatian
 Tidak mampu mengambil keputusan
 Tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
nyata
Rentang Respons neurobiologis
Adaptif Mal Adaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran ilusi 1. Ggn pikir/delusi


2.Persepsi akurat 2. Reaksi emosi berlebihan 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten 3. Perilaku aneh/tidak biasa 3. Sulit merespon
4. Perilaku sesuai 4. Menarik diri emosi
5. Berhubungan 4. Perilaku
sosial disorganisasi
5. Isolasi sosial
JENIS HALUSINASI

1. Halusinasi Pendengaran (Auditory)
2. Halusinasi Penglihatan (Visual)
3. Halusinasi Penghidu (Olfactoric)
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatory)
5. Halusinasi Perabaan (Tactile)
6. Halusinasi Senestetik (Cenesthetic)
7. Halusinasi Kinestetick (Kinesthetic)

Mayoritas ± 70% paling banyak halusinasi


pendengaran, dan sekitar 20% halusinasi
penglihatan, dan jenis halusinasi lainnya ± 10%
Karakteristik Halusinasi
Jenis Halusinasi Karakteristik


Pendengaran klien m’dengar suara atau bunyi yg tdk ada hub dgn
stimulus yg nyata/ lingkungan, dgn kata lain org disekitar
tdk m’dengar apa yg di dengar klien. Terkadang klien
disuruh untuk melakukan sesuatu
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran
geomatris, kartun, bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti monster.
Penghidu Mencium bau-bauan tertentu umunya tidak
menyenangkan seperti bau darah, urin atau feses . Sering
diakibatkan karena stroke, tumor, kejang atau demensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa, biasanya makanan yang tidak enak
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain
Cenestethic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urin
Kinestetic Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak
FASE-FASE HALUSINASI
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Tahap I (Comforting) 1. Ansietas, kesepian, rasa 1. Tersenyum, tertawa sendiri
Memberi rasa nyaman,
ansietas sedang,
Isi halusinasi suatu yg
2.

3.

bersalah dan ketakutan
Mencoba berfokus pd pikiran
yg dpt menghilangkan ansietas
Pikiran dan pengalaman
2. Menggerakkan bibir tanpa
suara
3. Pergerakan mata yg cepat
4. Respon verbal yg lambat
menyenagkan
sensori msh dldm kontrol jika sedang asyik
kesadaran 5. Diam dan berkonsentrasi

(Nonpsikotik)
Tahap II (Condeming) 1. Pengalman Sensori bersifat 1. Meningkatnya tanda-tanda
Menyalahkan, Cemas menjijikkan dan menakutkan. sistem saraf otonom
Berat, Isi halusinasi 2. Klien mulai lepas kendali dan karena cemas: Peningkatan
menghina dan mengutuk mencoba untuk mengambil denyut jantung, TD,
dirinya jarak dirinya dengan sumber pernapasan
yang dipersepsikan 2. Rentang perhatian sempit
3. Merasa Dilecehkan Oleh 3. Asyik dengan pengalaman
Pengalamn Sensori dan sensorinya, kehilangan
menarik diri kemampuan membedakan
4. Mulai Merasa Kehilangan halusinasi dan realita
Kontrol 4. Menyalahkan
5. Tingkat kecemasan berat. 5. Menarik diri dari orang
Timbul perasaan antipati lain
6. Konsentrasi terhadap
(Psikotik Ringan) pengalaman sensori kerja
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Tahap III (Controling) 1. Menyerah dan menerima 1. Kemauan yang dikendalikan halusinasi
Isi halusinasi mengontrol, halusinasinya akan lebih diikuti
menyuruh 2. Isi halusiansi menjadi 2. Perintah halusiansi ditaati
Cemas Berat, Halusinasi atraktif (menarik) 3. Sulit berhub dg orla
Tdk Dapat Ditolak
berakhir 
3. Kesepian bila halusinasi 4. Rentang
menit/detik
perhatian hnya

5. Tdk mampu mengikuti perintah


bbrp

(Psikotik) perawat, Berkeringat dan tremor


6. Isi halusinasi menjadi atraktif
7. Adanya tanda-tanda fisik ansietas
berat: berkeringat, tremor tidak mampu
mematuhi perintah

Tahap IV (Conqeuring) 1. Pengalamanan sensori 1. Perilaku error akibat panik


Klien Sdh Dikuasai mungkin mengancam/ 2. Resti bunuh diri/membunuh orla
Halusinasi menakutkan, jika 3. Aktifitas fisik merefleksikan isi
Kecemasan tingkat panik individu tdk mengikuti halusinasi seperti perilaku kekerasan,
perintah agitasi, menarik diri, kataton
Halusinasi jd t’perinci, 2. Halusinasi berlangsung 4. Tdk mampu berespon pd petunjuk yg
khayalan jadi kenyataan, dlm bbrp jam/hari bl tdk kompleks,
melebur dalam diintervensi terapeutik 5. Tdk mampu berespon trhdp lebih dr 1
halusinasinya orang
(Psikotik Berat) 6. Agitasi atau kataton
Faktor Yang Mempengaruhi
1. Faktor predisposisi: faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah stres yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres, yaitu:

a. Faktor genetik: anak kembar identik memiliki kemungkinan
schizophrenia sebesar 50%; 15% peluang pad anak mengalami
schizoprenia bila salah satu orang tuanya mengalami
schizoprenia ; bila keduanya yang menderita maka peluang
menjadi 35%
b. Faktor perkembangan
c. Faktor neurobiologi: penurunan volume otak dan fungsi otak
abnormal.
d. Study neurotransmitter: ketidakseimbangan dopamin,
serotonin, dan glutamat
e. Faktor biokimia: stress>> memicu zat bersifat halusinogenik
neurokimia yaitu Buffifrnon dan Dimetytransferase (DMP)
f. Teori virus: paparan virus influenza pada trimester ke-3
g. Psikologis
h. Faktor sosiokultural
2. Faktor presipitasi/pencetus: stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang
memerlukan energi ekstra untuk koping, yaitu:


a. Berlebihnya proses informasi pada sistem saraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan
frontal otak
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu
c. Gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku
 Kesehatan: nutrisi kurang, kurang tidur, kelelahan, infeksi,
obat-obatan sistem syaraf
 Lingkungan: lingkungan yang memusuhi, broken home, isolasi
sosial, tekanan kerja
 Sikap/perilaku: merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal,
rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif
MEKANISME KOPING

 Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari
 Proyeksi: mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain atau sesuatu benda
 Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal
 Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien
Validasi Informasi ttg Halusinasi
1. Isi halusinasi:


• Halusinasi dengar: tanyakan suara siapa yang didengar dan apa
yang dikatakannya
• Halusinasi penglihatan: apa bentuk bayangan yang dilihat
• Halusinasi penghidu: bau apa yang tercium
• Halusinasi pengecapan: rasa apa yang dikecap
• Halusinasi perabaa: apa yang dirasakan di permukaan tubuh
2. Waktu dan frekuensi halusinasi: hal ini penting untuk mengidentifikasi
pencetus halusinasi dan saat klien perlu diperhatikan ketika halusinasi
muncul, menentukan frekuensi tindakan sesuai dengan frekuensi
halusinasi klien
3. Situasi pencetus halusinasi: dapat dikaji dengan menanyakan situasi
apa yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi, observasi apa
yang dialami klien menjelang muncul halusinasi.
4. Respon klien: untuk mengetahui sejauh mana halusinasi
mempengaruhi klien
TATA LAKSANA MEDIS

 Psikofarmakologis yaitu obat anti psikosis:
Fenotiazain Asetofenazin, Klorpromazin, Flufenazin,
Haloperidol, Dihidroindolon Molindone, dll
 Terapi kejang listrik
 TAK
ASKEP KLIEN DENGAN HALUSINASI
1. PENGKAJIAN: pengkajian pada klien halusinasi difokuskan
pada faktor predisposisi, jenis halusinasi, isi, waktu dan

frekuensi, situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi,
respon halusinasi.
2. MERUMUSKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN: ditetapkan
berdasarkan DS dan DO yang ditemukan pada klien.
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul:
 Risiko tinggi perilaku kekerasan
 Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran
 Isolasi sosial: menarik diri
 Gangguan komunikasi verbal
 Perubahan proses pikir
 Defisit perawatan diri
3. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN:
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Klien mengenal halusinasi yang dialaminya


 Klien dapat mengontrol halusinasinya
 Klien dapat mendukung keluarga untuk mengontrol halusinasinya
 Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengatasi halusinasinya

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
 Membantu pasien mengenal halusinasinya
 Melatih pasien mengontrol halusinasinya: menghardik, bercakap-
cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas terjadwal,
menggunakan obat secara teratur

5. EVALUASI: kemampuan pasien dan keluarga

6. DOKUMENTASI: dilakukan pada setiap tahapan proses keperawatan


Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau
Dengar/suara Marah-marah tanpa sebab kegaduhan.

tertentu
Menutup telinga

Menyedengkan telinga ke arah Mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap.
Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar, bentuk
tertentu geometris, bentuk kartoon, melihat
Ketakutan pada sesuatu yang hantu atau monster
tidak jelas.
Halusinasi Penghidu Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti bau
membaui bau-bauan tertentu. darah, urin, feses, kadang-kadang
Menutup hidung. bau itu menyenangkan.

Halusinasi Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urin


Muntah atau feses
Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan ada serangga di
kulit permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
CAYO NURSES

Anda mungkin juga menyukai