Anda di halaman 1dari 25

Senin, 5 Mei 2014

MK Pengantar Ekonomi
Reny Yesiana, ST, MT
(zuren_yess@yahoo.com)

Pertemuan X
 Produk Domestik Bruto (PDB) atau PDRB
merupakan salah satu indikator yang banyak
digunakan peneliti untuk menganalisis
keadaan makro ekonomi
struktur ekonomi
indeks implicit
wilayah

Kesenjangan
sektor ekonomi
wilayah

pertumbuhan pendapatan per


ekonomi kapita
Di Indonesia, data mengenai pendapatan regional
dikumpulkan dan dihitung serta disajikan oleh Biro
Pusat Statistik.
Untuk menghitung pendapatan regioanl suatu
wilayah diperlukan data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). PDRB terbagi menjadi 2 :
1.) atas dasar harga berlaku ( PDRB Nominal)
Biasanya digunakan untuk melihat pergeseran
dan struktur ekonomi
2.) atas dasar harga konstan (PDRB Riil)
Biasanya digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
 Untuk mengetahui struktur perekonomian
 Untuk mengetahui sektor ekonomi
 Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
 Untuk mengetahui ketimpangan wilayah
 Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai
komposisi peranan masing-masing sektor dalam
perekonomian baik menurut lapangan usaha
maupun pembagian sektoral ke dalam sektor
primer, sekunder dan tersier.
 Gambaran kondisi struktur ekonomi Indonesia
dapat dilihat melalui kontribusi setiap sektor
ekonomi terhadap pembentukan PDRB.
 Struktur ekonomi dikatakan berubah apabila
kontribusi/pangsa PDRB dari sektor ekonomi
yang mulanya dominan digantikan oleh sektor
ekonomi lain.
No. Sektor
1. Pertanian Pertanian / Agriculture
1.1. Tanaman Bahan Makanan/ Farm Food Crops
1.2. Perkebunan / Non Food Crops
1.3. Peternakan / Livestock
1.4. Kehutanan / Forestry
1.5. Perikanan / Fishery
2. Penggalian Penggalian / Quarring
3. Industri Pengolahan Industri Pengolahan / Manufacturing Industry
4. Listrikdan Air Minum Listrikdan Air Minum/ Electricity and Water Supply
5. Bangunan / Konstruksi Bangunan / Konstruksi / Construction
Perdagangan, Hotel dan Restorant / Trade, Hotel and
6. Perdagangan, Hotel dan Restorant Restaurant
7. Angkutan dan Komunikasi Angkutan dan Komunikasi / Transport and Comunication
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan / Financial,
8. Perusahaan Ownership and Busines Services
9. Jasa – jasa Jasa – jasa / Services
• Gabungan dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan
Sektor Primer
dan perikanan dan sektor pertambangan dan penggalian.

• Gabungan dari sektor industri pengolahan, sektor listrik,


Sektor gas dan air dan sektor konstruksi.
Sekunder

• Gabungan dari sektor perdagangan, hotel, restoran,


sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
SektorTersier real estate dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa
Sektor Klasisikasi 2000 2001 2003 2006 2009 2010
Pertanian
64.590,73 63.701,97 66.820,34 291.568,93 322.101,97 290.376,59
Primer
Penggalian
1.984,58 2.101,45 2.652,65 13.845,75 3.481,50 3.670,37

Total Primer 66.575,31 65.803,42 69.472,99 305.414,68 325.583,47 294.046,96


Industri
Pengolahan 133.721,20 143.985,34 149.685,14 332.039,12 364.195,80 394.096,70
Listrik dan Air
Sekunder
Minum 2.361,43 2.451,22 3.788,16 7.784,76 9.478,98 10.228,16
Bangunan /
Konstruksi 24.627,95 26.879,17 33.820,64 97.414,95 103.437,84 92.730,32

Total Sekunder 160.710,58 173.315,73 187.293,94 437.238,83 477.112,62 497.055,18


Perdagangan,
Hotel dan
Restoran 103.055,41 107.694,93 120.605,48 399.052,18 444.582,16 471.793,69
Angkutan dan
Komunikasi 15.613,11 16.795,60 19.165,75 30.928,63 37.774,19 39.673,45
Tersier
Keuangan,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan 13.451,20 14.092,78 15.712,19 28.063,01 31.014,69 32.758,26
Jasa – jasa
18.310,97 18.615,96 19.882,30 61.555,64 68.989,52 73.876,25

Total Tersier 150.430,69 157.199,27 175.365,72 519.599,46 582.360,56 618.101,65


Kontribusi sektor terhadap nilai PDRB Tahun 2010
Pertanian Penggalian
Industri Pengolahan Listrikdan Air Minum
Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restorant
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa – jasa

4% 2%
3% 17% 18%
21%
27% 7%

1%
3,500,000.00

3,000,000.00

2,500,000.00
Dalam Jutaan Rupiah

2,000,000.00

1,500,000.00

1,000,000.00

500,000.00
Tahun
0.00
2006 2007 2008 2009 2010

Pertanian Penggalian
Industri Pengolahan Listrikdan Air Minum
Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restorant
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa – jasa
 Analisis yang digunakan untuk
menggambarkan sektor basis dan non basis
disebut dengan Location Quotient (LQ).
 Sektor basis ekonomi adalah sektor yang
berperan sebagai kunci yang mendorong
pertumbuhan wilayah.
LQ= (ps/pl)/(Ps/PI)
 LQ= Location Quotient
 ps = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada
tingkat lokal.
 pl = Produksi/kesempatan kerja total, pada
tingkat lokal.
 Ps = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada
tingkat regional.
 Pl = Produksi/kesempatan kerja total, pada
tingkat regional.
 Jika LQ > 1  sektor basis.
Artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih
menonjol daripada peranan sektor itu secara nasional
dan seringkali sebagai petunjuk bahwa daerah
tersebut surplus akan produk sektor i dan
mengekspornya ke daerah lain.
 Jika LQ = 1, tingkat spesialisasi daerah sama dengan
tingkat wilayah acuan, daerah yang bersangkutan
telah mencukupi dalam kegiatan tertentu (seimbang)
 Jika LQ< 1  sektor non-basis
Artinya bahwa peranan sektor itu di daerah tersebut
lebih kecil daripada peranan sektor tersebut secara
nasional.
Perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat.

Mengukur tingkat pertumbuhan Ekonomi:


= ((Nilai produk regional bruto riil th n-tahun
dasar) / Nilai produk regional bruto riil th
dasar) x 100)
 Hitung Tingkat pertumbuhan ekonomi pada
tahun 1994, apabila pada tahun 1993 nilai dari
Produk nasional bruto riil adalah 120 trilyun
dan meningkat menjadi 126 trilyun rupiah
pada tahun 1994?
Jawab:
Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 1994
= ((126 trilyun-120 trilyun)/120 trilyun) x 100
=5%
 Pendapatan per kapita adalah besarnya
pendapatan rata-rata penduduk di suatu
wilayah. Pendapatan per kapita didapatkan dari
hasil pembagian pendapatan regional suatu
wilayah dengan jumlah penduduk wilayah
tersebut. Pendapatan per kapita juga
merefleksikan PDRB per kapita.
 Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai
tolok ukur kemakmuran dan tingkat
pembangunan sebuah wilayah; semakin besar
pendapatan per kapitanya, semakin makmur
wilayah tersebut.
 Pendapatan per kapita yang meningkat
merupakan salah satu tanda bahwa rata-rata
kesejahteraan penduduk telah meningkat.
 Pendapatan per kapita menunjukkan pula
apakah pembangunan yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah telah berhasil,
berapa besar keberhasilan tersebut, dan
akibat apa yang timbul oleh peningkatan
tersebut.
 Untuk menentukan tingkat dan pertambahan
kemakmuran penduduk perlu dihitung
pendapatan per kapita di berbagai tahun.
 Contoh:
pada tahun 1993 nilai dari Produk nasional bruto
riil adalah 120 trilyun dan meningkat menjadi
126 trilyun rupiah pada tahun 1994, sedangkan
jumlah penduduk pada tahun 1993 120 juta dan
meningkat menjadi 122 juta di tahun 1994.
Berapakah pendapatan perkapita pada tahun
1993 dan 1994?
 Tingkat pendapatan per kapita 1993
= 120 trilyun/120 juta= 1.000.000
 Tingkat pendapatan per kapita 1994
= 126 trilyun/ 122 juta = 1.032.787
 Pertambahan pendapatan per kapita pada
tahun 1994
= ((1.032.787- 1.000.000)/ 1.000.000) x 100
= 3,3%
 adalah suatu indeks yang menunjukkan tingkat perkembangan
harga di tingkat produsen (producer price index).
 Fungsi: digunakan untuk mengetahui adanya perubahan harga
barang dan jasa secara keseluruhan yang lebih dikenal dengan
tingkat inflasi.
 PDBHB = PDB atas dasar harga berlaku PDBHK = PDB atas dasar
harga konsumen Indeks implisit juga merupakan indikator turunan
dari PDB/PDRB, variabel diperoleh dari survei yang juga
tergantung dari pendekatan penghitungan yang digunakan.
 Intepretasi:
Contoh: Indeks implisit Indonesia pada triwulan II tahun 2004
mencapai 138,71 persen yang menunjukkan adanya kenaikan
harga sebesar 38,71 persen dibandingkan tahun 2000.
 adalah ketidakseimbangan dalam
perkembangan ekonomi antar wilayah
 masing-masing daerah mempunyai tingkat
aktivitas ekonomi yang berbeda
 Tidak semua daerah mempunyai daya tarik
yang mendorong investor menanamkan
modalnya dan terdapatnya daerah yang
relatif langka sumber alamnya  Sehingga
distribusi pendapatan antar daerah tidak
merata.
 pengukuran ketimpangan pendapatan antar wilayah ini
dilakukan denganWilliamson Indeks .

Keterangan:
WI = Nilai/ indeks ketimpangan wilayah
Yi = Pendapatan per kapita masing-masing wilayah pada tingkat lokal
Y = Total pendapatan per kapita wilayah regional
Fi = Jumlah penduduk masing-masing wilayah tingkat lokal
n = Total penduduk regional
Besarnya IW adalah 0 < IW < 1
IW = 0, berarti pembangunan wilayah sangat merata
IW = 1, berarti pembangunan wilayah sangat tidak merata (kesenjangan sempurna)
IW~0, berarti pembangunan wilayah semakin mendekati merata
IW~1, berarti pembangunan wilayah semakin mendekati tidak merata.

Anda mungkin juga menyukai