Anda di halaman 1dari 24

CEDERA KEPALA

Anggota Kel : Dwi Ayu Agusti


Octiya Nur F
Fadhillah Aisyah
CEDERA KEPALA
• Menurut Brain Injury Assosiation of America
(2001), cedera kepala adalah suatu kerusakan
pada kepala, bukan bersifat congenital
ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik.
KLASIFIKASI
• Trauma Tumpul : adalah trauma yang
terjadi akibat kecelakaan kendaraan
bermotor, kecelakaan saat olahraga,
kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun
cedera akibat kekerasaan (pukulan).
• Trauma Tembus : adalah trauma yang
terjadi karena tembakan maupun tusukan
benda-benda tajam/runcing.
Klasifikasi Glasgow Coma Scale

• Cedera Kepala Ringan/Minor (Kelompok Risiko


Rendah) yaitu, GCS 14-15 :pasien sadar dan
berorientasi, kehilangan kesadaran atau
amnesia < dari 30 menit, tidak ada intoksikasi
alkohol atau obat terlarang, klien dapat
mengeluh nyeri kepala dan pusing, tidak
terdapat fraktur tengkorak, kontusio,
hematom , tidak ada kriteria cedera sedang
sampai berat.
Klasifikasi Glasgow Coma Scale
• Cidera Sedang (Kelompok Risiko Sedang) yaitu
GCS 9-13 (konfusi, letargi dan stupor), pasien
tampak kebingungan, mengantuk, namun
masih bisa mengikuti perintah sederhana,
hilang kesadaran atau amnesia > 30 menit
tetapi < 24 jam, konkusi, amnesia paska
trauma, muntah, tanda kemungkinan fraktur
kranium (tanda battle, mata rabun,
hemotimpanum, otorhea atau rinorhea cairan
serebrospinal).
Klasifikasi Glasgow Coma Scale
• Cedera Kepala Berat (Kelompok Risiko Berat)
yaitu GCS 3-8 (koma), penurunan derajat
kesadaran secara progresif, kehilangan
kesadaran atau amnesia > 24 jam, tanda
neurologis fokal, cedera kepala penetrasi atau
teraba fraktur depresi cranium.

Etiologi
• Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan
lalu lintas, perkelahian, jatuh, cedera olah
raga, kecelakaan kerja, cedera kepala terbuka
sering disebabkan oleh pisau atau peluru
(Corwin, 2000).


Patofisiologi
• Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan
oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan
oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai
bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari
20 mg%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa
tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan
disfungsi serebral.
Manifestasi Klinik

• Manifestasi klinik dari cedera kepala tergantung


dari berat ringannya cedera kepala, yaitu:
• kesadaran adalah merupakan indikator yang
paling sensitive yang dapat dilihat dengan
penggunaan GCS ( Glascow Coma Scale).
• Peningkatan TIK yang mempunyai trias Klasik
seperti: nyeri kepala karena regangan dura dan
pembuluh darah; papil edema yang disebabkan
oleh tekanan dan pembengkakan diskus
optikus; muntah seringkali proyektil.
Komplikasi
• Perdarahan intra cranial
• Kejang
• Parese saraf cranial
• Meningitis atau abses otak
• Infeksi
• Edema cerebri
• Kebocoran cairan serobospinal
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Lab
• CT-Scan
• MRI
• X-ray
• CSF
• ABGs
• Kadar Elektrolit
Penatalaksanaan medis
pada trauma kepala
• Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan
anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat
ringannya trauma.
• Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat).
Untuk mengurangi vasodilatasi.
• Pemberian analgetika.
• Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis
yaitu manitol 20% atau glukosa 40% atau gliserol
10%.
• Antibiotika yang mengandung barrier darah otak
(penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidazole
Pengkajian Kegawatdaruratan :

1. Primary Survey
a. Airway dan cervical control (A)
• Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran
airway. Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi
jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing,
fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau
maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam hal
ini dapat dilakukan “chin lift”atau “jaw thrust”.
Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas,
harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan
ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
b. Breathing dan ventilation (B)
• Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi
yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada
saat bernafas mutlak untuk pertukaran
oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida
dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi:fungsi
yang baik dari paru, dinding dada dan
diafragma.
c. Circulation dan hemorrhage control (C)
Volume darah dan Curah jantung
• Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi
harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia.
• Kontrol Perdarahan
• Observasi yang dalam hitungan detik dapat
memberikan informasi mengenai keadaan
hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan
nadi.
d. Disability (D)
• Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure dan Environment control (E)
• Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe
untuk memeriksa jejas.
2. Secondary Survey
a. Fokus assessment
b. Head to toe assessment
KASUS CEDERA KEPALA
Pengkajian
• 1. Identitas klien
• Nama : Nn. N
• Umur : 14 tahun
• Alamat : Doplang RT 05/03 Purworejo
• Status perkawinan : Belum Kawin
• Agama : Islam
• Pendidikan : SD
• Pekerjaan : Belum bekerja
• Diagnosa medis : Cedera kepala berat
• Tanggal masuk RS : 30 Januari 2013 jam 18.00 wib
• Tanggal pengkajian : 31 Januari 2013 jam 07.00 WIB
• No RM : 264623/1071353
Primary survey
Airway :
C. Keluhan utama
• Penurunan kesadaran tingkat kesadarn koma
D. Riwayat kesehatan sekarang
• Pada tanggal 30 januari 2013 jam 17.00 terjadi kecelakaan
sepeda motor, korban dibawa oleh penolong ke IGD RS
Saras Husada. Klien datang dengan kondisi tidak sadarkan
diri, terdapat luka lecet dibawah lutut kanan, hematom ±
12 cm dahi kanan, deformitas tangan kiri, terdapat bula
dikaki kanan. Tekanan darah : 90/60, Nadi : 60x/i, RR : 22
x/i, S : 36,4 °C. Dari IGD klien dipindahkan ke ruang ICU jam
19.00 guna mendapatkan perawatan intensive.

E. Riwayat penyakit dahulu
• Keluarga mengatakan bahwa baru kali ini klien masuk rumah sakit dan
klien tidak pernah menderita penyakit seperti DM, Hipertensi dan TBC
yang mengharuskan klien dirawat di rumah sakit, dan hanya menderita
penyakit seperti pilek, demam dan setelah minum obat biasanya langsung
sembuh.
F. Riwayat penyakit keluarga
• Keluarga klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular atau penyakit generative seperti diabetes, Tb atau
sebagainya.
G. Pemeriksaan fisik
• Keadaan Umum : jelek BB/TB : 42 Kg / 150 cm
• Kesadaran : Coma
• Tanda –Tanda Vital :
• Tekanan darah : 123/69 mmHg Nadi : 132x/m
• Suhu : 37,20C Pernafasan : 28x/m
1. Kepala
• Kepala klien normocephalic, rambut klien panjang lurus, rambut kotor terdapat
darah yang mengering pada rambut, penyebaran rambut merata.
2. Muka
• Wajah tanpak simetris, warna kulit tidak pucat, terdapat hematom pada dahi
kanan ±12 cm
3. Mata
• Mata simetris, Konjungtiva anemis, Sklera anikterik, edema pada palpebrae, pupil
anisokor, reaksi pupl terhadap cahaya menurun.
4. Telinga
• Posisi daun telinga simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat serumen,tidak ada
pengeluaran darah maupun cairan.
5. Hidung dan sinus
• Lubang hidung simetris, septum hidung tepat di tengah, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung, tidak terdapat pengeluaran cairan atau darah dari hidung, oksigen
terpasang 3 lpm dengan nasal kanul, terpasang NGT
6. Mulut dan tenggorokan
• Bibir terletak tepat ditengah wajah, warna bibir merah muda, tidak kering, terdapat
luka pada bibir bagian bawah, tidak sianosis, tidak ada kelainan congenital,
terdapar sekret pada tenggorokan dan mulut, terpasang mayo, tidak terdapat lidah
jatuh, mulut klien berbau tidak sedap, suara nafas gargling
7. Leher
• Tidak terdapat jejas di leher, tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
8. Thorak
Ø Inspeksi thoraks
• Thoraks simetris, klien tidak menggunakan otot bantu nafas (retraksi
dada), pergerakan dinding dada sama, pernafasan 28 x/menit, warna kulit
merata.
Ø Palpasi
• Gerakan paru saat inspirasi dan ekspirasi sama, tidak terdapat massa, tidak
terdapat fraktur thorak.
Ø Perkusi thoraks
• Perkusi paru resonan.
Ø Auskultasi thoraks
• Tidak terdapat suara tambahan di paru-paru
9. Jantung
• Heart rate 132x/menit, perkusi jantung pekak
10. Payudara
• Payudara simetrs, letak puting susu tepat di tengah areola, tidak terdapat
benjolan di sekitar payudara.
• TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai