Anda di halaman 1dari 34

OLEH:

Dwi Puji Lestari, S.Ked (712017056)

PEMBIMBING:
dr. Susi Handayani, Sp.An, MARS
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG…….

Penyakit endokrin
merupakan masalah yang
paling sering dihadapi ahli
anestesi dalam melakukan
pekerjaannya
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS
DEFINISI
Apa penyebab DM ??
Berkurangnya kadar dan atau
kemampuan insulin (dihasilkan
oleh kelenjar pankreas) dalam
hal menormalkan kadar gula
darah.
Klasifikasi DM

prevalensi ± 10%, seringkali terdiagnosis


• DM tipe 1 pada usia anak-anak, dan seumur
hidupnya tergantung dengan insulin

• DM tipe 2 : prevalensi ± 90%, pada usia dewasa

• DM tipe lain : tumor, infeksi, obat-obatan, penyakit sistem imune

• DM gestasional : DM saat kehamilan


MANIFESTASI
KLINIS

Gejala umum : Poliuria, polidipsia, polifagi, BB menurun tanpa sebab yang


jelas

 Gejala Khas : lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata
kabur,disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).
PATOFISIOLOGI

meningkatnya asam lemak


DM TIPE 1 bebas dan benda keton
sehingga penggunaan
Defisiensi insulin glukosa berkurang

Gangguan metabolisme
protein terjadi karena
meningkatnya kecepatan
Gangguan metabolisme
proteolisis yang menyebabkan
lipid, protein, dan glukosa
asam amino dalam plasma
tinggi dan peningkatan proses
katabolisme protein

Gangguan metabolisme
HIPERGLIKEMI glukosa terjadi karena
peningkatan proses
glukoneogenesis sehingga
glukosa hepatik meningkat
PATOFISIOLOGI

DM TIPE 2
Resistensi insulin
dikarenakan obesitas dan
penuaan.

Disfungsi sel β pankreas

Terjadinya peningkatan
glukosa hepatik
Bagaimana diagnosis DM ditegakkan ?

1. Gejala klasik DM + GDA  200 mg/dL


atau
2. Gejala klasik DM
+
GDP  126 mg/dL dengan puasa 8 jam
atau
3. 2 jam PP TTGO  200 mg/dL
TTGO dengan beban 75 g glukosa

Keluhan klasik DM : rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan
berat badan menurun dengan cepat.
Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, gairah seks
menurun, luka sukar sembuh.
Manajemen Anestesi pada Pasien
Diabetes Melitus
• Preoperatif
Tujuan
– Pengurangan morbiditas dan mortalitas pasien secara
keseluruhan.
– Menghindari hiperglikemia berat atau hipoglikemia.
– Pemeliharaan keseimbangan elektrolit dan cairan
fisiologis.
– Pencegahan ketoasidosis.
– Penetapan tingkat target glikemik tertentu, kurang
dari 180 mg / dL pada pasien kritis dan kurang dari
140 mg / dL pada pasien stabil
Intraoperatif

Selama pembedahan, kadar glikemik dapat dimonitor secara


memadai dengan menggunakan sistem pengukuran glukosa
darah yang dirancang bedside. Selain itu, dokter harus
mengambil perkiraan lamanya waktu yang diperlukan untuk
melengkapi prosedur menjadi pertimbangan ketika menentukan
strategi kontrol glikemik intraoperatif.
Postoperatif

Society of Thoracic Surgeons serta konsensus AACE / ADA


merekomendasikan rentang glikemik pasca operasi antara 140
dan 180 mg / dL, dapat juga dalam rentang 180 – 220 mg/dl
akibat respon stres operasi. Jika kadar glukosa darah tetap
rendah setelah operasi, infus dekstrosa 5-10 g glukosa per jam
dapat mencegah hipoglikemia dan ketosis bersamaan.
HIPOTIROID
DEFINISI
DIAGNOSIS
ETIOLOGI

Pemeriksaan Riwayat
terhadap penyakit
tanda dan dan
gejala yang
keluarga
timbul

Pemeriksaan
fisik
pembesaran Pemeriksaan
kelenjar, kulit Darah,
kering, edema kadar TSH
piting, dan
menurunnya T4
reflek tendon,
bradikardi
Manajemen Anestesi Pada Pasien Hipotiroid

Preoperatif

Pasien hipotiroid biasanya membutuhkan sedasi pra


operasi minimal dan sangat rentan terhadap depresi
pernafasan akibat induksi obat. Pasien yang telah
diberikan euthyroid dapat menerima dosis obat
tiroid di pagi hari saat operasi
Anestesi Pada Pasien Hipotiroid

Intraoperatif
Sejumlah obat anestesi aman pada pasien hipotiroid. Anestesi
rumatan (maintenance) aman digunakan baik IV maupun
inhalasi. Anestesia regional merupakan pilihan tepat pada
pasien hipotiroid, didukung juga dengan volume intravaskular
yang adekuat. Pemantauan dilakukan untuk menilai secara
dini hipotensi, gagal jantung kongestif, atau hipotermia
Anestesi Pada Pasien Hipotiroid

Postoperatif
Pemulihan dari anestesi umum mungkin tertunda pada pasien
hipotiroid oleh hipotermia, depresi pernafasan, atau
biotransformasi obat yang melambat; sehingga pasien ini
mungkin memerlukan ventilasi mekanis.
HIPERTIROID
DEFINISI

Hipertioid merupakan
salah satu bentuk
tirotoksikosis yang
disebabkan peningkatan
sintesis dan sekresi
hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid
DIAGNOSTIK

Perlu dilakukan pemeriksaan kadar TSH serum, T3


bebas, T4 bebas, dan iodine radioaktif
Manajemen Anestesi pada Pasien Hipertiroid

Preoperatif
Pasien harus memiliki konsentrasi T3 dan T4 yang normal, dan
tidak ada takikardia saat isitirahat. Obat antitiroid dan
antagonis β-adrenergik dilanjutkan sampai pagi hari operasi.
Pemberian propylthiouracil dan methimazole sangat penting
karena mereka memiliki paruh yang relatif pendek. Jika
operasi darurat harus dilanjutkan meskipun hipertiroidisme
klinis, sirkulasi hiperdinamik dapat dikontrol dengan titrasi
infus esmolol
Anestesi pada Pasien Hipertiroid

Intraoperatif

Tujuan yaitu untuk mencapai anestesia dalam sehingga mencegah


respon simpatik berlebih selama pembedahan dan menghindari
obat-obatan yang memicu sistem nervus simpatik.

Paling baik menggunakan ketamin untuk induksi, bahkan ketika


pasien klinis eutiroid. Hipotensi sering terjadi selama pembedahan
dan dapat ditatalaksana dengan baik menggunakan vasopresor
kerja cepat dibandingkan obat-obatan yang memicu pelepasan
katekolamin.
Anestesi pada Pasien Hipertiroid

Postoperatif
Ancaman yang serius yaitu badai tiroid (thyroid strom), yang
ditandai oleh hiperpireksia, takikardia, kesadaran yang
berubah (misalnya, agitasi, delirium, koma), dan hipotensi.
Onset biasanya 6-24 jam setelah operasi. Badai tiroid tidak
berhubungan dengan kekakuan otot, peningkatan kreatin
kinase, atau peningkatan kadar metabolik (laktat) dan asidosis
pernafasan.
Anestesi pada Pasien Hipertiroid

Pengobatannya :
• hidrasi dan pendinginan
• infus esmolol atau pemblokir β intravena lainnya (dengan
target mempertahankan denyut jantung <100 / menit)
• propylthiouracil (250–500 mg setiap 6 jam oral atau melalui
pipa nasogastrik)
• natrium iodida (1 gr intravena lebih dari 12 jam)
• koreksi dari setiap penyebab pencetus (misal, infeksi).
• Kortisol (100-200 mg setiap 8 jam) dianjurkan untuk mencegah
komplikasi dari penekanan kelenjar adrenal bersama.
KESIMPULAN
Tujuan manajemen perioperatif dalam pengkontrolan kadar
glukosa adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas pasien
secara keseluruhan, menghindari hiperglikemia berat atau
hipoglikemia, pemeliharaan keseimbangan elektrolit dan
cairan fisiologis, pencegahan ketoasidosis, penetapan tingkat
target glikemik tertentu, kurang dari 180 mg / dL pada pasien
kritis dan kurang dari 140 mg / dL pada pasien stabil.
Risiko terbesar dari pasien dengan tirotoksikosis
adalah badai tiroid (thyroid storm), yang secara
agresif harus ditatalaksanan dengan beta bloker,
iodin, dan obat antitiroid.
Hipotiroid ringan atau asimptomatis tampaknya
secara signifikan tidak meningkatkan risiko buruk
anestesi dan bukan kontraindikasi pembedahan.
Hipotiroid sedang hingga berat harus dikoreksi
terlebih dahulu sebelum pembedahan untuk
mencegah terjadinya komplikasi sistemik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai