Anda di halaman 1dari 12

Analisa Dalam Perencanaan Arsitektur

• Tahap Analisa dalam perencanaan arsitektur merupakan tahap


memprogram serta memperhitungkan optimasi dari kebutuhan
ruang-ruang yang akan disusun pada bangunan dan pada tapak yang
direncanakan.
• Tahap analisa juga melakukan perhitungkan dan menilai kelayakan
dari berbagai alternatif strategi yang diajukan untuk memanfaatkan
atau mengatasi potensi-potensi yang timbul sesuai data & informasi
yang didapat.
• Tingkat ketepatan (presisi) dari analisis sangat tergantung kepada
prinsip & kriteria yang didapat ketika melakukan tinjauan serta
validitas data & informasi yang diperoleh.
• Analisa dalam perencanaan arsitektur antara lain:
1. Analisa program & optimasi Fungsi Ruang
2. Analisa program & optimasi Fungsi Tapak,
3. Analisa program & optimasi Fungsi Bangunan
Analisa Program & Optimasi Fungsi Ruang
1. Analisa & optimasi Program Ruang, luasan/Besaran & Huhungannya :
• Analisa kebutuhan ruang
• Analisa luasan & banyaknya ruang dari tiap fungsi
• Optimasi luasan fungsi sesuai standar rasio
• Optimasi luas lantai sesuai peraturan membangun (KLB)
• Analisa hubungan antar fungsi ruang
• Optimasi pola susunan fungsi ruang secara horisontal
• Optimasi pola dasar ruang berdasarkan potensi yang ada
• Penentuan entrance masuk/keluar utama dan service
• Optimasi pola susunan fungsi ruang secara vertikal
2. Analisa & optimasi elemen ruang sesuai potensi dan tema
3. Analisa & optimasi detail ruang sesuai potensi dan tema
1. Analisa kebutuhan ruang, luas/volume &
hubungan-hubungannnya
• Analisa kebutuhan ruang berdasar pada prinsip fungsi dan kegiatan
yang perlu /akan difasilitasi sebagaimana tinjauan.
• Analisa luas serta banyaknya ruangan dari tiap kelompok fungsi
berdasarkan kapasitas /standar ruang yang didapat dari tinjauan serta
pengguna, perlengkapan & kelengkapan sesuai data.
• Analisa kebutuhan Ruang :

Fungsi Pelaku Kegiatan Sifat Kegiatan Kebutuhan


Ruang
Nama ruang

Fungsi A a A semi publik Aa


b B privat Bb
Fungsi B c C publik Cc
d D publik Dd
dst dst. dst.
ANALISA LUASAN FUNGSI RUANG
Fungsi Ruang Kapasit Stndar Pengguna Equipment & Perabot Juml. Luas per Luas
as ruang Ruang Ruang Ruang
ruang

Nama Kap. Std jml Dim std jml Dim std


ruang
org/ m2/ org m2 m2/ bh m2 m2/ bh m2 m2
ruang org org. eq.

Aa 4 2 8 - - - - - 2 8 16
A Bb 2 - 1 - 2 2 - 1 1 4 4
sirkls - 1 9 - - - - - - - 9
Luas fungsi A 29
Cc 3 2 6 - - - - - 2 6 12
B
Dd 1 4 1 - - - - - 1 4 4
sirkls - 1 7 - - - - - - - 7
Dst. Luas fungsi B 23
Luas fungsi ruang 52
Sirkls bangunan (mis:20 %) 10,4
Luas total fungsi ruang 62,4
Optimasi Fungsi Ruang
• Optimasi fungsi ruang diperlukan untuk melihat apakah luasan yang didapat dari
analisa kebutuhan ruang sudah mencapai kondisi yang optimal sesuai Standar &
Peraturan yang berlaku sebagaimana tinjauan
• Untuk melihat optimasi fungsi ruang berdasar pada standar fungsi. Dari luasan
fungsi yang telah dilakukan perlu dilihat komposisinya (prosentase), misal :
- Fungsi A : 29/64 x 100% = 45 %
- Fungsi B : 23/64 x 100% = 35 %
- Sirkulasi 20 %
Apakah prosentase di atas sudah sesuai dengan standar ratio sebagaimana
tinjauan ?
bila belum, maka perlu diteliti ulang mengenai penempatan fungsi ruang pada
kelompok fungsi, atau penyebab lainnya.
bila sudah cocok, maka dapat dilanjutkan dengan langkah optimasi luasan lantai.
• Optimasi luasan lantai berdasar pada KLB (koefisien luas lantai bangunan). Dari
data luas lahan dapat ditemukan luas lantai maksimal yang diperkenankan, misal :
luas lahan 1000 m2, KLB: 1,5.
Luas lantai bangunan yang diizinkan 1,5 x 1000 m2 = 1500 m2.
• Luas total fungsi ruang hasil analisa dicocokkan dengan luas lantai yang
diperkenankan. Bila belum (bisa lebih kecil, atau lebih besar) maka dapat
dilakukan penambahan, pengurangan atau penyatuan ruang.
• Bila sudah cocok atau mendekati maka dapat dilakukan proses selanjutnya.
Analisa Hubungan Fungsi Ruang
• Analisa hubungan fungsi ruang diperlukan untuk menentukan kaitan dan
kedekatan antar fungsi ruang yang telah dihasilkan pada langkah sebelumnya.
• Hasil dari analisa ini diharapkan dapat menentukan pola-pola susunan &
penempatan ruang nantinya
• Analisa hubungan ruang (cara matriks ):

Fungsi Fungsi A Fungsi B


Ruang Aa Bb Cc Dd
x = Tak ada Kaitan
Fungs Aa Tidak perlu diisi
iA √
Bb √ = Berkaitan erat
Fungs Cc ∕ x
iB √ ∕ ∕
Dd ∕ = Berkaitan tidak erat

Tidak ada kaitan bisa dimaknai: pola susunan ruangnya tidak perlu dekat/berhubungan
Berkaitan erat bisa dimaknai : pola susunan ruangnya dekat dan saling berhubungan
Berkaitan tidak erat bisa dimaknai : pola susunan ruangnya dekat namun tidak perlu
ada hubungan langsung
• Dari analisa hubungan ruang dapat disimpulkan pola hubungan antar ruang
secara horisontal sebagai berikut :
Bd Aa

Dd Cc

• Penentuan titik penerima utama & service (main & side entrace) dari fungsi
ruang.
hal ini didasari oleh tinjauan sifat ruang dan alur kegiatan dari pengguna
ketika datang dan pulang.
• Untuk yang bersifat publik, maka main entrace bisa menuju ruang penerima.
Untuk yang bersifat service bisa menuju penerima service. Contoh :

Entrance Bd Aa
masuk/keluar Entrance
utama masuk/keluar
Dd Cc service

Analisa optimasi pola dasar ruang sesuai potensi dan tema.


• Bila pada ruangan tertentu digunakan untuk kegiatan yang spesifik , dimana
dituntut pula pola ruang yang spesifik, maka perlu dilakukan analisa pola
ruang yang paling optimal
Dimisalkan: ada tiga alternatif pola ruang kelas yang cara pembelajarannya
menggunakan cara diskusi, yaitu pola : segi empat; lingkar; dan segi enam.
Perlu ditentukan mana yang paling optimal dari ketiga pola tersebut
apabila kriterianya adalah : efektifitas ruang; intensitas diskusi;
pengendalian ruang.
• lakukan terlebih dahulu pembobotan kriteria. Misalnya dari ketiganya
mempunyai prioritas yang sama, maka bobot max. masing masing adalah
100%/3 = 33,3 % = 33,3.
• Perlu pembobotan kualitatif, misalnya: Sangat baik (100% = 1) ; Cukup baik
(50 % = 0,5) ; Kurang baik (10% = 0,1)
Kriteria Bobot Segi bobot lingkar bobot Segi bobot
max empat enam
Efektifitas 33,3 Sangat 1 x 33,3 = Kurang 0,1 x 33,3 = Cukup 0,5 x 33,3 =
ruang baik 33,3 baik 3,33 baik 16,5
Intensitas 33,3 Kurang 0,1 x 33,3 = Cukup 0,5 x 33,3 = Sangat 1 x 33,3 =
diskusi baik 3,33 baik 16,5 baik 33,3
Kendali 33,3 Kurang 0,1 x 33,3 = Sangat 1 x 33,3 = Sangat 1 x 33,3 =
ruang baik 3,33 baik 33,3 baik 33,3
Jumlah 99,9 39,93 53,13 83,1
• Dari analisa di atas terlihat menggunakan pola segi enam untuk ruang
kelas sebagaimana potensi penggunaan yang ada akan lebih
menguntungkan, dengan nilai bobot 83,1
• Selanjutnya dapat dilakukan analisa ukuran (dimensi) dari ruang
tersebut dengan melihat data jumlah pemakai, perabot serta
equipment yang digunakan pada ruang tersebut

Analisa optimasi pola susunan ruang secara vertikal


• Dasar penataan ruang adalah KDB (koefisien dasar bangunan). Contoh:
bila KDB 50%, luas lahan 1000 m2, maka luas dasar bangunan yang
diizinkan 50% x 1000 m2 = 500 m2
• Bila luasan lantai bangunan pada analisa sebelumnya lebih besar (>)
dari luas dasar bangunan yang diizinkan maka bangunan akan lebih
dari 1 lantai.
• Jumlah lantai akan dibatasi oleh peraturan.
Bila peraturan tinggi bangunan 4 lantai, sementara analisa banyaknya
lantai lebih dari 4, maka perlu adanya trik untuk mensiasatinya :
- bisa dibuat basement (dalam tanah) atau
- memindahkan fungsi dalam bangunan menjadi fungsi luar bangunan
(ruang luar/ruang pada tapak)
• Bila ada ruangan yang akan ditempatkan pada lantai basement maka perlu dilihat
prinsip (aturan& ketentuan) dalam membuat basement.
• Untuk menganalisa susunan ruang secara vertikal perlu dilihat prinsip sifat ruang:
- fungsi yang bersifat publik dan berhubungan dengan banyak orang : bisa
diletakkan pada lantai-lantai bawah/dasar
- fungsi yang bersifat privat dan tidak perlu berhubungan dengan banyak orang:
bisa diletakkan di lantai lebih tinggi, atau di lantai bawah namun tidak perlu
langsung berhubungan dgn. Publik.
- fungsi yang memerlukan volume besar (bentang lebar) : bisa diletakkan pada
massa tersendiri atau diletakkan pada lantai paling atas.
• Dengan berpegang pada luas dasar bangunan yang diperkenankan dapat
ditentukan optimasi susunan ruang secara vertikal sesuai fungsinya:
Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi dst Luas
A B Service Sirkulasi (m2)
basement (Bila perlu)
Lt.1
Lt. 2
Dst….
Luas Total …..m2
• Bila luas total ruang secara horisontal dan vertikal sudah cocok (klop) maka analisa
dan optimasi kebutuhan ruang dan susunannya sudah selesai. Namun bila belum
cocok maka perlu diteliti ulang kemungkinan ada kesalahan ketika membagi banyaknya
ruang atau sebab lainnya.

• Optimasi elemen dan detail ruang sesuai Tema.


Untuk menentukan optimasi penataan elemen & detail ruang sesuai tema diperlukan
kriteria yang didapat pada tinjauan dan alternatif strategi sesuai potensi yang didapat
dari data/ informasi.
Dimisalkan:
Untuk elemen dinding ada 2 kriteria sesuai dengan tinjauan tema; (1)
menyerap suara & (2) tekstur alami. Dari potensi bahan yang mudah didapat adalah :
1. Kayu ; 2. Bata; 3.Rotan
• Bila sudah ada range bobot dari kriteria yang diperoleh, analisa bisa segera dilakukan.
• Bila belum, maka perlu dilakukan pembobotan dari kriteria-kriteria yang ada. Misalnya
: menyerap suara sangat penting maka bisa diberi bobot besar (mis : 70% = 0,7= 7),
sementara bila kriteria tekstur alami hanya pendukung maka bisa diberi bobot lebih
kecil (mis:30% = 0,3 = 3)
• Sementara untuk pembobotan yang bersifat kualitas dapat dalam dibagi 3 range bobot
kualitatif, misal: sangat baik (100% = 1); cukup baik (50% = 0,5); kurang baik (10% =
0,1)
• Setelah melakukan pembobotan, maka dapat dianalisa optimasi bobot
dari 3 alternatif bahan yang ada sebagai berikut :
(hanya contoh)
Kriteria Bobot 1.Kayu bobot 2.Bata bobot 3. Rotan bobot
max
0,78 x 7 = 0,89 x 7 = 0,70 x 7 =
1. Menyerap 7 α=0.78 α=0.89 α=0.70
5,46 6,23 4,9
suara
1x3= 0,5 x 3 = 0,5 x 3 =
2. Tekstur 3 Sangat Cukup Cukup
1,5 1,5 1,5
alami baik baik baik
Jumlah 10 6,96 7,73 6,4

• Dari ke-tiga alternatif bahan yang ada, maka bata lebih menguntungkan
untuk digunakan dengan nilai 7,73 (lebih mendekati 10)
• Cara seperti di atas dapat digunakan untuk menganalisa optimasi alternatif-
alternatif elemen & detail ruang lainnya sesuai masalah, tema dan
potensinya.
• Apabila hanya ada satu cara (1 alternatif) untuk menyelesaikannya, tidak
perlu dilakukan analisa optimasi. Bisa langsung dijadikan arahan / saran
desain.

Anda mungkin juga menyukai