Anda di halaman 1dari 26

PAJAK

Sejak awal 1984 Pemerintah telah memberlakukan


peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Yang sangat berbeda dengan undang-undang
perpajakan di jaman kolonial.

Perbedaan terlihat dalam sistem & mekanisme.


Salah satunya, masyarakat diberi kepercayaan
menghitung dan membayar sendiri pajak yang terhutang
(self assessment).

Definisi Pajak :
 Iuran masyarakat kepada Negara
 Iuran wajib yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma hukum
Berdasarkan Kelompok, pajak ada :
 Pajak Langsung – Pajak Tak Langsung
 Pajak Daerah – Pajak Pusat
 Pajak Langsung adalah Pajak yang harus dipikul sendiri
oleh wajib pajak yang bersangkutan.
 Pajak Tak Langsung adalah Pajak yang pada akhirnya
dilimpahkan pada pihak lain, Misal : PPN.
 Pajak Daerah adalah Pajak yang wewenang
pemungutannya berada pada Pemerintah daerah baik
tingkat provinsi atau kabupaten.
 Pajak Pusat adalah Pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat.
Berdasarkan sistem self assessment, wajib
pajak mempunyai kewajiban :
 Mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak di
wilayah dimana wajib pajak berkedudukan /
bertempat tinggal.
 Menghitung sendiri pajak yang terhutamg dan
membayar dengan menyetor sendiri melalui
pemotongan / pungutan oleh pihak lain.
 Menyampaikan SPT tahunan.
Dalam rangka membantu memudahkan pengisian
SPT tahunan ada buku petunkuk pengisian yang setiap
tahun diterbitkan.

 Apabila SPT tahunan tidak disampaikan dalam jangka


waktu yang ditetapkan maka dikenakan sanksi
administrasi sebesar Rp 100.000,-
 Apabila kekurangan pembayaran pajak yang terhutang
berdasarkan SPT tahunan harus dibayar lunas. Paling
lambat tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak
berakhir.
 Apabila terlambat dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% perbulan yang dihitung dari saat
jatuh tempo.
Istilah dalam perpajakan

 WP ( Wajib Pajak )
 NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak )
 SPT ( Surat Pemberitahuan )
 SKP ( Surat Ketetapan Pajak )
 PKP ( Pengusaha Kena Pajak )
( Penghasilan Kena Pajak )
 PTKP ( Penghasilan TIdak Kena Pajak )
 PPN ( Pajak Pertambahan Nilai )
 PPH ( Pajak Penghasilan )
 PBB ( Pajak Bumi dan Bangunan )
 SSP ( Surat Setoran Pajak )
Pajak Penghasilan:
PPH Badan
PPH Orang Pribadi
PPH Pasal 21 : Pengenaan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan.
PPH pasal 23 : Pengenaan pajak atas sewa. Deviden,
bunga, dll.
PPH pasal 25 : Pembayaran (angsuran) pajak yang
dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri.
PPH pasal 29 : Pembayaran pajak kurang bayar pada akhir
tahun.
PPH pasal 28 : Pembayaran pajak lebih bayar pada akhir
tahun
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Reklame
Pajak Inventaris
PPN : Pajak Pertambahan Nilai (Pajak atas penyerahan barang dan
jasa).
Perhitungan PPH Badan:
Dilakukan dengan pembukuan ( membuat neraca rugi laba ),
dihitung berdasarkan keuntungan bersih dikalikan tarip pajak.

Perhitungan PPH Pribadi:


Dilakukan dengan 2 cara:
Dengan pembukuan ( membuat neraca rugi laba )
Dengan menggunakan norma. ( dapat dilakukan bila omzet kurang dari
Rp 600.000.000,-/tahun ).
Persentase norma dikelompokkan:

1. menurut wilayah:
a. 10 ibukota propinsi ( Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
semarang, Suarabaya, Denpasar, Menado, Makasar
dan Pontianak
b. ibukota propinsi lain
c. daerah lainnya.
2. Jenis usaha ( lihat tabel )
Tarif pajak
Tarif pajak ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


s/d Rp 25.000.000,- 5%
Di atas Rp 25.000.000 s/d Rp 50.000.000,- 10 %
Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000,- 15 %
Di atas Rp 100.000.000 s/d Rp 200.000.000,- 25 %
Di atas Rp 200.000.000 35 %

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


s/d Rp 50.000.000,- 10 %
Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000,- 15 %
Di atas Rp 100.000.000,- 30 %
TARIF WP ORANG PRIBADI
UU BARU :

No Lapisan Penghasilan Tarif


1 s.d. Rp 50.000.000 5%
2 Di atas Rp 50.000.000 s.d Rp 250.000.000 15%
3 Di atas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 25%
4 Di atas Rp 500.000.000 30%
Contoh perhitungan pajak WP
BADAN UMKM
Penghasilah bruto usaha 4.000.000.000
+/- Biaya usaha (3.400.000.000)
Laba usaha 600.000.000
Penghasilan luar usaha 50.000.000
Biaya luar usaha +/- (40.000.000) 10.000.000
Jumlah seluruh penghasilan neto
+/- Kompensasi kerugian usaha 600.000.000
(10.000.000)
Penghasilan Kena pajak 600.000.000

Pajak terhutang : 84.000.000


50% x 28% x 600.000.000
kredit pajak (68.000.000)
(pph 22/23/24/25/FLN,PPh penghasilan tanah)
Pajak yang harus (lebih) bayar 16.000.000
Penghasilah bruto usaha 30.000.000.000
+/- Biaya usaha (28.000.000.000)
Laba usaha 2.000.000.000
Penghasilan luar usaha 5.000.000.000
Biaya luar usaha +/- (4.000.000.000) 1.000.000.000
Jumlah seluruh penghasilan neto 3.000.000.000
+/- Kompensasi kerugian usaha

Penghasilan Kena pajak 3.000.000.000

Pajak terhutang :
67.200.000
50% x 28% x (4.800 / 30.000) x 3.000.000.000 705.600.000
100% x 28% x (25.200 / 30.000) x Jumlah pajak 3.000.000.000 772.800.000
terhutang
kredit pajak (632.000.000)
(pph 22/23/24/25/FLN,PPh penghasilan tanah)
Pajak yang harus (lebih) bayar 140.800.000
KRITERIA UMKM

Kelompok
Usaha kekayaan bersih Penjualan bersih
(di luar tanah bangunan) setahun

MIKRO 0- Rp 50 juta 0- Rp 300 juta

KECIL di atas Rp 50 juta - Rp 500 juta di atas Rp 300 juta - Rp 2,5 milyar

MENENGAH diatas Rp 500 juta diatas Rp 2,5 milyar - Rp 50 milyar


Penghasilan Tidak Kena Pajak

Lama Baru
WP Rp 13.200.000 Rp 15.840.000
Status kawin Rp 1.200.000 Rp 1.320.000
Istri bekerja Rp 13.200.000 Rp 15.840.000
Tanggungan Rp 1.200.000 Rp 1.320.000
Maks. Tanggungan K/3 K/3
PPH 21
Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan.
PEMOTONG PAJAK PPH 21
Pemberi kerja yang terdiri orang pribadi dan badan baik merupakan pusat atau
cabang.
PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPH Ps. 21
Penghasilan yang diterima secara teratur. Berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan.

PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN :


Biaya jabatan sebesar 5% dengan jumlah maksimal Rp 1.296.000,00 / tahun,
Rp 108.000,00 / bulan.
Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun
sebesar 5% maksimal Rp 432.000,00 / tahun atau Rp 36.000,00 / bulan.

BESARNYA PPH 21
Dihitung berdasarkan penghasilan netto dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak
(PTKP).
Pajak yang ditanggung pemerintah sebesar Rp 1.000.000,- setelah dikurangi tunjangan
jabatan sebesar 5 % , dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak ( PTKP )
Penghasilan lebih dari Rp 2.000.000,- tidak ada pajak yg ditanggung pemerintah.
•HAK DAN KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK

 Mendaftarkan ke kantor pelayanan pajak.


 Wajib menghitung, memotong, menyetor.
 Penyetoran pajak dilakukan mengunakan SSP (Surat Setoran
Pajak) ke kantor pos atau bank yang ditunjuk selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan takwim berikutnya.
 Wajib melaporkan sekalipun nihil dengan mengunakan (SPT) masa
ke kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan pajak setempat,
selambatnya tanggal 20 bulan takwim.
 Setiap pemotong pajak wajib mengisi, menandatangani
menyampaikan SPT tahunan ke kantor pelayanan pajak / kantor
penyuluhan pajak setempat.
 Surat Pemberitahuan Tahunan harus disampaikan selambat-
lambatnya 31 maret tahun takwim berikutnya.
Sanksi Berkenaan dengan SPT
 Denda Administrasi (Pasal 7 UU Nomor 16 Tahun 2000), dalam hal :
 SPT Tahunan tidak disampaikan pada waktunya, sanksi Rp 100.000,00 per
SPT Tahunan.
 SPT Masa tidak disampaikan pada waktunya, sanksi Rp 50.000,00 per SPT
Masa.
 Bunga, dalam hal :
 Pajak yang terhutang pada SPT Tahunan lebih besar daripada perhitungan
pajak sementara saat perpanjangan penyampaian SPT Tahunan. Atas
selisihnya dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% sebulan.
 Dilakukan pembetulan SPT, dimana pembetulan tersebut mengakibatkan
terjadinya kurang bayar. Atas kekurangan bayar pembetulan SPT tersebut
dikenakan bunga 2% sebulan.
 Kenaikan (Pasal 13 Ayat 3 UU Nomor 16 Tahun 2000), yaitu dalam hal SPT
tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam surat
teguran & sanksinya berupa kenaikan sebesar 50% (untuk PPh Badan/Orang
Pribadi), 100% (Untuk PPh Pemotongan/Pemungutan), 100% (Untuk PPN)
dari jumlah pakaj yang kurang / tidak dibayar.
 Sanksi Pidana :
 Karena kealpaan, SPT Tahunan tidak disampaikan atau disampaikan tapi isinya
tidak benar, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 tahun atau denda
setinggi-tingginya sebesar 2 kali jumlah pajak yang terutang (Pasal 38 UU Nomor
16 Tahun 2000).
 Karena sengaja, SPT Tahunan tidak disampaikan atau disampaikan tapi isinya tidak
benar, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 tahun atau denda
setinggi-tingginya sebesar 4 kali jumlah pajak yang terutang (Pasal 39 UU Nomor
16 Tahun 2000).
PAJAK PENGHASILAN Ps. 23
 Merupakan pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh yang berasal dari modal. ( contoh : dari
deviden, uang sewa )

PEMOTONG PAJAK
 Orang pribadi yang menjalankan pembukuan atas pembayaran
berupa sewa, sebesar 10%.
 Besarnya 15% dari jumlah bruto atas deviden.
 Penyetoran pajak mengunakan SSP ke kantor pos atau bank yang
ditunjuk selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwin berikutnya.
 Dilaporkan ke kantor pelayanan pajak atau penyuluhan pajak
selambatnya tanggal 20 bulan takwin berikutnya.
PAJAK PENGHASILAN Ps. 25
 PPH Ps. 25 merupakan angsuran pajak penghasilan yang harus
dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan.

BESARNYA ANGSURAN PPH Ps. 25


 Pajak penghasilan tahun yang lalu dibagi 12 atau banyaknya bulan
dalam bagian pajak.
 PPH Ps 28 :
 Apabila pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT Tahunan
lebih kecil dari jumlah yang telah dibayar, maka wajib pajak
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak atau memperhitungkan dengan hutang pajak lain.
 Penyetoran dibayar selambat-lambatnya tanggal 15 bulan takwim
berikutnya.
 Dilaporkan ke kantor pelayanan atau penyuluhan pajak selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan takwin berikutnya.
PPN : Pajak Penambahan Nilai
 Merupakan pajak tidak langsung.
 Perhitungan pajak terhutang dihitung atas nilai tambah.
 Dalam metode ini Pajak Pertambahan Nilai dihitung dari
selisih antara pajak masukan dan pajak pengeluaran,
 PPH yang dibayar Pengusaha Kena Pajak yang
bersangkutan.
 PKP diwajibkan untuk menerbitkan faktur pajak.
 Pelaporan dan pembayaran SPT masa, PPH ditentukan
1 bulan takwin atau mengajukan permohonan 2 bulan
takwim.
 PKP diperlakukan untuk pengusaha yang penerimaan
bruto lebih dari Rp 600.000.000,00 / tahun, atau atas
permintaan sendiri
PKP : Pengusaha Kena Pajak
Badan usaha atau orang pribadi yang melakukan usaha.
Pengusaha kecil dengan kemempuan sendiri dapat
mengajukan permohonan untuk menjadi PKP.
 Keuntungan PKP :
 Pasar barang menjadi lebih luas.
 PPH yang dipungut penjual dapat dikreditkan, pengusaha dapat
memotong jalur distribusi barang sehingga bisa menekan harga
barang.
 Mengajukan permohonan penurunan dana pembayaran PPH.

Kerugian PKP :
Kewajibannya bertambah selain PPN & PPH.
Biaya administrasi tinggi, butuh tenaga ahli.
Kewajiban PKP
1. Memungut PPN
Sarana administrasi pemungut PPN adalah Faktur Pajak Standar, Faktur
pajak Gabungan, Faktur Pajak Sederhana, dan dokumen-dokumen tertentu
sebagai Faktur Pajak.
2. Menyetor PPN
Sarana yang digunakan untuk dapat melaksanakan kewajiban ini adalah
Surat Setoran Pajak (SSP). Saat penyetoran paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya.
3. Melaporkan PPN
sarana yang digunakan untuk dapat melaksanakan kewajiban ini adalah
dengan mengisi Surat Pemberitahuan Masa PPN. Pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa PPN paling lambat harus dilakukan pada tanggal 20
setelah berakhirnya masa pajak.

Hak PKP
Melakukan perhitungan Pajak Masukan
Melakukan kompensasi kelebihan pajak ke masa pajak berikutnya
Melakukan restitusi PPN
Pencabutan NPKP
1. PKP dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan
sebagai PKP apabila jumlah peredaran bruto dan atau
penerimaan bruto dalam satu tahun buku tidak melebihi Rp
600.000.000,-

2. Pencabutan pengukuhan PKP dilakukan dengan mengajukan


permohonan kepada kepala PKP paling lambat 1 (satu) bulan
sejak berakhirnya tahun buku.

3. Dirjen Pajak wajib diberikan keputusan dalam jangka waktu 2


bulan sejak saat diterima permohonan pencabutan.

4. Bila Dirjen Pajak dalam jangka waktu 2 bulan sejak saat


diterima permohonan ternyata tidak memberikan keputusan,
maka permohonan pencabutan pengukuhan dianggap
diterima.

5. Keputusan pencabutan pengukuhan PKP harus diterbitkan


paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu sebagaimana
point 3 diatas.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
 Sebelum dikenakan tarif pajak penghasilan, penghasilan netto Wajib Pajak
Orang Pribadi dikurangi terlebih dahulu dengan jumlah tertentu yang
merupakan batasan. Tidak kena pajak dari penghasilan neto yang diterima.
Jumlah ini dinamakan Penghasilan Tidak Kena Pajak . Untuk lebih
memberikan rasa keadilan tanpa mengurangi peranan masyarakat dalam
mengkontribusikan sebagian penghasilannya untuk Negara, jumlah angka
PTKP disesuaikan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kondisi
masyarakat Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang masih berlaku
pada saat ini adalah :

 1. Rp 15.840.000, untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi


 2. Rp 1.320.000, tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
 3. Rp 15.840.000, tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat :
- Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari
satu pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan
ketentuan dalam Undang2 PPH pasal 21 dan
- Pekerjaan istri tidak ada hubunganya dengan usaha / pekerjaan
bebas suami/ anggota keluarga yang lain.
 4. RP 1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya ( maksimal 3
orang )
Wajib Pajak menghitung penghasilan netto dengan
menggunakan Norma Penghitungan. Syarat :
 Peredaran Bruto dalam 1 tahun dibawah Rp
600.000.000,00 atau Rp 50.000.000,00 per bulan.
 Wajib menyelenggarakan pencatatan.
 Wajib memberitahukan mengenai penggunaan Norma
Penghitungan kepada Direktur Jenderal Pajak paling
lama 3 bulan sejak awal tahun pajak yang bersangkutan.
 Norma Penghitungan Netto dikelompokkan menurut :
 Wilayah dan Daftar Presentasi
Soal Latihan :
Apotek Pelangi berbentuk badan usaha CV
Mempunyai pendapatan th 2003 Rp 472.256.900
HPP Rp 323.165.671
Biaya operasional Rp 56.020.081
Pendapatan non usaha Rp 13.614.199
Gaji pegawai tertinggi Rp 1.300.000 / bulan
Tunjangan Rp 250.000
Status kawin dengan 1 anak
Hitung : a. Hitung PPH Badan
b. PPH ps 21
c. PPH ps 25
Bp . Yusro mempunyai apotek. Menghitung pajak menggunakan
norma di daerah bantul.
Omcet apotek per bulan Rp 12.000.000
Status kawin dengan 3 anak
Tempat sewa 3 tahun Rp 15.000.000

Hitung : 1. Pajak yang terhutang ( PPH Pribadi )


2. PPH ps 23

Anda mungkin juga menyukai