Anda di halaman 1dari 43

KLASIFIKASI &

PENGGOLONGAN OBAT
M.ANSHARI S.Si.,MM.Apt.
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi)
adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi

Sedangkan menurut Ansel (1985), obat adalah zat


yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan.
PENGGOLONGAN OBAT
A. Berdasarkan EFEK OBAT
• Obat farmakodinamis
• Obat kemoterapeutis
• Obat diagnostik

Obat farmakodinamis, bekerja terhadap host dengan jalan


mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi
biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika,
obat otonom

Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di


dalam tubuh host. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan
farmakodinamis yang sekecil-kecilnya terhadap host, contoh :
antibiotik, antijamur, obat-obat neoplasma (onkolitik, sitostatik)
Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan
diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya BaSO4 digunakan untuk
diagnosis penyakit saluran pencernaan, Na propanoat dan asam
iod organik untuk sal empedu
PENGGOLONGAN OBAT
B. Berdasarkan PENANDAAN
Permenkes RI
No. 949/Menkes/Per/VI/2000
Penandaan

1. Obat bebas
2. Obat bebas terbatas
3. Obat keras
4. Obat wajib apotek K
5. Obat narkotika
6. Obat psikotropika
Obat Bebas Obat yang dapat Minyak kayu putih,
dijual bebas kepada OBH, OBP,
umum tanpa resep Paracetamol, Vit. C,
dokter B Komplex, dll.

Obat Bebas Obat bebas yang Antihistamin,


pada penjualannya klorokuin, kalii
Terbatas (W :
disertai tanda kloras, suppositoria,
waarschuwing) peringatan. dll.

Obat Keras Obat berbahaya jika Adrenalin,

(G : Gevaarlijk)
pemakaiannya tidak
berdasarkan resep
dokter.
antibiotika,
antihistamin, dll. K
OWA Obat keras yang Linestrenol, antasid,
dapat diserahkan
oleh apoteker tanpa
resep dokter.
salbutamol,
basitrasin krim,
ranitidin, dll.
K
Narkotika Zat atau obat yang berasal dari Tanm. Papaver
tanaman atau bukan, sintetis atau somniferum,
semisintetis yang dapat kokain, ganja,
menyebabkan penurunan atau heroin, morfin,
perubahan kesadaran, hilangnya opium, kodein, dll.
rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri.
Psikotropika Zat atau obat baik alamiah Lisergida,

K
maupun sintetis bukan narkotika psilosibina,
yang berkhasiat psikoaktif melalui amfetamin,
pengaruh selektif pada SSP yang diazepam,
menyebabkan perubahan khas fenobarbital,
pada aktifitas mental dan perilaku. klordiazepoksida,
dll.
CARA PENAMAAN OBAT
1. Obat dgn Nama Generik (Unbranded drug)
• Obat generik adalah obat dengan nama generik, nama
resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
dan INN (International Non-propietary Names) dari WHO
(World Health Organization) untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya.
• Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari
monografi sediaan-sediaan obat yang mengandung
nama generik tersebut sebagai zat tunggal. Jadi antara
nama yang tertera di kemasan dengan nama kandungan
zat aktifnya adalah sama persis
• Contoh : Parasetamol, Antalgin, Asam Mefenamat,
Amoksisilin, Cefadroxyl, Loratadine, Ketoconazole,
Acyclovir, dan lain-lain.
2. Obat Nama Dagang (Branded drug)
• Obat Nama Dagang adalah nama sediaan obat yang
diberikan oleh pabriknya dan terdaftar di departemen
kesehatan suatu negara, disebut juga sebagai merek
terdaftar. Dari satu nama generik dapat diproduksi
berbagai macam sediaan obat dengan nama dagang
yang berlainan ,misal : Pehamoxil (berisi : Amoxicillin),
Diafac (berisi : metformin) dll.
• Nama dagang ini sering juga disebut nama paten.
Perusahaan obat yang menemukan obat tersebut dapat
memasarkannya dengan nama dagang.
• Disebut pula obat paten karena pabrik penemu tersebut
berhak atas paten penemuan obat tersebut dalam
jangka waktu tertentu. Selama paten tersebut masih
berlaku, tidak boleh diproduksi oleh pabrik lain.
• Obat nama dagang yang telah habis masa patennya
dapat diproduksi dan dijual oleh pabrik lain dengan
nama dagang berbeda yang biasa disebut sebagai me-
too product (di beberapa negara barat disebut branded
generic) atau tetap dijual dengan nama generik.
3. Obat dgn Nama KIMIA
• Obat pada waktu ditemukan diberi nama kimia
yang menggambarkan struktur molekulnya. Karena
itu, nama kimia obat biasanya amat kompleks
sehingga tak mudah diingat orang awam.
• Untuk kepentingan penelitian acapkali nama kimia
ini disingkat dengan kode tertentu, misalnya PH
131. Setelah obat itu dinyatakan aman dan
bermanfaat melalui uji klinis, barulah obat tersebut
di daftarkan pada Badan Pengawasan Obat dan
Makanan.
• Contoh : 4-Hidroksiasetinilida parasetamol
8-[(4-amino-1-metilbuti)amino]-6-metoksi-kuinolina
 Primaquin
4.Obat dgn NAMA LATIN
• Dengan beberapa pengecualian, nama latin
ditulis dalam bentuk tunggal dan sebagai kata
benda netral deklinasi kedua.
• Nama garam ditulis dengan menyebutkan unsur
logam dalam bentuk genetif, di ikuti nama
bagian asam dalam bentuk nominative.
• Untuk senyawa yang diturunkan dari asam yang
tidak sesungguhnya kedua bagian ditulis dalam
nomatif dengan menyebutkan nama bagian
asamnya diikuti nama unsure logamnya.
• Perhatikan contoh berikut: Acetaminophenum;
Acidum Ascorbicum; Aethambubutoli
Hydrochloridum; Isoniazidum; Pethdini
Hydrochoridum
Klasifikasi Obat
• Untuk memudahkan dalam pencarian,
pemilihan, pemanfaatan, pembelajaran,
obat dikelompokkan dalam beberapa sub
kelompok sesuai dengan jenis klasifikasi
yang digunakan
• Jenis klasifikasi yang umum dikenal :
• Klasifikasi obat berdasarkan Efek Farmakologis
• Klasifikasi obat berdasarkan Kelas Terapi
• Klasifikasi taksonomi anatomi obat (ACT)
1. Klasifikasi FARMAKOLOGI
• Pengelompokan obat berdasarkan efek
farmakologi dominan dari obat
• Contoh :
I. Obat Otonom
I.1. Kolinergik
I.2. Antikolinergik
I.3. Adrenergik
I.4. Antiadrenergik
II.Obat Susunan Saraf Pusat
II.1. Obat Anestesi umum
II.2. Obat Anti Epilepsi
II.3. Obat Anti \psarkinson
II.4. Psikotropika
II.4. Analgetik-antipiretik
II.5. Hipnotik-Sedatif dll
2. Klasifikasi Kimiawi Terapeutik
Anatomis (ACT)
• Sistem Klasifikasi Kimiawi Terapeutik Anatomis
atau (ACT, Anatomical Therapeutic Chemical
Classification System) adalah sistem pengelompokan
yang digunakan untuk Klasifikasi taksonomi obat.
ACT disusun dan dipantau oleh Pusat Bersama untuk
Metodologi Statistika Obat Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan dipublikasikan pertama kali pada
1976
• Sistem klasifikasi ini membagi obat-obatan menjadi
kelompok yang berbeda sesuai dengan organ atau
sistem di mana lokasi terapi dan karakteristik
kimiawinya bekerja.
• Dalam sistem ini, obat-obatan diklasifikasikan menjadi
5 tingkatan yang berbeda:
A Saluran pencernaan dan metabolisme
B Darah dan organ pembentuk darah
C Sistem kardiovaskular
Dalam tingkatan D Dermatologi
pertama ini, kode G
Sistem genitourinarius (kelamin-kemih)
dan hormon seks
didasarkan pada Preparat hormonal sistemik, kecuali
satu abjad untuk H
hormon seks dan insulin
kelompok J Anti-infeksi untuk penggunaan sistemik
anatomis. Kode Agen-agen antineoplastik dan
L
imunomodulasi
terdiri dari satu M Sistem muskuloskeletal (otot-kerangka)
huruf. Terdapat 14 N Sistem saraf
kelompok utama P
Produk antiparasitik, insektisida, dan
repelan
yaitu:
R Sistem pernapasan
S Sistem indera
V Aneka ragam
• Tingkat dua Tingkat dua dari kode
didasarkan pada kelompok utama terapeutik
dan terdiri dari dua digit angka.
• Tingkat tigaTingkat tiga dari kode
didasarkan pada subkelompok farmakologis
atau terapeutik dan terdiri dari satu abjad.
• Tingkat empatTingkat empat dari kode
didasarkan pada subkelompok kimiawi atau
terapeutik atau farmakologi dan terdiri dari
satu abjad.
• Tingkat limaTingkat lima dari kode
didasarkan pada subkelompok substansi
kimiawi dan terdiri dari dua digit angka.
CONTOH KLASIFIKASI TERAPI

J. Anti-infeksi untuk penggunaan sistemik


J.1. ANTIMIKROBA/Antibiotik
J.1.a Penisilin
J.1.a.1 Golongan tahan Penisilin
J.1.a.2. Golongan tdk tahan penisilinase
J.1.b. Aminoglikosida
J.1.b.1 Gol Kuinolin
C. Sistem kardiovaskular
C.2.1. Antiangina
2.2. Antidisritmia
2.3. Antihipertensi
2.3.1 Golongan ACE Inhibitor
2.3.2 Golongan Beta Bloker
2.3.3 Golongan Calcium Channel Blocker
2.3.4 Golongan Alpha Blocker
2.3.5 Golongan Angiotensi II Antagonis
2.3.6 Golongan Lain-lain
3. Klasifikasi berdasar KLAS TERAPI
• Sistem klasifikasi paling femiliar bagi praktisi
medis karena banyak digunakan dalam buku-
buku informasi spesialite obat seperti ISO, DOI,
IIMS, IONI dll.
• Dasar klasifikasi adalah kesamaan kelompok
terapi
• Sistem klasifikasi berdasarkan kelas terapi ini
meskipun dalam penyajiannya mungkin ada
perbedaan dari masing-masing buku namun
tidak prinsif.
• Klasifikasinya tidak kaku krn Lebih sering
mengikuti perkembngan zaman (hasil penelitian
dan pengalaman dlm aplikasi terapetik)
CONTOH
1. Analgetik,antipiretik, antirematik, anti pirai
2. Anastetik
3. Anti alergi dan obat untuk anafilaktik
4. Antidot dan obat lain utk keracunan
5. Antiepilepsi
6. Antimikroba
7. Antimigrain
8. Antineoplastik, imunosupresan, dan obat paliatif
9. Anti Parkinson
10. Obat utk mempengaruhi darah
11. Prod darah dan pengganti plsama
12. Diagnostik
13. Obat gigi dan mulut
14. Diuretik
15. Hormon, endokrin dan kontrasepsi
16. Obat kardiovaskular
17. ……..31. Lain-lain
a. Golongan Obat OTONOM
(Klasifikasi Farmakologis)
Sistem saraf otonom (SSO) disebut dengan sistem viseral,
bekerja pada otot polos dan kelenjar.
Sistem saraf otonom mempersarafi dan merupakan sistem
saraf involunter yang sedikit bisa dikendalikan.
Dua perangkap neuron dalam komponen sistem saraf
perifer adalah :
– Neuron Aferen (Sensorik) yang mengirim implus ke SSP,
dimana implus itu diintreprentasikan
– Neuron Eferen (Motorik) yang menerima implus (informasi)
dari otak dan meneruskanya melalui medula spinalis ke sel-sel
organ efektor jalur eferen dalam SSO dibagi menjadi dua
cabang : saraf simpatis dan parasimpatis
1. Sistem Saraf Simpatik Dikenal sebagai sistem adrenergrik
karena dulu diperkirakan bahwa ardenalin murupakan
neurotransmiter yang mempersarafi otot-otot. Kini dikenal
sebagai norepinefrin disebut sebagai obat-obat adrenegrik
atau simpatomimetik. Obat yang menghambat efek
nerepinefrin disebut sebagai penghambat Adrenergik
atau simpatolitik.
Fungsi : perlawanan, pertahanan (fight or flight reaction)

2. Sistem Saraf Parasimpatik


• Dikenal sebagai sistem kolinergik karena neurontransmiter
yang terdapat pada ujung neuron yang mempersarati otot
adalah asetikolin. Obat yang menyerupai asetikolin disebut
sebagai obat-obat kolinergik atau patomimetik, dan obat-obat
yang menghambat efek asetikolin disebut antikolinergik atau
parasimpatolitik.
• Fungsi : konservasi, reservasi, (rest & digest)
GOL. OBAT OTONOM
1. Obat Kolinergik
2. Obat Antikolinergik
3. Obat Adrenergik
4. Obat Anti Adrenergik
A. Obat Kolinergik
• Disebut agonis kolinergik scr langs atau tdk
lgsung (hambat destruksi asetilkolin)
meningkatkan fungsi neurotransmiter asetilkolin
• Disebut pula parasimpatomimetik krn
menghasilkan efek yg mirip perangsangan
sistem saraf parasimpatik
• Indikasi : (1) menurunkan tek. Intraokular pasien
galukoma atau operasi mata; (2) atoni sal.
Cerna atau vesika urinari; (3) Miastenia gravis
TABEL EFEK- EFEK OBAT- OBAT KOLINERGIK
N JARINGAN RESEPTOR
O TUBUH
1 Kardiovaskuler Menurunkan denyut jangtung, menurunkan tekanan
drah akibat vasodilatasi dan menghambat konduksi
nodus AV
2 Gastrointestinal Meningkatkan tonus dan motilitas otot polos dari
lambung dan usus halus. Peristaltic ditingkatkan dari
otot-otot spikter relaksasi.
3 Genitourinarius Kontraksi otot-otot kandung kemih, meningkatkan tonus
ureter, dan relaksasi otot-otot spinkter kadung kemih,
merangsang berkemih
4 Mata Menambah kontriksi pu[pil, atau miosis (pupil mengecil),
dan menambah akomodasi (menipis atau menebalnya
lensa mata untuk penglihatan jauh ataupun dekat
5 Kelenjar Menambah salivasi, berkeringat dan air mata
6 Bronki (paru- Menambah kontraksi otot polos bronchial dan
paru menambah sekresi bronchial.
7 Otot lurik Meningkatkan transmisis neuromuscular dan
Sediaan Kolinergik
Asetilkolin : aktivitas muskarinik dn nikotinik, diinaktivasi enzim
astilkolinesterase dan kerja cepat shg tdk utk pengobatan.
Efek :
– Mengurangi denyut & curah jantung
– Menurunkan tek darah vasodilatasi
– Sal.cerna : salivasi, sekresi dan gerakan usus di pacu,
kontraksi otot siliaris mata (lihat dekat), konstriksi otot
sfingter pupil (tjd myosis kuat)

Metakolin : masa kerja lbh lama dr Ach dgn efek hampir


serupa. Indikasi : (1) Gawat darurat glaukoma sudut sempit utk
turunkan tek intraokuler. (2) diagnosis krn diduga asma.
Toksisitas diobati dgn atropin

Pilokarpin : aktvts lbh lemah dibandig Ach dan derivrtnya.


Aktivitas utama muskarinik digunakan utk optalmologi. Obat
terpilih gawat darurat glaukoma sudut sempit maupun lebar
Antikolinesterase : terbagi atas dua klas
kimia. Penghbat enz. Asetilkolinestrase
 Ach menumpuk di reseptor
(a) gol. Karbamat (neostigmin, fisostigmin,
ambenonium, piridostigmin) digunakan
dlm pengobatan
(b) Gol. Organofosfat. Gol iireversible  dlm
pertanian, insektisida

Muskarinik eff : bradikardi, hiper salivasi, spasme


bronkus, spasme sal.cerna dan kand. Kemih,
Nikotinik eff : stimulasi ganglia autonomik dan otot skelet
NO NAMA-NAMA OBAT DOSIS PEMAKAIAN

BEKERJA LANGSUNG

1 Betanekol ( urecholine ) D:PO:10- Untuk meningkatkan


50mg,b.i.d.- berkemih; dapat
q.i.d. merangsang
motalitas lambung

2 Karbakol ( carcholin ) 0,75-3%, 1 tetes Untuk menurunkan


tekanan
intaraokuler,miosis

3 Pilokarpin ( pilocar ) 0,5-4%, 1 tetes Untuk menurunkan


tekanan
intaraokuler,miosis
BEKERJA TIDAK
LANGSUNG,Antikoline
sterase Reversible
1
Fisostigmin ( eserin ) 0,25-0,5%,I tetes,q,d.- Untuk menurunkan
q.i.d. tekanan intaraokuler,
miosis, masa kerja
singkat
2
Neostigmin ( D:PO:mula- mula 15 Untuk menambah
prostigmin) mg, t.i.d., dosis kekuatan otot pada
maksimum:50mg,t.i miastenia gravis, masa
.d. kerja singkat
3
Piridostigmin D:PO:60-120mg,t.i.d Untuk menambah
(mestinon) atau q.i.d. kekuatan otot, masa
kerja sedang
4
Ambenonium D:PO:2,5-5 UNtuk menambah masa
(mytelase) mg,t.i.d.atau q.i.d kerja otot, masa kerja
panjang
5
Edrofonium (tensilon) D:IM:10mg;1V:1-2mg Untuk mendiagnosis
miastenia gravis, masa
kerja sangat singkat
BEKERKA TIDAK
LANGSUNG,Antikolinesterase
Irreversible

1 Demekarium (humorsol) 0,125- 0,25,1 tetes Untuk menurunkan


,q 12-48 jam tekanan intaraokuler,
pada glaucoma,
miotikum masa kerja
panjang

2 Ekotiofat (fosfolin) 0,03-0,06%,1 Untuk menurunkan


tetes,q,d.atau tekanan intaraokuler,
b.i.d pada glaucoma,
miotikum masa kerja
panjang

3 Isoflurofat (floropryl) Ointment 0,25%,q Untuk mengobati


8- 72 jam glukoma, kenakan
pada sakus
konjungtiva
B. Obat Antikolinergik
1. ANTIMUSKARINIK, membloker selektif sinap
muskarinik. Obat gol ini adalah atropin, skopalamin,
ipratorium bromid.
1. ATROPIN kompetitif antagonis dgn Ach.
• Pd mata :midriasis sampai siklopegia (tdk akomodasi)
• Sal Cerna :Antispasmodik
• Sal Kemih : menurunkan hipermotilitas, me(-) aneurisis
• Jantung : dosis<<< bradikardi; Dosi>>> takikardi
• Kelenjar : hambat sekresi saliva
• INDIKASI : antispasmodik, antidotum agonis kolinergik spt
keracunan karbamat, org.fosfat dan jamur, antisekretori pd operasi
2. SKOPOLAMIN  alk. Belladon, efek lbh nyata pd SSP
dan masa kerja lbh lama. Dlm klinik dipakai efek anti
motion sickness plg efektif dan efek amnesia
3. IPRATROPIUM  pengobatan asma bronkial dan paru
obstruksi menahun pd pasien yg tdk cocok adrenergik
2. BLOCKER GANGLION  Nikotin,
Trimetafan, Mekamilamin
3. BLOCKER NEUROMUSKULAR
Indikasi utk merelaksasi otot skelet sbg
tambahan pd anestesi pembedahan dan
pasien dgn kelemahan respirasi berat pd
ventilator mekanik.
a. Tubekurarin : pelepasan histamin, tdk
mendepresi fungsi jantung, onset dan
durasi cepat, mendepresi hingga 95%
kekuatan otot polos
b. Atrakurium: pelepasan histamin lbh sdkt,
relaksan terpilih utk ggl ginjal dan hepar
c. Vecuronium : relaksan lbh lama
TABEL EFEK –EFEK OBAT ANTIKOLINERGIK
N JARINGAN TUBUH RESPONS- RESPONS
O

1 Kardiovaskuler Meningkatkan denyut jantung pada dosis tinggi:Dosis


rendah dapat mengurangi motilitas dan peristaltik
2 Gastrointestinal Merelaksasi tonus otot polos saluran gastrointestinal,
mengurangi motilitas dan paristaltik
gastrointestinal. Mengurangi sekresi lambung dan usus
halus.
3 Saluran kemih Merelaksasi otot detrusor kandung kemih dan
meningkatkan konstriksi spinkter internal. Dapat timbul
retensi urin.
4 mata Dilatasi pupil mata (midriasis ) dan paralisis otot siliaris
(sikloplegia), mengakibatkanh berkurangnya akomodasi
5 kerenjar Mengurangi salvias, berkeringat, dan sekresi bronkial
6 Paru - paru Dilatasi bronkus dan mengurangi sekresi bronkial
7 System saraf Mengurangi tremor dan rigiditas otot. Mengantuk,
pusat disorientasi, dan halusinasi dapat terjadi akibat dosis
tinggi.
C. OBAT ADRENERGIK
• Scr kimia Katekolamin adalah amin simpatomimetik
yg terdiri atas epi, norepineprin,isoproterenol,
dopamin.
• Reseptor adrenergik
– Alpha  efeknya stimulasi, terdpt di kulit, mukosa,
pembuluh darah
• Alpha 1  mengaktifkan organ- organ efektor seperti
otot –otot polos (vasokontriksi) dan sel- sel kelenjar
dengan efek tambahannya sekresi ludah dan keringat
• Alpha 2  menghambat pelepasan noradrenalin pada saraf-
saraf adrenergic  uterus, otak, kel parotis
– Beta  efek inhibisi (usus, bronkus, pembuluh drh, otot
rangka), kecuali otot jantung (efeknya perangsngn
denyut dan kontraksi)
• Beta 1  jantung
• Beta 2  bronkus, pembluh drh otot rangka, usus, uterus,
kelenjar
Penggolongan Obat Adrenergik
1. Agonis langsung scr lgs mengaktivasi
adrenoseptor : katekolamin (dopamin,
epinefrin, norepineprin,isoproterenol,
dobutamin), albuterol, klonidin,
metaproterenol, metoksamin, fenilefrin,
rotodrin, terbutalin
2. Agonis tdk langsung  obat yg membebaskan
katekolamin endogen
3. Agonis campuran efedrin dan meteraminol
DOPAMIN
• Efek sbg agonis α
– Hambtn rilis prolaktin, stimulasi SSP, modifikasi tonus otot
– Stimulasi chemoreseptor trigger zone di medula oblongata
mual muntah, Inotropik & kronotrofik (+) pd jantung
– Dosis<<: vasodilatasi dan pe(+)GFR ginjal; Dodid >> :
vasokonstriksi dan pe(-) GFR
• Indikasi : mengatasi syok,, oliguri sekunder krn
menurunnya aliran drh ginjal, menaikan tek drh ginjal,
meningkatkan kontraksi jantung, kronotropik.
EFINEPRIN
• Indikasi : bronkospasme, anafilaktik, memeperpanjang
masa anastesi lokal, kasus henti jantung, menghentikan
perdarahan kapiler lokal
AMFETAMIN
• Indikasi : disfungsi otak yg minimal, hiperreaktivitas,
narkolepsis, penekan nafsu makan
EFEDRIN
• Indikasi : dekongetan, pencegahan enurisis, midriatika
utk pemeriksaan mata, asma bronkial
NO ADRENERGIK RESEPTOR DOSIS PEMAKAIAN DALAM
KLINIK
1 Epinefrin Alfa1,Beta1 Berbeda-beda Syok nonhipovolemik,
, Beta2 D:IV,IM,SK:0,2- henti jantung
1Ml dari 1:1000 Anafilaksis,asma
akut
2 Efedrin Alfa1,Beta1 D:PO:25-50mg, tid. Keadaan
, Beta2 Atau q.i.d. hipotensi,bronkosp
D: SK,IM,1V: 10-25 asme,kongesti
mg hidung,hipotensi
ortostatik
3 Norepinefrin Alfa1, D;1V;mg,dalam 250- Syok. vasokontriksi
(Levarterenol beta1 500mL dlm kuat, tingkatkan
,Levophed) dektrose 5% atau tek. darah dan
n- salin, 2-12μ/ curah jantung
mnt
4 Dopamin Beta1 D:1V:mula- mula 1-5 Hipotensi, ( tdk
(intropin) μ/kg/menit;naikka turunkan fungsi
n scr bertahap ginjal dlm dosis<
;tidak melebihi 5μg/kg/menit
5 Fenilefrin(Neo- Alfa1 Larutan o,123-1% Kongesti
Synephrine) hidung(dekongestan)
6 Pseudoefedrin(Sudaf Alfa1, Larutan Kongesti hidung(
ed, Actifed,Co-tylenol beta1 bebas(beberapa)
cold formula)
7 Fenipropanolamin Alfa1, Larutan Kongesti hidung
beta1 bebas(beberapa)
8 Dobutamin Beta1 obesitas
(Dobutrex)
9 Isoproterenol Beta1, Inhal:1-2 Dekompensas
Beta2 semprotan, jantung, payah
1V:5μm/menit 20μ jantung kogestif
/menit (meningkatkan aliran
darah miokardium dan
curah jantung)
Metaproterenol Beta1, Inhal :2-3 sempro Bronkospasme, blok
Beta2 tan, tidak melebihi jantung akut (hanya
12 semprotan/ hari dipakai pada bradi
D:PO:10-20mg.t.i.d kardi yang refrakter
atau q.i.d terhadap atropin)
11 Isoetarin Beta2 Inhal :1-2 Bronkospasme
( bronkosol) semprotan,q4h
12 Albuterol Beta2 Inhal:1-2 semprotan,q Bronkospasme
(proventil) 4-6 h D:PO :2-4
mg,t.i.d atau q.i.d.

13 Terbutalin Beta2 D:Inhal:2 semprotan,q Relaksasi uterus


(Brethine) 4-6h,PO:2,5-
5mg.t,I,d. atau q8h
1V:10μg/menit,naikan
secara
bertahap;tidak
meklebihi
80μ/manit

14 Ritodrin Beta2,Beta1 D:PO:10-20 mg,q4- Relaksasi uterus


(Yutopar) 6h,tidak melebihi
120 mg/hari
1V:50-300μ/menit
D. OBAT ANTIADRENERGIK
• Obat yg menghambat stimulasi
adrenergik pd reseptor dgn cara
blocking.
a. α blocker  drev. Haloalkilamin, drv.
midazolin, prazosin, derv alk.ergot,
yohimbin.
a. Drv.Imidazolin Indikasi : fentolamin dan
tolazolin utk krisis hipertensidisebabkan oleh
feokromositoma
b. Prazosin pengobatan hipertensi, lemah
jantung kongestif, penyakit Raynaud
c. Yohimbin  α2 blocker selektif
b. β-Blocker  atenolol, asebutalol, metoprolol,
nadolol, propranolol, labetolol, pindolol
– Blokade β1-reseptor: inotropik & kronotro (-) pd
jantung, memblok respon hiperglikemik thd epi
– Blokade β2-reseptr : bronkokontriksi, pencghn
dilatasi vena dna arteriol organ dlm abdomen, ginjal,
paru otot skelet
• Indikasi : Jntung iskemik, angina pektoris,
hipertensi, aritmia, propilaksis mmigrain,
hipertiroidsm, tremor esensial, glaukoma (tts
timolol)
c. Blocker Saraf Adrenergik  mengganggu
sintesis, penyimpanan dan rilis NE dan
epineprin
– GUANETIDIN
– RESERPIN  antihipertinsi
TABEL EFEK-EFEK PENGHAMBAT ADRENERGIK PADA RESEPTOR

RESEPTOR RESPONS-RESPONS

Alfa1 Vasokontriksi menurunkan tekanan darah.


Dapat terjadi reflek takikardia. Miosis:
kontriksi pupil. Menekan ejakulasi

Beta1 Menurunkan denyut jantung

Beta2 Konstriksi bronkiolus. Kontraksi uterus

Anda mungkin juga menyukai