Anda di halaman 1dari 39

Foodborne and Waterborne

Bacteria

Kelompok 9

Bobby J. Saragi ( 1606953732 )


Nabila Nurfikriya ( 1606954155 )
Septia Rahmalina ( 1606954451)
Syifa Aulia Rizki ( 1606954546 )
Ulil Hikmah hakimi ( 1606954590 )
Yusnur Mauliana DP ( 1606954666 )
Infectious Waterborne
Fo odb orne Pathogen

suatu penyakit yang penyakit yang


merupakan hasil dari ditularkan langsung
pencernaan dan melalui air, dimana air
penyerapan makanan tersebut mengandung
yang mengandung kuman patogen dan
mikroba terminum oleh
(mikroorganisme) oleh manusia maka dapat
tubuh manusia. menimbulkan
penyakit.
PENULARAN
1) Mengolah makanan dan minuman dengan tangan kotor.
2) Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan.
3) Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan
perabotan lainnya.
4) Dapur yang kotor.
5) Alat masak yang kotor.
6) Memakan makanan yang sudah jatuh ke tanah.
7) Makanan yang disimpan tanpa ditutup sehingga
serangga dan tikus dapat menjangkau.
8) Makanan yang masih mentah dan yang sudah matang
disimpan secara bersama-sama dalam satu tempat.
9) Makanan dicuci dengan air kotor.
10) Pengolahan makan yang menderita penyakit menular
CONTOH FOODBORNE DAN
WATERBORNE BACTERIA

 Kolera ( Vibrio Cholerae )


 Demam tifoid ( Salmonella Typhi)
 Disentri ( Shigella dysenteriae )
APAKAH JENIS BAKTERI TERSEBUT
MENJADI MASALAH KESEHATAN DI
INDONESIA

 Demam tifoid ( Salmonella Typhi)


 Disentri ( Shigella dysenteriae )
 Kolera ( Vibrio Cholerae )

Kasus penyakit diatas masih tinggi angkanya


berikut data dari riskesdas
prevalensi kolera adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di
provinsi nad (18,9%) dan terendah di di yogyakarta (4,2%). beberapa
provinsi mempunyai prevalensi kolera klinis >9% (nad, sumatera barat,
riau, jawa barat, jawa tengah, banten, nusa tenggara barat, nusa tengara
timur, kalimantan selatan, sulawesi tengah, sulawesi tenggara, gorontalo,
papua barat dan papua) yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber riskesdas tahun


Prevalensi tifoid klinis
nasional sebesar 1,6%
(rentang: 0,3% - 3%).
Sedang prevalensi hasil
analisa lanjut ini sebesar
1,5% yangartinya setiap
100.000 penduduk
terdapat kasus tifoid
1.500 dengan kisaran
nilai (0,4% - 2,6%). Di
Indonesia hampir
seluruh propinsi ada
kejadian typhoid, dan 15
propinsi antara lain
propinsi Aceh, Bengkulu,
Jawa Barat, Banten,
Nusa Tenggara Timur,
Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan,
Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah,
Gorontalo, Papua Barat,
dan Papua merupakan
propinsi dengan angka
prevalensi diatas angka
nasional.

Sumber : Riskesdas
E L
N
O
M
L LA
SA
DEFINISI

Salmonella adalah parasit yang


banyak ditemukan d usus
manusia dan banyak hewan
lainnya, termasuk burung liar,
hewan peliharaan domestik,
dan tikus. Mereka sering
ditemukan di limbah, sungai
dan perairan lainnya, dan
bahkan di tanah (di mana
mereka tidak berkembang biak
secara signifikan).

Salmonella bisa menimbulkan


enteritis dan penyakit seperti
tifoid.
PENYEBARAN SALMONELLA
TERGANTUNG PADA :

Kualitas dan pasokan air

pembuangan limbah,

produksi pangan

iklim.
SALMONELLA TYPHI

Salmonella typhi (S. typhi) adalah salah satu bakteri Gram


Negatif yang menyebabkan demam tifoid. S. typhi mampu
bertahan hidup selama beberapa bulan sampai setahunjika
melekat dalam, tinja, mentega, susu, keju dan air beku.

Salmonella typhi (S. typhi) merupakan kuman patogen


penyebab demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi
sistemik dengan gambaran demam yang berlangsung
lama, adanya bakteremia disertai inflamasi yang dapat
merusak usus dan organ-organ hati.
MORFOLOGI DAN STRUKTUR BAKTERI

S.typhi merupakan kuman batang Gram negatif, yang tidak


memilikispora, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat
intraseluler fakultatif dan anerob fakultatif.

Ukurannya berkisar antara 0,7- 1,5X 2-5 pm,memiliki antigen


somatik (O), antigen flagel (H) dengan2 fase dan antigen
kapsul(Vi).

Salmonella tumbuh pada suhu berkisar 7-48 ºC, pada pH 4-8, dan
pada kegiatan air di atas 0,93. Dalam kondisi khusus, mereka
mungkin berkembang biak di bawah 4 ºC dan pada pH ekstrim
(di bawah pH 4). Salmonella mampu bertahan hidup lama di
feses
PATOGENITAS

• Kuman menembus mukosa epitel usus, berkembang biak di


lamina propina kemudian masuk kedalam kelenjar getah bening

1 mesenterium.

• Setelah itu memasuki peredaran darah sehingga terjadi


bakteremia pertama yang asimomatis, lalu kuman masuk ke
organ-organ terutama hepar dan sumsum tulang yang

2 dilanjutkan dengan pelepasan kuman dan endotoksin ke


peredaran darah sehingga menyebabkan bakteremia kedua.

• Kuman yang berada di hepar akan masuk kembali ke dalam


usus kecil, sehingga terjadi infeksi seperti semula dan sebagian

3 kuman dikeluarkan bersama tinja.


DEMAM TIPHOID

Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi


7-14 hari. Minggu pertama terjadi demam tinggi, sakit
kepala, nyeri abdomen, dan perbedaan peningkatan
temperatur dengan denyut nadi. 50% pasien dengan
defekasi normal.

Pada minggu kedua terjadi splenomegali dan timbul rash. Pada


minggu ketiga timbul penurunan kesadaran dan
peningkatan toksemia, keterlibatan usus halus terjadi pada
minggu ini dengan diare kebiru-biruan dan berpotensi untuk
terjadinya ferforasi. Pada minggu ke empat terjadi
perbaikan klinis.
EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, insiden demam tifoid diperkirakan sekitar 300-


810 kasus per 100.000 penduduk per tahun, berarti jumlah
kasus berkisar antara 600.000-1.500.000 pertahun. Hal ini
berhubungan dengan tingkat higienis individu, sanitasi
lingkungan dan penyebaran kuman dari karier atau penderita
tifoid. Pada daerah endemis yang sanitasi dan kesehatannya
terpelihara baik, demam tifoid muncul sebagai kasus
sporadic 4J0'".

Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT)


1986 demam tifoid menyebabkan kematian 3% dari seluruh
kematian di Indonesia. Rata-rata kasus kematiandan
komplikasi demam tifoid selalu berubahantar wilayah
endemis yang berbeda
Pencegahan
A E
R I
TE
E N
YS
D
L A
E L
I G
S H
MORFOLOGI SHIGELLA DYSENTERIAE

 Berbentuk
batang
 Bersifat gram
negatif
 Berukuran
ramping
(0,5-0,7 µm x 2-3
µm)
 Tidak memiliki
flagel
 Tidak berspora
 Pertumbuhan
optimum 37oc
dalam keadaan
MEKANISME INFEKSI SHIGELLA

Filamen aktin mendorong


Shigella mengeluarkan shigella menyebar
Shigella masuk ke sel endositosis dan endosom
epitel usus melalui sel M pecah

Shigella berkembang biak di


Sel epitel yang terinfeksi
sitoplasma dan infeksi
mati
meluas
GEJALA & TANDA PENYAKIT

 Demam
 Muntah-muntah
 Nyeri perut
 Kejang perut
 Feses cair dan sedikit
 Rasa lemah  Buang air dengan
 Diare mengedan
 Buang air disertai
darah
 Buang air bersamaan
dengan lendir dan
nanah
 Tenesmus
KONDISI LINGKUNGAN

Maximu
Minimum Optimum
m
Temp (oC) -20-4 37 45-47
pH 5 6-8 9

NaCl (%) - - 4-5


PENCEGAHAN PENULARAN BAKTERI
SHIGELLA DYSENTERIAE
Mencuci tangan Pembuangan Limbah Manusia
Pastikan pembuangan limbah manusia yang
Mempromosikan cuci tangan dengan sabun
aman
Persediaan Air Keamanan Makanan
Meningkatkan akses air minum yang aman Menetapkan dan menegakkan langkah-langkah

Mempromosikan transportasi yang aman untuk untuk penanganan dan pengolahan makanan
air yang aman

Mempromosikan praktek penyimpanan air yang Mempromosikan praktek keamanan pangan

aman individu
Menyusui Pendidikan Kesehatan
Mempromosikan pemberian ASI untuk bayi dan Hanya mempromosikan langkah-langkah yang
terjangkau, relevan dan dapat diterima secara
anak-anak
budaya

Mendorong semua orang yang menderita diare


berdarah untuk melaporkan ke fasilitas
kesehatan

Memberikan peringatan untuk kelompok sasaran


tertentu
IDENTIFIKASI BAKTERI SHIGELLA DYSENTERIAE

Spesimen
Spesimen untuk biakan dapat berasal dari feses segar,
bercak lendir, dan apusan rektal. Pada pemeriksaan
mikroskopis sering ditemukan banyak leokosit dan
beberapa eritrosit pada sediaan feses.
Kultur
Spesimen digoreskan pada media deferensial dan pada
media selektif yang menekan pertumbuhan
Enterobacteriaceae lain dan organisme gram-positif.
Serologi
Individu normal sering memiliki aglutinin yang aktif
terhadap beberapa spesies Shigella. Namun, pemeriksaan
serial titer antibodi dapat memperlihatkan peningkatan
yang spesifik.
AE
E R
O L
C H
I O
B R
VI
DEFINISI

Kolera adalah penyakit infeksi saluran usus


atau diare yang bersifat akut dan disebabkan
oleh bakteri Vibrio cholerae

Kolera dapat menular sebagai penyakit


epidemik. Penyebarannya sebagian besar di
negara berkembang yang memiliki
keterbatasan akan air bersih dan memiliki
sanitasi yang buruk
KARAKTERISTIK

Suhu optimum pertumbuhan 18°C-37°C


pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7,0
tetapi bakteri ini toleran pada pH alkalis
sampai 9,0. Pada pH acid ≤6,0 bakteri ini
akan mati.
Dapat bertahan pada kondisi salinitas 0%
asalkan terdapat ion Na+.
MORFOLOGI BAKTERI

Bakteri Berbentuk
gram batang
negatif bengkok

Memiliki
Tidak
satu
berspora
flagella

Organisme
multiselule Prokariot
r
GEJALA YANG TIMBUL
penyakit ini umumnya terjadi secara tiba-tiba,
dengan masa inkubasi antara 6 jam sampai dengan
5 hari.

Kejan
Shock g otot
Dema
m dan
Kram munta
perut h
CARA PENCEGAHAN PENULARAN

Pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi


khususnya makanan dan air melalui pendidikan. Pasien kolera
seharusnya diisolasi, eksrsinya didisinfeksi dan orang-orang
kontak diawasi. Khemoprofilaksis dengan obat antimikroba
mungkin diperlukan.

Bagi wisatawan yang memasuki daerah endemic kolera,


sebaiknya memasak makanan sampai matang sebelum
mengkonsumsinya. Contohnya kepiting harus dimasak lebih
kurang 10 menit, memakan buah harus dicuci dan dikupas
kulitnya, memakan es harus dihindari jika terbuat dari air
mentah.

Pemberian imunisasi dengan vaksin yang mengandung ekstrak


lipopolisakarida dari vibrio atau suspensi pekat vibrio dapat
memberikan perlindungan yang terbatas pada orang-orang
yang rentan. Vaksin ini memberikan proteksi 60-80% untuk
PENGOBATAN

Prinsip dari pengobatan kolera dengan


mengganti air dan elektrolit untuk
mengurangi dehidrasi dan kekurangan
garam dengan memasukkan secara
intravena cairan yang mengandung Natrium,
Kalium, Chloride dan Bicarbonate.

Antibiotika yang sering digunakan untuk


melawan kuman ini adalah tetrasiklin.
IDENTIFIKASI VIBRIO CHOLERAE

Diagnosis Laboratorium
A. Sampel pada manusia
Bahan Pemeriksaan : gumpalan mucus dari tinja dan/atau
muntahan
Mikroskopis : pengamatan dengan mikroskop lapangan gelap
atau fase kontras akan memperlihatkan vibrio cholerae
yang bergerak dengan cepat
Kultur : pertumbuhan cepat pada agar peptone, pada agar
darah dengan pH mendekati 9,0 atau pada agar TCBS
(thio sulfat citrate bile sucrose), yang menghasilkan koloni
berwarna kuning dengan koloni khasnya dipilih dalam
waktu 18 jam. Jika menggunakan media enrichment
beberapa pemeriksaan tinja diinkubasi dalam 6-8 jam
dalam taurocholate-peptone (pH 8,0-9,0), organisme dari
kultur ini diwarwai atau disubkultur.
Uji Spesifik : Reaksi Biokimia
B. Sampel pada lingkungan
Sampel yang digunakan berasal dari air yang biasa digunakan
untuk
kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat, yaitu yang berasal
dari air
sungai, air sumur dan tempat penampungan air (tempayan).

Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa bakteri Vibrio cholerae


dapat
dilakukan dengan metode konvensional dan PCR.
Identifikasi Secara Konvensional
1. Sampel dari swab rektal ditanam terlebih dahulu pada
medium perbenihan alkaline peptone water (APW) dan
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam.
2. Hasil dari media perbenihan APW kemudian dilakukan
subkultur ke medium thiosulfate-citrate-bile-sucrose
(TCBS) dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24
jam
3. selanjutnya dilakukan uji biokimia dan serologi
Identifikasi dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)
(PCR) dilakukan dengan menggunakan kit Invitrogen

1. Primer diencerkan sesuai dengan instruksi yang ada pada


kemasan primer dalam tube master. Perbandingan
pengenceran antara primer dengan nuklease free water
yaitu 10 : 90.
2. Hasil amplifikasi produk PCR sepanjang sekitar 300-400 basa
kemudian dilihat dengan menggunakan elektroforesis dan
dilihat dengan pencahayaan ultraviolet.
DAFTAR RUJUKAN
Pelczar, Michael. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta. 1988. Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press)
Zein, Umar., Segala, Khalid., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.
Available from: e-USU Repository. http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-
umar5.pdf. Diakses pada tanggal 21 Februari pukul 11:37
WHO. 2005. Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella
dysenteriae type 1. apps.who.int/iris/bitstream/10665/43252/1/924159330X.pdf.
Diakses tanggal 21 Februari 2017 pukul 11:37
Division of Foodborne, Waterborne, and Environmental Diseases (DFWED). 2016.
Shigella-Shigellosis. Centers for Disease Control and Prevention. CDC.
https://www.cdc.gov/shigella/. Diakses tanggal 26 Februari 2017 pukul 08:15
Food standards. 2013. Shigella species.
https://www.foodstandards.gov.au/publications/Documents/Shigella%20species%20-
%20dec%202013.pdf. Diakses pada tanggal 21 Februari 2017 pukul 11:37
WHO. 2005. Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics
due to Shigella dysenteriae 1. WHO Document Production Services:
Geneva, Switzerland
Nugroho, Adityaputri, Astuti. 2014. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz,
Melnick, &Adelberg Ed.25. EGC: Jakarta
TERIMA KASIH
KEL 1
MENCUCI SAYUR SALAH SATU PENCEGAHAN SALMONELLA DAN VIBRO, SEBAIKNYA MENCUCI
BUAH DENGAN SABUN ATAU AIR BIASA ?

KEL 4
MAKAN BUAH LANGSUNG DENGAN YANG TIDAK PENGARUH NYA APA ?

KEL 7
PENYAKIT KOLERA BERBAHAYA TIDAK ? PENYEBARAN PALING BANYAK DIMANA ?

KEL 6
DEMAM TIFOID , KENAPA ORANG YANG SUDAH KENA TIFUS LEBIH SERING TERKENA TIFUS
LAGI DIBANDING YANG BELUM ?

KEL 5
MENCUCI DENGAN AIR MENGALIR DENGAN AIR DI WADAH PERBEDAAN ?

KEL 10
FAKTOR LAIN PENYAKIT TERSEBUT MENJADI MASALAH KESEHATAN SELAIN PREVALENSI?

KEL 8
PENCEGAHAN DISENTRI ADA DENGAN VAKSIN APA TIDAK ?

KEL 2
BAKTERI SALMONELLA DAN VIBRI , JIKA IBU HAMIL TERINFEKSI APAKAH BAYI IKUT TERKENA
JUGA

KEL 3
BAKTERI” FOODBORNE APAKAH SELALU ADA DI MAKANAN MENTAH ? DI SUSHI DLL

Anda mungkin juga menyukai