Anda di halaman 1dari 9

HUKUM SYIRKAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:


DIAH FADILAH 11623003
ALINA KARISMA 11623090
PENGERTIAN SYIRKAH DAN DASAR
HUKUMNYA
• Secara bahasa kata Syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) dan persekutuan.
• Dalam istilah ekonomi Islam Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakata
• Al – Qur’an
“....Mereka bersekutu dalam yang sepertiga....” (QS. An – Nisaa’ : 12)....
“Sesungguhnya kebanyakan dari orang – orang yang bersrikat itu sebagian mereka
berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang–orang yang beriman dan
beramal shaleh dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shaad : 24)
• Al-Hadis
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman,
‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati
lainnya.’” (HR Abu Dawud No. 2936, dalam kitab al-Buyu, dan Hakim)
• Ijma’
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata, “Kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan
pendapat dalam beberapa elemen darinya.
RUKUN DAN SYARAT SYIRKAH

• Adapun rukun syirkah menurut jumhur ulama, rukun syirkah itu ada tiga yaitu:
 Shighat (lafal) ijab dan qabul,
 kedua orang yang berakad, dan
 obyek akad

Dalam fatwa DSN-MUI ada beberapa rukun dan syarat tentang syirkah, yaitu:
• Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka
dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
 Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrark (akad).
 Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
 Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
• Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:
 Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
 Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.
 Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.
 Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap
telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya,
tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
 Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.

• Obyek akad ( modal )


 Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama.
 Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang- barang, properti, dan sebagainya. Jika modal
berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.
 Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah
kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.
 Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya
penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.
MACAM – MACAM SYIRKAH

• Syirkah Amlak (Perserikatan dalam Kepemilikan)


 Syirkah ikhtiyar (sukarela)
 Syirkah jabar (paksa)

• Syirkah Uqud (perserikatan berdasarkan aqad)


 Syirkah ‘inan
 Syirkah mufawadhah
 Syirkah al-amwal
 Syirkah wujuh
 Syirkah a’maal
 Syirkah mudharabah
SYARAT KHUSUS ATAU CIRI KHAS DARI JENIS-
JENIS SYIRKAH

• Syarat khusus untuk syirkah Amwal


 Modal syirkah harus berupa barang yang ada
 Modal syirkah harus berharga secara mutlak

• Syarat untuk Syirkah Mufawadhah


 Masing-masing anggota serikat memilki kecakapan untuk melakukan wakalah dan kafalah, yaitu harus merdeka, baligh, berakal, dan
cerdas.
 Persamaan dalam modal, baik ukuran maupun harganya, sejak awal sampai akhir.
 Segala sesuatu yang layak menjadi modal dari salah seorang anggota serikat harus dimasukkan ke dalam syirkah.
 Pembagian keuntungan harus sama. Apabila pembagian keuntungan tidak sama, maka syirkahnya bukan mufawadhah.
 Persamaan dalam kegiatan perdagangan. Ulama Hanafiyah dan Muhammad mensyaratkan syirkah mufawadhah antara sesama Muslim,
dan tidak boleh dengan orang kafir.
 Dalam melakukan transaksi (akad) harus menggunakan kata mufawadhah.

• Syarat–syarat yang disebutkan tadi harus dipenuhi untuk syirkah mufawadhah. Apabila salah satu syarat tidak ada, maka syirkah
akan berubah menjadi syirkah ‘inan, karena syarat-syarat tersebut tidak diperlukan dalam syirkah ‘inan. Dengan demikian, dalam
syirkah ‘inan tidak disyaratkan kecakapan dalam wakalah, persamaan dalam modal dan keuntungan, dan persamaan dalam kegiatan
perdagangan, sebagaimana yang disyaratkan dalam syirkah mufwadhah.
• Syarat – syarat Syirkah A’mal ( Abdan )
 Apabila bentuk syirkah a’mal ini mufawadhah maka berlakulah syarat-syarat syirkah
mufawadhah,
 Apabila bentuk syirkah ‘inan maka tidak ada persyaratan syirkah mufawadhah tersebut, kecuali
kecakapan dalam wakilah.
• Syarat – syarat Syirkah wujuh
 Apabila bentuk syirkah ini mufawadhah maka berlakulah syarat – syarat syirkah mufawadhah
(persamaan dalam berbagai hal).
 Jika syirkah al-wujuh ini berbentuk al-‘inan, maka boleh saja modal salah satu pihak lebih
besar dari pihak lain, dan keuntungan dibagi menurut persentase modal masing-masing,
karena kadar kewajiban dan hak berdasarkan kontribusi yang diberikan. Keuntungan harus
berdasarkan kadar tanggungan, jika meminta lebih, maka akad batal.
• Syirkah mudharabah, modal yang digunakan hanya disediakan oleh satu pihak pemodal
dan pihak yang lain hamya menjalankan bisnisnya karena berperan sebagai ahli
berbisnis.
SYIRKAH DALAM KONTEKS LEMBAGA
KEUANGAN SYARI’AH ATAU KONVENSIONAL
• Pembiayaan Proyek
Al-musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana nasabah dan
bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu
selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati
untuk bank.
• Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan
perusahaan, al-musyarakah diterapkan dalan skema modal ventura. Penanaman modal
dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

Anda mungkin juga menyukai