Anda di halaman 1dari 50

STANDAR KURIKULUM PELATIHAN J

ABATAN FUNGSIONAL
FISIKAWAN MEDIS
JENJANG AHLI – MADYA

Pelayanan Kedokteran Nuklir


Fismed Jenjang Ahli - Madya
1. Membuat desain ruangan bangunan radiasi
fasiliatas komplek
2. Membuat penilaian rencana kerjasurvey
3. Melakukan tindakan emergency
4. Melakukan dosimetri dengan menklaribrasi r
adioisotop
5. Melakukan pengelolaan limbah radioaktif
6. Melakukan QA/QC
1. Pembuatan desain ruangan/ bangunan
radiasi fasilitas kompleks:

A. Pembuatan master plan kedokteran nuklir


B. Pengertian PET/CT, SPECT/CT
C. Pengukuran lokasi yang akan dibangun
D. Penentuan kapasitas/beban kerja pesawat
E. Peruntukan masing-masing ruangan
F. Penentuan material shielding
1A. Pembuatan master plan Kedokteran Nuklir

 Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir NOMO


R 01/Ka-bapeten/V-99 Tentang Ketentuan Keselamatan Ke
rja Terhadap Radiasi

 Bangunan didirikan di tempat yang bebas dari bahaya banjir d


engan konstruksi tahan api dan tidak longsor.

 Di dalam laboratorium tipe A dan tipe B pekerjaan dengan zat


radioaktif dilakukan di tempat khusus. Untuk laboraorium tipe
C ketentuan ini dianjurkan.

 Pembagian daerah harus direncanakan sehingga tingkat aktiv


itas dan jenis radiasi yang berbeda dapat dipisahkan.

 Daerah kerja dengan zat radioaktif harus diberi tanda.


 Lantai dinding dan permukaan tempat kerja dibuat sedemikian
 sehingga mudah dibersihkan.

 Untuk laboratorium tipe C, lantai harus licin dan kuat, tahan serap
 dan mudah diganti (dilapisi) dengan polivinil khlorida atau linolium).
 Tempat kerja harus kuat dibebani penahan radiasi yang berat,
 mempunyai permukaan yang tahan serap, tahan asam dan basa.

 Untuk laboratorium tipe B, selain memakai ketentuan tipe B, tempat


 kerja tipe A harus direncanakan lebih sempurna dan dilengkapi
 dengan kotak bersarung tangan atau sistem tertutup sempurna
 lainnya.

 Untuk laboratorium tipe A, selain memakai ketentuan tipe B, tempat

 kerja tipe A harus direncanakan lebih sempurna dan dilengkapi


 dengankotak bersarung tangan atau sistem dan dilengkapi dengan
 kotak bersarung tangan atau sistem tertutup sempurna lainnya.
 Setiap tempat kerja dengan zat radioaktif dalam laboratorium
 tipe A, B, C harus dilengkapi dengan bak cuci yang memenuhi
 syarat sebagai berikut :

1. Permukaan halus, licin, tahan asam dan basa, tahan serap dan
◦ tidak berpori, dan tidak mudah pecah.
◦ 2) Untuk daerah pengendalian, dihubungkan langsung dengan
◦ pipa pembuangan utama, terpisah dari saluran pembuangan
◦ pada daerah pengawasan.
3) Konstruksi kran dapat dibuka dan ditutup dengan kaki, lutut
◦ dan siku.

 Laboratorium dilengkapi dengan perabot yang mudah dicuci.


 Perabot dan barang-barang yang memungkinkan penimbunan
 debu seperti laci, rak dan lampu gantung harus dibatasi jumlahnya.
 Tempat, ruang dan daerah kerja harus mempunyai penerangan
 yang cukup.

 Ventilasi harus direncanakan sebaik-baiknya bersama-sama


 dengan konstruksi gedung.

 Udara harus mengalir dari daerah pengawasan ke daerah


 pengendalian, dari daerah radiasi rendah ke daerah radiasi yang
 lebih tinggi, dan akhirnya dibuang ke luar setelah melalui sistem
 penyaringan.
 Penempatan lubang udara masuk atau keluar harus
 ada, sedemikian rupa sehingga kemungkinan
 perputaran kembali udara yang harus dibuang dapat
 dicegah.

 Lemari asap harus memenuhi syarat :


 1) Dapat membuang udara tanpa menimbulkan
tolakan udara;
 2) Kecepatan aliran udara dalam lemari asap harus
dapat diatur, sehingga dalam segala keadaan ud
ara tidak dapat keluar dari lemari asap ke tempat k
erja;
 3) Aliran gas, air dan knop listrik dapat diatur dari
bagian luar lemari.
 4) Bagian dalam lemari asap dan saluran udara ke
luar harus mudah dibersihkan.
Sterile room
negative pressure
filtered air

Injection
Laminar air room
flow cabinets

Work bench
Passage
Dispensation
negative pressure

Fume hood

Corridor
1B. Pengertian PET/CT, SPECT/CT

PET-CT (Positron Emission Tomogra


phy-CT) SPECT-CT (Single Proton E
missio Tomography-CT) modalitas hy
brid gabungan kamera dengan CT sc
an ke dalam alat yang memanfaatka
n sinar gamma untuk pencitraan fun
gsional dan molekuler,
1B. Pengertian PET/CT, SPECT/CT

 Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan R


epublik Indonesia Nomor 1249/Menkes/Pe
r/XII/2009, Pelayanan kedokteran nuklir d
engan menggunakan alat PET-CT hanya d
apat diselenggarakan di rumah sakit kelas
A atau rumah sakit kelas B, terutama ruma
h sakit yang ditetapkan sebagai rumah sak
it pendidikan
1C. Pengukuran lokasi yang akan dibangun dan
Peruntukan masing-masing ruangan
4D. Penentuan kapasitas/beban kerja pesawat
1F. Penentuan material shielding
2. Penilaian rencana kerja survey:

A. Pembuatan format penilaian


B. Penilaian denah daerah yang akan dis
urvei
C. Penilaian perencanaan peralatan yang
akan digunakan
D. Penilaian perencanaan waktu pelaksan
aan survey
E. Penilaian perencanaan pelaksanaan su
rvei
2A. Pembuatan format penilaian
Pemonitoran Daerah Kerja
 Harus dilakukan pengukuran laju dosis
 dan laju fluens, dengan memperhatikan
 sifat dan kualitas radiasi yang
 bersangkutan.
 Harus dilakukan pengukuran konsentrasi
 udara dan kontaminasi zat radioaktif
 pada permukaan persatuan luas, dengan
 memperhatikan sifat dan keadaan fisika
 serta kimia zat radioaktif tersebut.
Pemonitoran Perorangan
 Untuk semua pekerja radiasi, pemonitoran
 perorangan yang perlu dilakukan terdiri
 dari pemonitoran penyinaran eksterna
 dan/atau interna. Untuk pekerja radiasi
 kategori A, penentuan dosis perorangan
 harus dilakukan secara khusus.

 Jika tidak mungkin dilakukan atau tidak


 mencukupi, pada perkiraan yang
 berdasarkan dari hasil pengukuran pada
 pekerja radiasi lainnya atau dari hasil
 pemonitoran radiasi di daerah kerja

Hasil monitoring dilaporkan ke Bapeten


2B. Penilaian denah daerah yang akan
disurvei
 Daerah Pengawasan dapat dibedakan lebih lanjut
menjadi :

a. Daerah Radiasi Sangat Rendah, yaitu daerah


 kerja yang memungkinkan seseorang pekerja
 menerima dosis 1 mSv (100 mrem) atau lebih
 dan kurang dari 5 mSv (500 mrem) dalam
 satu tahun.
 b. Daerah Radiasi Rendah, yaitu daerah kerja
 yang memungkinkan seorang pekerja
 menerima dosis 5 mSv (500 mrem) atau lebih
 dan kurang dari 15 mSv (1500 mrem) dalam
 satu tahun untuk seluruh tubuh atau nilai
 yang sesuai terhadap organ tertentu.
 Daerah Pengendalian dapat dibedakan lebih lanjut
 menjadi :

 A.Daerah Radiasi, yang terdiri atas :

1. Daerah Radiasi Sedang, yaitu daerah kerja yang


memungkinkan seseorang yang bekerja secara tet
ap pada daerah itu menerima dosis 15 mSv (1500
mrem) atau lebih dan 50 mSv (5000 mrem) dalam
satu tahun untuk seluruh tubuh atau nilai yang ses
uai terhadap organ tertentu dari tubuh.

 2. Daerah Radiasi Tinggi, yaitu daerah kerja yang


memungkinkan seseorang yang bekerja secara tet
ap dalam daerah itu menerima dosis 50 mSv (5000
mrem) atau lebih dalam satu tahun atau nilai yang
sesuai terhadap organ tertentu dari tubuh.
 B. Daerah Kontaminasi, yang terdiri atas :
 1. Daerah Kontaminasi Rendah, yaitu daerah kerja d
engan tingkat kontaminasi yang besarnya lebih keci
l dari 0,37 Bq/cm2 (10-5uCi per cm2)untuk pemancar
alfa dan lebih kecil dari 3,7 Bq/cm2 (10-4 uCi per
cm2 ) untuk pemancar beta.
 2. Daerah Kontaminasi Sedang, yaitu daerah kerja d
engan tingkat kontaminasi radioaktif 0,37 Bq/cm2
(10-5 uCi per cm2) atau lebih tetapi kurang dari 3
,7 Bq/cm2 (10-4 uCi per cm2) untuk pemancar alfa d
an 3,7 Bq/cm2 (10-4 uCi per cm2) atau lebih tetapi
kurang dari 37 Bq/cm2 (10-3 uCi per cm2) untuk pem
ancar beta, sedangkan kontaminasi udara tidak mele
bihi sepersepuluh Batas Turunan Kadar zat radioakt
if di udara.
 3. Daerah Kontaminasi Tinggi, yaitu daerah kerja d
engan tingkat kontaminasi 3,7 Bq/cm2 (10-4 uCi per
cm2) atau lebih untuk pemancar alfa, dan 37 Bq/cm2
(10-3 uCi per cm2) atau lebih untuk pemancar beta,
sedangkan kontaminasi udara kadang-kadang lebih be
sar dari Batas Turunan Kadar zat radioaktif di uda
ra.
Laboratorium
2C/D. Penilaian perencanaan peralatan dan waktu
pelaksanaan survey
 Perlengkapan proteksi radiasi dan alat ukur radiasi
harus mempunyai unjuk kerja baik, yang dinyatakan d
engan pemeriksaan dan pengujian oleh tenaga ahli at
au instansi lain yang berwenang.
 a. Pemeriksaan secara teliti terhadap rencana
 pemasangan pelengkapan prokteksi radiasi alat
 ukur radiasi.
 b. Pemeriksaan kebenaran pemasangan baru dari segi

 proteksi radiasi.
 c. Pengujian berkala mengenai keefektifan teknik da
ri
 pelengkapan proteksi radiasi.
 d. Pengujian berkala terhadap kesesuaian dan
 kebenaran pemakaian alat ukur radiasi.
2E. Penilaian perencanaan pelaksanaan
survei
a. Hasil pemonitoran radiasi daerah k
erja yang digunakan untuk menentukan
dosis perorangan;
b. Catatan dosis radiasi perorangan;
c. Dalam hal penyinaran akibat kecela
kaan atau keadaan darurat, laporan me
ngenai keadaan kecelakaan tersebut da
n tindakan yang diambil.

Hasil dilaporkan ke Bapeten


3. Tindakan emergensi:

A. Pengenalan radiofarmaka, isotop


B. Pengamanan personal
C. Pengamanan alat
D. Pengamanan lingkungan
E. Pengukuran paparan radiasi
F. Pelaporan kejadian emergensi ke pimp
inan dan pihak yang berwenang
3A. Pengenalan radiofarmaka, isotop
Kategori Bobot Aktivitas

Bahaya Rendah < 50 MBq

Bahaya Sedang 50 – 50.000 MBq

Bahaya Tinggi > 50.000 MBq

Kelas Radionuklida weighting factor

A 75
Se, 89Sr, 125I, 131I 100

B 11
C, 13N, 15O, 18
F,51Cr, 67Ga, Tc,111In,
99m 113m
In, 1,00
123
I, 201Tl
C 3
H, 14C, 81mKr, 127Xe, 133Xe 0,01
Area Operasional Weighting factor
Penyimpanan / Storage 0,01

Waste handling, imaging room (no inj),


waiting area, patient bed area (diagnostic) 0,10

Local dispensing, radionuclide


administration,imaging room (inj.), simple 1,00
preparation, patient bed area (therapy)

Komplek Preparasi 10,0


3B. Pengamanan personal
Pengamanan personil merupakan sua
tu tindak pengamanan personil atau
perorangan agar tidak mendapatkan
dosis radiasi yang berlebih.
Persyaratan atau kualifikasi pers
onel, tugas, dan tanggung jawab pe
rsonel yang berkaitan dengan pengo
perasian suatu pelayanan pemantaua
n dosis eksterna perorangan harus
didokumentasikan
3C. Pengamanan alat

Pengamanan alat salah satunya dap


at dilakukan dengan cara :
◦ Periksa baterai
◦ Periksa sertifikasi kalibrasi
◦ Pelajari Pengoperasian dan pembacaan
3D. Pengamanan lingkungan
 Agar program keselamatan kerja pad
a suatu
 instalasi nuklir, tercapai maka
perlu dilakukan
 pembagian daerah atau lingkungan :

1. Daerah Pengawasan
a) Daerah Radiasi
b) Daerah Kontaminasi
2. Daerah Pengendali
3E. Pengukuran paparan radiasi
 Pengukuran paparan radiasi γ di Instalasi Nuklir dilakukan secara
 langsung menggunakan detektor paparan radiasi.

 Pengukuran dapat dilakukan pada permukaan sumber radiasi


 atau jarak tertentu dari sumber radiasi sesuai dengan keperluanny
a.

 Perlu diperhatikan adalah masa kalibrasi dari detektor tersebut.

 Kemampuan dari alat ukur paparan radiasi ini biasanya disesuaika


n
 besarnya paparan radiasi yang akan diukur. Biasanya dalam
 bacaan alat ukur tersebut terdapat untuk beberapa skala
 pengukuran, misalnya untuk skala pengukuran orde ηSv/jam,
 μSv/jam dan mSv/jam.
3F. Pelaporan kejadian emergensi ke
pimpinan dan pihak yang berwenang
1. Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua
ketentuan keselamatan kerja radiasi.
2. Memanfaatkan sebaik-baiknya peralatan keselamat
an radiasi yang tersedia,
3. Bertindak hati-hati, serta bekerja secara aman untuk
melindungi baik dirinya dan lingkungannya.
4. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan sekecil apa
pun kepada Petugas Proteksi Radiasi Kesehatan.
5. Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang didug
a akibat paparan radiasi internal, maupun eksterna
kepada pimpinan.
4. Penilaian rencana kerja survey:

A. Validasi metode untuk estimasi aktivit


as
B. Kuantifikasi aktivitas SPECT kalibras
i dan evaluasi
C. Phantom experiment
4A. Validasi metode untuk estimasi aktivasi

Dosis radiasi (D) untuk berbagai


organ tergantung pada jumlah aktiv
itas (A) yang terakumulasi pada or
gan pada bentuk, ukuran, densitas
organ dan energi dan tipe radiasi
dengan perkalian S merupkan faktor
koreksi berdasar karakteristik rad
iofarmaka dari organ yang dituju.
Dengan rumus sebagai berikut :

D = A x S
 Metode MIRD (Medical Internal Radiation D
ose) memisahkan perhitungan dosis menjadi
dua komponen dasar: faktor fisik yang ber
hubungan dengan radiasi dan fraksi energi
yang teradiasi oleh aktivitas tersimpan y
ang diserap oleh jaringan, dan faktor-fak
tor biologis yang berasal dari fisiologis
berbasis model biokinetik dari radionukli
da.
 Fraksi energi radiasi yang diserap oleh t
arget jaringan dihitung dengan aplikasi m
etode MonteCarlo untuk interaksi foton. P
ersamaan untuk menghitung dosis dengan si
stem MIRD adalah:

rkmerepresentasikan daerah target dan r h m


erepresentasikan daerah sumber.
4B. Kuantifikasi aktivitas SPECT kalibrasi dan evaluasi

Frekuensi Prosedur

Harian Verifikasi spektrum jendela energi, Uji Flood Uniformity

Mingguan Uji COR, Uji Resolusi Citra, Uji Cacah Background

Bulanan Uji Keseragaman Kolimator

Insindental Kalibrasi Autogain, Kalibrasi COR, Flood Calibration


Prosedur Evaluasi
Semua puncak energi harus di
Verifikasi spektrum jendela energi
tengah

integral dan differensial uniformity


dengan UFOV adalah 4,5% -
Uji Flood Uniformity
5%. Bila nilai uniformity melebihi
8% perlu dilakukan perbaikan

Uji Cacah Background Sensivitas < 10 %


Uji Resolusi Citra FWHM adalah 1,75B
Uji COR ± 2 mm
< 2 % perbedaan kerapatan
Uji Keseragaman Kolimator
cacahan yang
B adalah bar yang paling kecil yang dapat dipisahkan/
masih dilihat.
RECOM
ENDATI
ON
QUALIT
Y
CONTR
OL
FOR
SPECT
4C. Phantom experiment

 Kegunaan Phantom antara lain :


 Evaluasi uji performa sistem dengan parameter antara lain
kolimator, artifact, kalibrasi dan rekonstruksi
 Tes Penerimaan (Acceptance testing)
 Pemeriksaan rutin Quality assurance danQuality control
 Evaluasi kesalahan center-of-rotation (COR) / pusat rotas
i
 Evaluasi artifact non uniformity
 Evaluasi perubahan jarak rotasi pada resolusi spasial
 Evaluasi filter rekonstruksi pada resolusi spasial
 Evaluasi kompensasi dari hamburan dan atenuasi
 Evaluasi sensitivitas volume pada slice tunggal
 Evaluasi sensitivitas volume sistem
 Pendeteksian Lesi
 Fantom SPECT terdapat dua model yaitu Fantom Deluxe untuk
kamera Resolusi Tinggi Phantoms / high resolution cameras
. Fantom Standard untuk kamera resolusi rendah/ lower res
olution cameras.
5. Pengelolaan limbah radioaktif :

A. Klasifikasi limbah radioaktif


B. Karakteristik limbah radioaktif
C. Administrasi perijinan pengelolaan l
imbah radioaktif
D. Teknik Pengelolaan limbah radioaktif
5A. Klasifikasi Limbah Radioaktif

1. Padat
o Tissue, kertas merang, spuilt, need
le, vial dll
2. Cair
o Veces, Urine pasien
5B. Karakteristik Limbah Radioaktif
1 Padat
◦ Ditempatkan pada kontainer selama 3
bulan sebelum masuk incenerator (pem
bakaran)
2 Cair
o Ditaruh disapti tank sampai paparan
di bawah ambang batas
5C. Adm Perijinan Pengelolaan Limbah
Radioaktif

 Tidak ada  kadar Ra sudah rendah saat di


 tempatkan di kontainer atau septi tank
5D. Teknik Pengelolaan limbah radioakti
f
Ruang penyimpanan sementara limbah ra
dioaktif sebagaimana dimaksud dalam P
asal 70 ayat (1) huruf i dan Pasal 71
huruf h harus:
a. terkunci dan diberi ventilasi;
b. terpasang tanda Radiasi; dan
c. tersedia kontener yang tepat untuk
 memisahkan limbah berdasarkan j
enisnya.
Containers for Radioactive Waste

Several containers should be available


in order to segregate the waste at
the point of origin (radionuclides, half-lives,
glass, paper, syringes etc.)
6. QA/QC:

A. Pesawat kedokteran nuklir advance bu


lanan
B. Radioisotop
6A. Pesawat Kedokteran Nuklir advance
bulanan
1. Sistim Mekanik
2. Uniformitas dan sensitivitas det
ector secara kuantitatif
3. Uji fungsi system keselamatan da
n mekanik
4. Uji detector
5. Pengecekan resolusi spasial
6. Penentuan koreksi Atenuasi
7. Penentuan respon laju cacah
6B. Radioaktif
1. Pemeriksaan fisika  Geiger Mul
ler dan γ scintillation-counter
.
2. Pemeriksaan kimia kromatografi
kertas maupun lapis tipis, elekt
roforesis kertas dan dialysis.
3. Pemeriksaan biologi uji steril
itas, pemeriksaan pirogen, dan p
emeriksaan toksisitas.
Referensi
AAPM Task Group 108: PET and PET/CT
Shielding Requirements
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
IndonesiaNomor 008/Menkes/Sk/I/2009
Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
Nuklir Di Sarana Pelayanan Kesehatan
Siegel, Jeffry A. II. , 2001,Society
of Nuclear Medicine, SNM, USA
IAEA, 2009, Quality assurance for SP
ECT systems. Human Health Series No
6. Vienna : International Atomic Ene
rgy Agency, 2009
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
 Indonesia Nomor1249/Menkes/Per/XII/
 2009 Tentang Penyelenggaraan
 Pelayanan Kedokteran Nuklir Dengan
 Menggunakan Alat Pet-ct Di Rumah Sakit

 Peraturan Kepala Badan Pengawas


 Tenaga Nuklir Nomor 17 Tahun 2012
 TentangKeselamatan Radiasi Dalam
 Kedokteran Nuklir Keputusan Kepala
 Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor :
 02/Ka-BAPETEN/V-99 Tentang Baku
 Tingkat Radioaktivitas di Lingkungan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai