obliterasi progresif saluran bilier ekstrahepatik. • Kejadian atresia bilier 1:8000 - 1:18000 kelahiran hidup. Atresia Bilier dibagi 2 kelompok yakni, Atresia Bilier terisolasi (perinatal). 85-90% (minggu ke 2-8 pasca lahir), (Janin) pasien yang mengalami situs inversus atau polysplenia/asplenia dengan atau tanpa kelainan kongenital.10-35% kasus (diketahui < 2 minggu pasca lahir) Suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu. ◦ proses inflamasi yang berkepanjangan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga terjadi hambatan aliran empedu (kolestasis), akibatnya di dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan bilirubin direk USA sekitar 1:15.000 kelahiran, dan didominasi oleh pasien berjenis kelamin wanita. kulit hitam 2x lipat : bayi ras kulit putih perempuan> laki-laki Sistem bilier ekstrahepatik dibentuk oleh: 1. Vesica Fellea fundus, corpus dan collum Ductus Cysticus Ductus Hepaticus Ductus Choledochus ◦ 1. pada tepi bebas ligamentum hepatoduodenale, sedikit di sebelah dextro-anterior a.hepatica communis dan vena portae. ◦ 2. sebelah dorsal pars superior duodeni ◦ 3. Bagian caudal yang terletak di bagian dorsal caput pancreatik 1. Menyimpan empedu. 2. Konsentrasi empedu. 3. Mekanisme kontrol. Teori dasar yang berkembang adalah kesalahan embryogenik yang menetap pada oklusi bilier cabang ekstrahepatik. Genetik : kelainan kromosom trisomi 17,18 dan 21; serta terdapatnya anomali organ pada 10 – 30% kasus atresia bilier. Proses inflamasi yang merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi. Anamnesis - ikterus yang bisa muncul segera atau beberapa minggu setelah lahir, - urin yang menyerupai teh pekat dan feses warna dempul. Hepatomegali Splenomegali Ikterus yang memanjang pada neonatus, lebih dari 2 minggu Ada kemungkinan terjadi kelainan kongenital lain seperti penyakit jantung bawaan, LABORATORIUM alkaline phosphatase (AP), 5' nucleotidase, gammaglutamyl transpeptidase (GGTP), serum aminotransferases serum asam empedu Ultrasonography / Color Doppler Ultrasonography Hepatobiliary scintiscanning (HSS) Magnetic Resonance Cholangiography (MRC) Cholangiography Intraoperatif Biopsi hati perkutaneus inflamasi aktif yang disertai degenerasi duktus biliaris, suatu reaksi inflamasi kronik yang disertai proliferasi elemen duktus dan glandular serta fibrosis Kista koledukus kolilitiasis Terapi medikamentosa Memperbaiki aliran hati terutama asam empedu ( asam itokolat), dengan memberikan : Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis per oral. Kolestiramin 1 gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai jadwal pemberian susu. Kolestiramin memotong siklus enterohepatik asam empedu sekunder. Melindungi hati dari zat toksik dengan memberikan : Asam ursodeoksikolat, 8-12mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis peroral. Pemberian makanan yang mengandung medium chain triglycerides (MCT) seperti lemak mentega, minyak kelapa, dan lainnya. Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak. Non medikamentosa Konsultasi Evaluasi kolestasis neonatal dapat dilakukan di pelayanan kesehatan primer dengan bergantung pada rehabilitasi temuan laboratorium. Terapi Bedah Indikasi : Bila feses tetap akolik dengan bilirubin direk> 4 mg/dl atau terus meningkat, meskipun telah diberikan fenobarbital atau telah dilakukan uji prednison selama 5 hari. Gamma-GT meningkat > 5 kali (normal) Tidak ada defisiensi alfa-1 antitripsin Pada sintigrafi hepatobilier tidak ditemukan ekskresi ke usus. Transplantasi hepar Indikasi - Atresia bilier tipe III - Yang telah mengalami sirosis - Kualitas hidup buruk, dengan proses tumbuh kembang yang sangat terhambat - Pasca operasi portoenterostomi yang tidak berhasil memperbaiki aliran empedu Angka kelangsungan hidup jangka panjang pada anak penderita Atresia Bilier yang telah mengalami portoenterostomy adalah 47-60% dalam 5 tahun dan 25-35% dalam 10 tahun.