Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai pigmen, oxyhaemoglobin


(dalam darah) dan karoten,1 namun yang paling berperan adalah pigmen
melanin.2,3 Pada penyakit kelainan pigmentasi, sebagian besar diakibatkan oleh
gangguan pada melanosit. Kelainan pigmentasi dapat berupa hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi.1
Melasma, yang dalam bahasa Yunani berarti warna hitam, 3 merupakan
hipermelanosis kutaneus yang ditandai dengan makula hiperpigmentasi pada area
wajah yang terpajan sinar matahari.2,4,7 Namun kadang-kadang dapat dijumpai
pada leher dan lengan atas.3-6
Melasma, yang juga dikenal dengan nama kloasma atau mask of
pregnancy,1-3,6 memiliki lesi berupa makula yang tidak merata berwarna coklat
2,3,5
muda sampai coklat tua. Pada melasma umumnya didapatkan lesi yang
simetris.1,2,4,7 Hal tersebut dapat digunakan untuk membedakan dengan penyakit
hiperpigmenasi kutaneus yang lain.4
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama2,4,5, karena
melasma bersifat kronis residitif.2,4 Kontrol yang teratur serta kerja sama yang
baik antara penderita dan dokter yang menanganinya.2,4 Terapi melasma bertujuan
untung mencegah perluasan melasma, mencegah atau mengurangi tingkat
keparahan, mengurangi area yang terkena, memperbaiki kerusakan kosmetik, dan
mempersingkat waktu penyembuhan dengan efek samping yang lebih sedikit. 5
Penggunaan tabir surya dapat membantu melindungi kulit dari sinar UV
sedangkan pengobatan topikal efektif untuk mempercerah kulit yang mengalami
melasma1,2,4,6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

1
Melasma, yang dalam bahasa Yunani berarti warna hitam, 3
merupakan hipermelanosis kutaneus yang ditandai dengan makula
hiperpigmentasi pada area wajah yang terpajan sinar matahari. 2,4,7 Namun
kadang-kadang dapat dijumpai pada leher dan lengan atas.3-6
Melasma, yang juga dikenal dengan nama kloasma atau mask of
pregnancy,1-3,6 memiliki lesi berupa makula yang tidak merata berwarna coklat
2,3,5
muda sampai coklat tua. Pada melasma umumnya didapatkan lesi yang
simetris.1,2,4,7 Hal tersebut dapat digunakan untuk membedakan dengan
penyakit hiperpigmenasi kutaneus yang lain.4

II. EPIDEMIOLOGI
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang tinggal di
daerah tropis.2 Wanita dengan tipe kulit yang lebih gelap, yaitu Latin, Afrika-
Amerika, Afrika-Karibia dan Asia memiliki insidens terbanyak.4-6
Tidak hanya wanita, melasma juga biasa didapatkan pada pria
(10%)2,4,6. Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria yaitu 24 : 1.
Terutama tampak pada wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena
pajanan sinar matahari. Insidens terbanyak pada usia 30-44 tahun.2

III. ETIOPATOGENESIS
Belum ada teori yang dapat menjelaskan secara pasti bagaimana
patogenesis dari penyakit melasma8,9. Beberapa hal yang sering dikaitkan
dengan penyakit melasma antara lain adalah pengaruh sinar matahari,
kehamilan, penggunaan hormon kontrasepsi dan kosmetik10.
Peningkatan produksi melanosom karena hormon maupun karena sinar
ultra violet. Kenaikan melanosom ini juga dapat disebabkan karena bahan
farmakologik seperti perak dan psoralen. Penghambatan dalam Malphigian
cell turnover, keadaan ini dapat terjadi karena obat sitostatik.2
Radiasi sinar ultraviolet memberikan stimulus terhadap peningkatan
aktifitas melanosit. Hal ini juga menjelaskan bahwa para pasien melasma
adalah orang-orang yang tinggal di daerah dengan paparan sinar matahari
cukup tinggi atau saat musim panas9,11. Jika dikaitkan dengan aktifitas maka hal
ini menjadi penting. Umumnya penderita melasma hipersensitivitas terhadap

2
radiasi sinar ultraviolet sehingga paparan yang singkat terhadap matahari dapat
menyebabkan hiperpigmentasi11.
Estrogen diduga dapat menyebakan melasma hal ini terlihat timbulnya
melasma pada saat kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, dan hormone
replacement theraphy (HRT) pada wanita post menopause. 12

IV. GAMBARAN KLINIS


Gambaran klinis kasus melasma pada dasarnya cukup mudah dikenali.
Di antaranya lesi kulit berupa makula hiperpigmentasi berwarna cokelat
terkadang dapat sampai berwarna hitam dengan batas jelas, irregular dan
biasanya simetris Bagian wajah yang terkena biasanya daerah pipi, hidung, dan
mulut bagian bawah9.

Gambar 1: Melasma (dikutip dari kepustakaan 4)

Berdasarkan gambaran klinisnya, melasma dapat diklasifikasikan


menjadi2:
1) Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial,
bawah hidung, serta dagu (63%)
2) Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
3) Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%)

V. DIAGNOSIS

3
Diagnosis melasma didasarkan atas anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis yang akurat. 9

A. Anamnesis
Dari anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis
secara tepat terutama untuk menggali segala hal terkait dengan pasien.
Anamnesis yang dapat mendukung penegakan diagnosis melasma9,11,13 :
a. Pasien wanita dengan kisaran umur 30-40 tahun
b. Pasien dengan riwayat kehamilan berulang
c. Pasien dengan penggunaan oral kontrasepsi
d. Pasien yang memiliki aktifitas yang sering berpaparan dengan sinar
matahari secara langsung
e. Lesi timbul setelah berminggu-minggu dan semakin terlihat saat
kontak dengan sinar matahari
f. Pasien dengan riwayat penggunaan kosmetik
g. Pasien wanita menopause yang sedang menjalani terapi hormon
B. Pemeriksaan Fisik
Lesi yang khas dari melasma ialah makula hiperpigmentasi pada wajah.
Terkait luas, warna dan intensitas bergantung pada fototipe kulit mana
yang terkena. Biasanya simetris. Daerah yang paling sering terkena seperti
pipi, hidung, dan bibir bagian bawah dan dagu. Namun ada juga ditemukan
dalam presentase lebih kecil di daerah malar dan mandibular9.

C. Pemeriksaan penunjang
Dalam pemeriksaan histopatologik terdapat 2 tipe hipermelanosis2 :
a. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan
suprabasal, kadang-kadang di seluruh stratum spinosum sampai stratum
korneum; sel-sel yang padat mengandung melanin adalah melanosit,
sel-sel lapisan basal, dan suprabasal, juga terdapat pada keratinosit dan
sel-sel stratum korneum.
b. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah
dalam dermis bagian atas dan bawah; pada dermis bagian atas terdapat
fokus-fokus infiltrat.
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan ialah pemeriksaan lampu
wood. Pemeriksaan ini bertujuan menspesifikkan suatu keadaan melasma
yang akan menentukan seperti apa bentuk penanganannya.13

4
Adapun bentuk pengklasifikasian setelah pemeriksaan lampu wood adalah
sebagai berikut9,13 :

Tabel 1. Klasifikasi melasma

Tipe Melasma Gambaran klinis


Epidermal - Berbatas jelas
- Berwarna cokelat tua
- Terlihat lebih jelas dibawah
sinar
- Memberikan respon yang baik
terhadap pengobatan
Dermal - Batas tidak jelas
- Berwarna cokelat terang
- Tidak berubah di bawah sinar
- Memberikan respon yang buruk
terhadap pengobatan
Mixed - Kombinasi antara warna cokelat
tua dan cokelat muda
- Pengobatan hanya berdampak
pada sebagian saja
(Dikutip dari kepustakaan 13)
VI. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari melasma meliputi kelainan kelainan pada
pigmen.4,15

Riehls melanosis yakni memiliki gambaran histopatologi infiltrat
inflamasi pada bagian epidermis-dermis dan infiltrat perivaskular
limfositik yang disertai dengan gangguan inflamasi.4,23 Pigmentasi bercak
berwarna coklat muda sampai coklat tua terutama di dahi, malar, belakang
telinga dan sisi leher serta tempat-tempat yang sering terkena sinar
matahari.2,23

5
Gambar 2: Riehls Melanosis (dikutip dari kepustakaan 21)

Horis macules, memperlihatkan pigmen dermal seperti bintik-bintik atau


pigmentasi wajah yang berwarna coklat-kebiruan atau keabu-abuan yang
ditemukan umumnya pada wanita Asia.4 Bilateral nevus Ota yang
berhubungan dengan ocular dan mukosal melanosit.4,23

Gambar 3: Bilateral nevus of ota like macules (Horis nevus) (dikutip dari
kepustakaan 17)

Postinflammatory hyperpigmentation (PIH), pada umumnya pasien datang


dengan keluhan utama berupa bercak hitam, bintik hitam, perubahan
warna kulit dan noda. Pasien dengan PIH mempunyai riwayat klinikal atau
subklinikal atau riwayat trauma kutaneus inflamasi. PIH ialah hasil dari
respon patofisiologi dari inflamasi kutaneus seperti akne, dermatitis
atopik, liken planus, dan psoriasis.4,16,19

6
Gambar 4: Postinflammatory hyperpigmentation (PIH) (dikutip dari
kepustakaan 19)

Eythema dyschromicum perstans (ashy dermatosis), dermatosis yang


berwarna abu-abu mulai muncul pada dekade pertama dan kedua dan
terjadi juga pada area yang terlindungi dan tak terlindungi. 4,18 Hampir
terbatas pada ras campuran di Amerika Latin. 10,18

Gambar 5: Eythema dyschromicum perstans (ashy dermatosis) (dikutip dari


kepustakaan 18)

Minocycline pigmentation, pigmentasi terjadi dalam jangka lama, terutama


pada daerah jaringan parut. Pada pemeriksaan hitopatologik ditemukan
granula berwarna coklat kehitaman yang diduga mengandung besi dan
kalsium. 2, 4

7
Gambar 6: Minocycline pigmentation (dikutip dari kepustakaan 20)


Ephelid
Makula hiperpigmentasi berwarna coklat terang yang timbul pada kulit
yang sering terkena sinar matahari. Dan pada musim panas jumlahnya
akan bertambah lebih besar, dan gelap. 2,10,14,23

Gambar 7. Ephelid (dikutip dari kepustakaan 22)



Senile lentigo
Senile lentigo muncul hampir sama banyaknya baik pada pria dan wanita
paruh baya atau lansia. Bercak coklat berbentuk lingkaran dengan ukuran
yang bervariasi terjadi pada wajah, punggung tangan, dan bagian ekstensor
dari lengan yang terpapar sinar matahari.2,23

VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan melasma memIliki respon yang cukup lama, kontrol yang
teratur serta kerja sama yang baik antara penderita dan dokter yang
menanganinya.2,4,13
Penatalaksanaan melasma meliputi:
a. Pencegahan
1. Meminimalisir paparan sinar UV
Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab dari
hiperpigmentasi.2,15 Pasien sebaiknya menggunakan spektrum luas,
high SPF sunscreens dan meminimalkan paparan sinar matahari
sehari-harinya.9,10,13 Sunscreens yang direkomendasikan untuk di
3,4
gunakan ialah yang dapat melindungi dari sinar UVA dan UVB.
Penderita diharuskan menghindari pajanan langsung sinar ultra violet
terutama antara pukul 09.00-15.00. 2,4
2. Meminimalisir efek hormonal

8
Baik pil oral kontrasepsi dan HRT mempunyai peran dalam
perkembangan melasma. Sebagai tambahannya, riwayat medikasi
diperlukan untuk mengidentifikasi substansi-substansi yang memiliki
hormone-like activity seperti suplemen-suplemen antiaging dan krim
pharmacy-compounded yang digunakan untuk mengurangi gejala-
gejala dari menopose.2,4
b. Pengobatan
1. Pengobatan Topikal
o Hidrokuinon
Hidokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% untuk terapi
melasma.2,15 Hindrokuinon menghambat konversi dari dopa
3,15
terhadap melanin dengan menghambat aktifitas dari tirosinase.
Efek sampingnya adalah dermatitis kontak iritan atau alergik.2,15
o Asam retinoat
Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan
atau terapi kombinasi. Krim tersebut juaga dipakai pada malam
hari karena pada siang hari dapat terjadi fotodegradasi. 2,4
o Asam azeleat
Pengobatan dengan asam azaleat 20% selama 6 bulan memberikan
2,3
hasil yang baik. Efek sampingnya berupa rasa panas, gatal dan
eritema ringan. 2, 13, 15
o Asam glikolik (Glycolic Acid)
Asam glikolik berperan untuk menurunkan pigmen dengan banyak
mekanisme termasuk thinning stratum korneum, meningkatkan
epidermolisis, meningkatkan sintesis kolagen di lapisan basal dari
epidermis, dan meningkatkan sintesis kolagen di dermis. Iritasi
ringan merupakan efek umum dari pemakaian obat ini3,15.
2. Pengobatan sistemik
o Asam askorbat/vitamin C
Vitamin C memiliki efek merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan
mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon
menjadi DOPA.2,3
3. Tindakan Khusus
o Pengelupasan Kimiawi (Chemical Peels)

9
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan
hiperpigmentasi. Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan
mengoleskan asam glikolat 50-70% selama 4 sampai 6 menit,
setiap 3 minggu selama 6 kali. Sebelum dilakukan pengelupasan
kimiawi diberikan krim asam glikolat 10% selama 14 hari2,13,15.
o Bedah Laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-switch Ruby dasn Laser
Argon, kekambuhan dapat juga terjadi.2,3
o Dermabrasi
Dermabarasi merupakan teknik membentuk permukaan kulit
sehingga lebih rata dan halus dengan cara membuang lapisan kulit
paling atas. Harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat
merusak melanosit yang dimana dapat meningkatkan produksi
pigmen dan menggelapkan melasma.3,13

VIII. PROGNOSIS
Biasanya melasma menetap selama beberapa tahun. Melasma yang
berkaitan dengan kehamilan akan menetap selama beberapa bulan setelah
melahirkan dan melasma yang berkaitan dengan pengobatan hormonal akan
menetap dalam periode yang panjang setelah berhenti mengkonsumsi
kontrasepsi oral. 5,9

BAB 3
KESIMPULAN

Melasma adalah hipermelanosis yang simetris berupa makula yang


berwarna coklat muda sampai coklat tua dan yang terdapat pada daerah daerah

10
yang terpajan sinar ultra violet. Melasma merupakan hipermelanosis yang berupa
makula yang tidak teratur, dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas
bibir, hidung, dagu, leher dan lengan.
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui pasti. Faktor kausatif
yang dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah sinar ultra violet,
hormon, obat, genetik, ras, dan kosmetika.
Klinis melasma berupa makula berwarna coklat, abu abu atau dapat juga
biru menyatu membentuk bercak bercak dan tepi irregular. Berdasarkan
gambaran klinis, bentuk melasma terbagi dalam tiga bentuk mayor yaitu, pola
sentro fasial, pola malar, dan pola mandibular.
Diagnosis melasma dapat ditegakkan melalui gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lampu Wood, histopatologis dan
mikroskop elektron. Diagnosis banding melasma antara lain lentigo, dan efelid
(freckles).
Pengobatan dan perawatan kulit pada penderita melasma harus dilakukan
secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronik residif.
Pengobatan pada melasma termasuk diantaranya upaya pencegahan
dengan menghindari pajanan langsung sinar ultra violet, pemakaian tabir suria
secara tepat, menghindari faktor pencetus. Pengobatan topikal berupa hidroquinon
(HQ), Asam Retinoat, Asam Azeleat, dan Asam Glikolik. Pengobatan sistemik
berupa Vitamin C dan glutation. Dan tindakan khusus berupa pengelupasan
kimiawi, bedah laser, dan dermabrasi.
Prognosis melasma pada umumnya baik jika ditangani secara adekuat dan
tergantung faktor penyebabnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Grawkrodjer DJ. Pigmentation. In: Dermatology an Illustrated Colour Text.


3rd ed. British: Crurchill Livingstone; 2002: p.70-1
2. Soepardiman L. Kelainan Pigmen. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2007. p.289-95

11
3. Damoa AS, Lambert WC, Schwartz RA. Melasma: Insight into a distressing
dyschromia. Aesthetic Dermatology. 2006; 8(1): p.1-6
4. Roberts WE. Melasma. In: Kelly AP, Taylor SC, editors. Dermatology for
Skin of Colour. New York: McGraw-Hill; 2009. p.332-6
5. Salim A, Rengifo-Pardo M, Vincent S, Cuervo-Amore LG. Melasma. In:
Williams H, Bigby M, Diepgen T et al, editors. Evidence-based Dermatology.
London: BMJ Books. 2003. p. 552-67
6. Bleehen SS, Anstey AV. Disorders of Skin Colour. In: Burns T, Breathnach S,
Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 7th ed.
Massachusetts : Blackwell. 2004. p. 39.40
7. Kim EH, Kim YC, Lee ES, Kang HY. The Vascular Characteristics of
Melasma. Journal of Dermatological Science. 2007; 46: p.111-6
8. Laperee H, Boone B, Schepper SD et al. Hypomelanoses and
Hypermelanoses. In: Armando A, James ST, Apra S, editors. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill; 2008.
p.622
9. Wolff K, Richard AJ. Melasma. In Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis Of
Clinical Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill; 2005. p.344-6
10. Stery W, Paus R, Burgdorf W. Brown Hyperpigmentation. In: Thieme
Clinical Companions Dermatology. 5th ed. New York: Georg Thieme Verlag;
2006. p.379-80
11. Savin JA. The Skin and Systemic Disease Genetics and Skin Disease. In:
Buxton PK, editor. ABC Of Dermatology. 4th ed. London: BMJ Books; 2003.
p.76-77
12. James WD, Berger TD, Elston DM. Disturbances of Pigmentation. In:
Andrews Diseases of The Skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada:
Elsevier; 2006. p.854-5
13. Anonim. Melasma. [Online]. 2010. [cited 2011 January 18]. Available from:
http://dermnetnz.org/colour/melasma.html
14. Habif, TP. Disorders of Hyperpigmentation. In: Clinical Dermatology - A
Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4thed. Philadelphia: Mosby; 2004.
p.691-3

12
15. Lynde CB, Kraft JN, Lynde CW. Topical Treatments for Melasma and
Postinflammatory Hyperpigmentation. In: Maddin S, editor. Skin Therapy
Letter. 2006.11(9). P.1-4
16. Heath CR, Taylor SC. Postinflammatory Hyperpigmentation. In: Kelly Ap,
Taylor SC, editors. Dermatology for Skin of Colour. New York: McGraw-
Hill; 2009. P. 338
17. Lim JTE, Chan YC. Common Skin Disease and Treatment in Asia. In: Kelly
AP, Taylor SC, editors. Dermatology for Skin of Colour. New York: McGraw-
Hill; 2009. P. 615-617
18. Anonym. Erythema Dyschromicum Perstans. In: Bolognia JL, Jorizzo JL,
Rapini RP et al, editors. Dermatology. 2nd ed. London: Elsevier; 2008
19. Schwartz RA, Kihiczak NI. Postinflammatory Hyperpigmentation.[online].
2010 June 25. [cited 2011 Jan 22]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1069191-overview
20. Anonym. Minocycline Pigmentation Photo. [online]. 2011. [cited 2011 Jan
22]. Available from: http://www.dermnet.com/Minocycline-
Pigmentation/picture/4431
21. Anonym. Riehl Melanosis. [online]. 2010. [cited 2011 Jan 22]. Available
from: http://dermaamin.com/site/atlas-of-dermatology/17-r/1078-riehls-
melanosis-.html

22. Anonym. 2-freckle or ephelid. [online]. 2008 Jan 2. [cited 2010 May 20].
Available from: http://ourdermatology.blogspot.com/2008/01/2-freckle-or-
ephelid.html
23. Anonym. Disorder of skin colour. In: Shimizu H, editor. Shimizus Text Book
of Dermatologi. Hokkaido: Hokaido Publisher; 2007. P. 266-69

13

Anda mungkin juga menyukai