Anda di halaman 1dari 65

KARS

Gambaran Umum
 Nation political commitment 189 negara 
Indonesia menandatangani kesepakatan
pembangunan MDGs (tahun 2000)
 Tujuan mempercepat pembangunan
manusia dan pemberantasan kemiskinan
8 MISI MDGs
8 MISI MDGs
Sasaran MDGs terkait
Standar Akreditasi Baru
Sasaran I :
Penurunan angka kematian bayi dan Peningkatan
kesehatan ibu
Sasaran II:
Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
Sasaran III:
Penurunan angka kesakitan TB
Penurunan angka kematian bayi
dan peningkatan kesehatan ibu
Penurunan angka kematian bayi dan
peningkatan kesehatan ibu

Standar SMDGs I
Rumah sakit melaksanakan PONEK

Maksud dan Tujuan


Proses persalinan dan perawatan bayi harus
dilakukan dalam sistem terpadu dalam bentuk
pelayanan obstetrik dan neonatus emergensi
komprehensif (PONEK) di rumah sakit dan
pelayanan obstetrik dan neonatus dasar
(PONED) di Puskesmas
Langkah – langkah PONEK

1. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan


perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna
2. Mengembangkan kebijakan dan SPO sesuai dengan
standar
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
bayi termasuk kepedulian terhadap ibu dan bayi.
4. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam
melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan
neonatus termasuk pelayanan kegawat daruratan
(PONEK 24 Jam)
Langkah – langkah PONEK
5. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan
pembina teknis dalam pelaksanaan Inisisasi Menyusui
Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif
6. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat
rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi sarana
pelayanan kesehatan lainnya.
7. Meningkatkan fungsi Rumah Sakit dalam Perawatan
Metode Kangguru (PMK) pada bayi BBLR.
8. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi
(RSSIB) 10 langkah menyusui dan peningkatan
kesehatan ibu
Elemen Penilaian SMDG I

1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana


PONEK
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam program
PONEK termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan PONEK
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim PONEK Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan teknis Tim PONEK sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan PONEK pada rumah
sakit sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa – Bangsa pada
tahun 2000 disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan
tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan
kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu :

1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga
dari AKB pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup.
2. Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari AKI
pada tahun 1990 dari 307 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup.
PENGERTIAN
Rumah Sakit PONEK 24 Jam adalah Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan
neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam.
VISI
Pada tahun 2015 tercapai Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals) yaitu :

 Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua pertiga


dari AKB pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran
hidup
 Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari AKI
pada tahun 1990 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup
MISI
Menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal yang
bermutu melalui standarisasi Rumah Sakit PONEK 24 jam,
dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi di indonesia
TUJUAN
1. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan PONEK.
2. Terbentuknya Tim PONEK Rumah Sakit.
3. Tercapainya kemampuan teknis Tim PONEK sesuai standar.
4. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola dan
penanggung jawab program pada tingkat kabupaten / kota,
propinsi, dan pusat dalam manajemen program PONEK.
FUNGSI RUMAH SAKIT
1. Pelayanan
Rumah Sakit harus dapat menangani kasus rujukan yang tidak mampu
ditangani oleh petugas kesehatan di tingkat pelayanan primer (dokter,
bidan, perawat).
2. Pendidikan
Rumah Sakit harus terus menerus meningkatkan kemampuan baik
petugas rumah sakit, luar rumah sakit maupun peserta pendidikan tenaga
kesehatan sehingga mampu melakukan tindakan sesuai dengan standar
dan kewenangannya untuk menyelesaikan kasus darurat.
3. Penelitian
Rumah Sakit harus mempunyai program evaluasi kinerja baik rumah sakit
maupun wilayah kerja dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan
bayi baru lahir.
MONITOR DAN EVALUASI KINERJA
1. Fasilitas fisik
2. Kinerja kelompok kerja di unit gawat darurat, kamar bersalin,
kamar operasi (harus mampu dilakukan operasi dalam waktu
kurang dari 30 menit, setelah diputuskan), dan kamar neonatal
3. Case Fatality Rate, angka kematian penyakit yang harus menurun
setiap tahun dengan percepatan 20 %
4. Angka rasio kematian ibu harus (< 200/100.000 kelahiran hidup),
rasio kematian perinatal (<20/1000 kelahiran hidup) di rumah sakit
PONEK RUMAH SAKIT
1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal Fisiologis
2. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal dengan risiko tinggi
3. Pelayanan Kesehatan Neonatal
4. Perawatan Intensif Neonatal
KRITERIA RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM
A. KRITERIA UMUM RUMAH SAKIT PONEK
 Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus
emergensi baik secara umum maupun emergency obstetrik-
neonatal
 Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim
PONEK di rumah sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawat-
daruratan obstetrik dan neonatus
 Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan
penanganan pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal
 Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan
obstetrik dan neonatal
 Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu
 Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, di
kamar bersalin kurang dari 30 menit, pelayanan darah kurang
dari 1 jam
 Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk
melakukan operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik atau
umum
 Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau
melaksanakan tugas sewaktu-waktu, meskipun on call
 Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK,
antara lain dokter kebidanan, dokter anak, dokter/petugas
anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis lain serta dokter
umum, bidan dan perawat
 Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam
 Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam
PONEK, seperti Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam, obat
dan alat penunjang yang selalu siap tersedia
PENURUNAN ANGKA
KESAKITAN HIV/AIDS
PENURUNAN ANGKA
KESAKITAN HIV/AIDS

Standar SMDGs II
Rumah sakit melaksanakan Penanggulangan
HIV/AIDS sesuai pedoman rujukan ODHA

Maksud dan Tujuan


kemudahan akses bagi ODHA untuk mendapatkan
layanan pencegahan, pengobatan, dukungan dan
perawatan, sehingga diharapkan lebih banyak ODHA
yang memperoleh pelayanan yang berkualitas di
rumah sakit yang ditetapkan sebagai RS rujukan
ODHA.
Langkah – langkah penanggulangan
HIV/AIDS

 Meningkatkan fungsi pelayanan VCT (Voluntary Counseling and


Testing);
 Meningkatkan fungsi pelayanan ART (Antiretroviral Therapy);
 Meningkatkan fungsi pelayanan PMTCT (Prevention Mother to
Child Transmision);
 Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO);
 Meningkatkan fungsi pelayanan pada Orang Dengan HIV AIDS
(ODHA) dengan faktor risiko Injection Drug User (IDU); dan
 Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang, yang meliputi:
pelayanan gizi, laboratorium, dan radiologi, pencatatan dan
pelaporan.
Elemen Penilaian SMDGs II

1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana


pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan keseluruhan
proses/mekanisme dalam pelayanan penanggulangan
HIV/AIDS termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim HIV/AIDS Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
teknis Tim HIV/AIDS sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku
7. Terlaksananya pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dgn
faktor risiko IDU, penunjang sesuai dengan kebijakan
Other diseases:
Tuberkulosis
Other diseases:
Tuberkulosis

Standar SMDG’s III.


Rumah sakit melaksanakan Penanggulangan TB
sesuai pedoman strategi DOTS
Maksud dan Tujuan
Penerapan strategi DOTS di rumah sakit dalam
meningkatan angka:
 penemuan kasus (care detection rate, CDR),
 keberhasilan pengobatan (cure rate), dan
 keberhasilan rujukan (success referal rate).
Elemen Penilaian SMDGs III

1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana


pelayanan DOTS TB
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam program
pelayanan DOTS TB termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan DOTS TB sesuai dengan
standar
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim DOTS TB Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan teknis Tim DOTS TB sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan TB DOTS pada rumah
sakit sesuai dengan kebijakan yang berlaku
KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM
 SE MENKES 884/Menkes/VII/2007 Perihal
Ekspansi TB Strategi DOTS di Rumah Sakit
dan Balai Kesehatan / Pengobatan Penyakit
Paru

 SE Dirjen Bina Yanmed YM.02.08/III/673/07


perihal:
Penatalaksanaan TB di Rumah Sakit.

 Keputusan MENKES No.129/Menkes/SK/II/2008


Tentang
STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI RUMAH
SAKIT
5 Strategi DOTS
1. Komitmen politik dengan meningkatkan dan
kesinambungan pembiayaan
2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan
bakteriologi yang terjamin kualitasnya
3. Pengobatan yang terstandarisasi dengan
supervisi dan dukungan terhadap pasien
4. Pasokan obat yang efektif dan terjamin
kontinuitasnya
5. Sistim monitoring evaluasi dan penilaiannya
 Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan
penuh manajemen dalam pelayanan
 Partisipasi pimpinan RS menyusun rencana
pelayanan
 Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam program
pelayanan
 Terbentuknya Tim
 Terlaksananya pelatihan
 Terlaksananya rujukan

Djoti - Atmodjo
Elemen Penilaian SMDG I

1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana


PONEK
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam program
PONEK termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan PONEK
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim PONEK Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan teknis Tim PONEK sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan PONEK pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
 Perlengkapan
 Semua perlengkapan harus bersih (bebas debu, kotoran, bercak,
cairan dll)
 Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
 Semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar
atau tidak stabil)
 Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besar
 Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi dengan
baik
 Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
 Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan
steker menempel kokoh)
 Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan unit ini
Elemen Penilaian SMDGs II

1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana


pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam pelayanan
penanggulangan HIV/AIDS termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim HIV/AIDS Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
teknis Tim HIV/AIDS sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku
7. Terlaksananya pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dgn
faktor risiko IDU, penunjang sesuai dengan kebijakan
Djoti - Atmodjo
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 832/Menkes/SK/X/2006

TENTANG
PENETAPAN RUMAH SAKIT RUJUKAN BAGI ORANG
DENGAN HIV / AIDS (ODHA) DAN STANDAR PELAYANAN
RUMAH SAKIT RUJUKAN ODHA DAN SATELITNYA
TUJUAN UMUM

Meningkatkan fungsi pelayanan kesehatan bagi


ODHA di rumah sakit rujukan ODHA dan satelitnya.
a. Meningkatkan TUJUAN
fungsi KHUSUS
pelayanan VCT (Voluntary
Counseling and Testing).
b. Meningkatkan fungsi pelayanan ART (Antitetroviral
Therapy).
c. Meningkatkan fungsi pelayanan PMTCT (Prevention
Mother to Child Transmision).
d. Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO).
e. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan
faktor risiko IDU (Induction Drug user).
f. Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang yang meliputi
pelayanan gizi, laboratorium, dan radiologi, pencacatan,
dan pelaporan.
Pengertian dan proses pelayanan kesehatan
bagi ODHA adalah memberikan perawatan
komprehensif, dukungan dan pengobatan.

Pelayanan kesehatan bagi ODHA diawali


dengan melakukan konseling dan
melanjutkan dengan terapi medis (ARV dan
IO), dengan selalu didampingi dengan
konseling bagi ODHA dan keluarganya /
pendampingnya.
PELAYANAN KESEHATAN BAGI ODHA
Pelayanan kesehatan bagi ODHA meliputi 5 pelayanan,
yaitu :
1. VCT (Voluntary Counseling and Testing).
2. ART (Antitetroviral Therapy).
3. PMCT (Prevention Mother to Child Transmision)
4. Infeksi Oportunistik (OI)
5. Pelayanan penunjang yang meliputi : pelayanan gizi,
laboratorium, dan perawatan, pencacatan, dan pelaporan.
Elemen Penilaian SMDGs III
1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana
pelayanan DOTS TB
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam program
pelayanan DOTS TB termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan DOTS TB sesuai dengan
standar
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim DOTS TB Rumah
Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan teknis Tim DOTS TB sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan TB DOTS pada rumah
sakit sesuai dengan kebijakan yang berlaku
Djoti - Atmodjo
TUJUAN UMUM

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis


Dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit disusun
dengan tujuan agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan tuberkulosis di rumah sakit
TUJUAN KHUSUS

 Sebagai pedoman manajerial dalam program


penanggulangan TB di rumah sakit dengan strategi DOTS.
 Sebagai indikator mutu penerapan standar pelayanan
rumah sakit (SPRS) dalam program penanggulangan TB
melalui akreditasi.
 Sebagai salah satu alat ukur kinerja rumah sakit dalam
penanggulangan TB melalui indikator Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit (SPM-RS)
SASARAN
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis
Dengan Strategi DOTS Di Rumah Sakit
diperuntukkan bagi seluruh rumah sakit di
Indonesia, baik rumah sakit pemerintah maupun
swasta.
Setiap Pelayanan TB harus berdasarkan
International Standard for Tuberculosis (ISTC) atau
Standar Diagnosis, Pengobatan dan Tanggung
Jawab Kesehatan Masyarakat.
Direktur / Wakil Direktur berfungsi sebagai administrator.
Fungsi administrator antara lain :
 Membuat kebijakan dan melaksanakannya.
 Mengintegrasikan, merencanakan, dan mengkoordinasikan
pelayanan.
 Melaksanakan pengembangan staf dan pendidikan /
pelatihan.
 Melakukan pengawasan terhadap penerapan standar
pelayanan medis / kedokteran termasuk medico legal.
 Berkoordinasi dengan Komite Medik untuk memfasilitasi
implementasi etika kedokteran dan mutu profesi, penetapan
Standar Pelayanan Kedokteran ( SPO ).
 Membentuk Tim DOTS yang dipimpin oleh Ketua / pimpinan
yang berfungsi.
TIM DOTS

 Pimpinan rumah sakit membentuk Tim DOTS


sebagai wadah khusus dalam pengelolaan
pasien TB di rumah sakit.
 Pembentukan Tim DOTS di rumah sakit bersifat
fungsional ditetapkan melalui surat keputusan
direktur rumah sakit.
 Tim DOTS di rumah sakit berada dibawah
koordinasi Direktur / Wakil Direktur Pelayanan
Medik.
Ketua Tim DOTS Rumah Sakit
 Ketua Tim DOTS adalah seorang dokter spesialis paru
atau penyakit dalam atau dokter spesialis atau
dokter umum yang bersertifikat Pelatihan Pelayanan
Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit
(PPTS DOTS)
 Ketua Tim DOTS merangkap sebagai anggota.
FASILITAS DAN PERALATAN
1. Tersedia ruangan khusus pelayanan pasien TB (Unit
DOTS) yang berfungsi sebagai pusat pelayanan TB di RS
meliputi kegiatan diagnostik, pengobatan, pencatatan dan
pelaporan, serta menjadi pusat jejaring internal / eksternal
DOTS.
2. Ruangan tersebut memenuhi persyaratan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI-TB) di rumah sakit.
3. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan medis TB.
4. Tersedia ruangan / sarana bagi penyelenggaraan KIE
terhadap pasien TB dan keluarga.
5. Tersedia ruangan laboratorium yang mampu melakukan
pemeriksaan mikroskopis dahak.
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
1. Ada kebijakan / ketentuan / pedoman dan prosedur tertulis
yang harus menjadi acuan pokok bagi semua staf medik
dalam melaksanakan tugas sehari – hari.
2. Ada kebijakan / ketentuan / pedoman tentang jejaring internal
dan eksternal dalam pelayanan pasien.
3. Ada kebijakan / ketentuan / pedoman tentang pelayanan
pasien TB bagi orang miskin.
4. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang OAT, ketersediaan
obat, bila terjadi kekosongan.
5. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang Pelayanan pasien
TB di rawat jalan.
6. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang Pelayanan pasien
TB di rawat inap.
7. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang Pelayanan pasien TB di
Unit Gawat Darurat.
8. Kebijakan / ketentuan / prosedurtentang pengelolaan pasien
dengan MDR, HIV.
9. Kebijakan / ketentuan / prosedurtentang pasien yang mangkir.
10. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang rujukan pasien ke UPK
lain.
11. Kebijakan tentang cross check pasien.
12. Kebijakan tentang OAT termasuk dalam pengelolaan instalasi
farmasi rumah sakit.
13. Kebijakan tentang OAT masuk dalam formularium RS (baik obat
program maupun diluar program, Jamkesmas, Askes, dll).
14. Ada kebijakan bahwa staf medik membantu pimpinan rumah sakit
dalam perencanaan, penggunaan, dan pemeliharaan persediaan
fasilitas dan peralatan pelayanan medis.
15. Ada kebijakan dan prosedur mekanisme untuk mengawasi,
memonitor dan mengevaluasi penerapan standar pelayanan TB
di rumah sakit.
16. Ada kebijakan dan prosedur mekanisme untuk menentukan
standar pelayanan minimal, atau indikator keberhasilan
pelayanan TB di rumah sakit. (Angka pemeriksaan
mikroskopik dahak, menurunnya angka drop out, angka
kesalahan baca laboratorium, angka konversi, angka
keberhasilan rujukan dan sebagainya).
17. Ada kebijakan dan prosedur tentang pemenuhan standar
pencegahan dan pengendalian infeksi TB di Rumah Sakit
(standar manajerial, administrasi, lingkungan, dan alat pelindung
diri).
18. Ada kebijakan dan prosedur bagi rumah sakit yang digunakan
sebagai lahan pendidikan, pelatihan dan penelitian terkait TB.
1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam
menyusun rencana pelayanan
PONEK/HIV/AIDS dan TB DOTS
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam
menetapkan keseluruhan
proses/mekanisme dalam pelayanan
PONEK/ HIV/AIDS dan TB DOTS termasuk
pelaporannya
3. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan
dukungan penuh manajemen dalam
pelayanan PONEK/ HIV/AIDS dan TB
DOTS
 Respon time di IGD 10 menit
 Respon time kamar bersalin 30 menit
 Pelaksanaan operasi < 30 menit setelah diputuskan
 Penyediaan darah < 60 menit
 Angka pemeriksaan mikroskopik dahak,
 Angka drop out,
 Angka kesalahan baca laboratorium,
 Angka konversi,
 Angka keberhasilan rujukan
BAB PENETAPAN SKOR
1. MDGs 1. Diskusi dengan Dirut/Dir & Stafnya
2. Wawancara dengan PJ PONEK/ Tim TB, Tim
HIV/AIDS
3. Wawancara dengan pasien/kel
4. Pemeriksaan dokumen dan Ruang
Perawatan
5. Penilaian per elemen penilaian
Djoti - Atmodjo

Anda mungkin juga menyukai