Anda di halaman 1dari 37

Aditya Febriansyah

Kejang Demam Kompleks

RSU ANUTAPURA PALU


Pendahuluan
KASUS
IDENTITAS PASIEN
•Nama : An. M.A
•Umur : 6 tahun 3 bulan
•Jenis kelamin : laki-laki
•Agama : Islam
•Tanggal masuk : 14 Desember 2015
• Keluhan utama : Kejang

• Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan


kejang. Kejang terjadi 1x pada saat dirumah dan 1x pada saat pasien dirawat di
UGD, kejang berlangsung > 15 menit dan terjadi penurunan kesadaran setelah
pasien mengalami kejang. Kemudian pasien di rawat di AMC dan ketika dirawat di
AMC pasien mengalami kejang lagi 2x yang berlangsung <15 menit. Sebelum kejang
pasien mengalami demam, yang berlangsung sejak tadi subuh. Pada saat kejang
keluar cairan berbusa berwarna putih dari mulutnya dengan jumlah sedikit. Pasien
juga merasa sesak nafas, batuk (-) dan mengeluh sakit perut. BAB >3 x sehari, BAK
lancar. Pasien juga susah menelan. Pada saat pemeriksaan dilakukan pasien telah
dipindahkan di ruang perawatan Nuri 1 hari setelah kejang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada yang menderita hal yang sama di dalam keluarga
 
Riwayat sosial-ekonomi : Menengah

Riwayat Kehamilan dan persalinan :


Pasien lahir Caesar section, dengan indikasi kala gagal induksi. Dibantu oleh
dokter di rumah sakit

Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap.

Anamnesis Makanan : ASI diberikan sejak lahir hingga usia 2 tahun. Pasien tidak
diberikan susu formula, usia 8 bulan mulai diberikan makanan bubur hingga usia 1 tahun.
Bubur diberikan saat usia 6 bulan – 1 tahun. Nasi dari usia 1 tahun hingga sekarang.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :Tampak sakit sedang
Kesadaran :Composmentis

Pengukuran
Tanda vital :
Nadi : 100 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 39 °C
Respirasi : 28 kali/menit

Berat badan : 21 kg
Tinggi badan : cm
Status gizi : Gizi Baik
= 20/21 X 100%= 95%

Kulit: - Warna :Sawo matang


Pigmentasi : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Turgor : Cepat kembali (< 2 detik
Kepala:
Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal, alopesia (-)

Mata :
Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea: (+/+)
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)

Hidung :
Pernapasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
Mulut
Bibir : mukosa bibir basah, sianosis (-)
Gigi : tidak ada karies
Gusi : tidak berdarah
Tonsil : T2/T2, tampak hiperemis
Lidah : Tidak kotor

Leher
Pembesaran kelenjar leher : Tidak ada pembesaran KGB
Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran
Thoraks
Dinding dada/paru :
Inspeksi: Bentuk simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler (+/+), Suara Napas Tambahan :
Rhonki basah halus (-/-). Wheezing (-/-)
 
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas jantung normal, cardiomegali (-)
Auskultasi : S1 dan S2 murni, regular Bising :-
Abdomen
Inspeksi :Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan(-), Organomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik
Genitalia : Dalam batas normal
Otot-otot : Eutrofi
Refleks : fisiologis +/+, patologis -/-, kaku kuduk (-).
Kernig (-), Brudzinski (-)
Pemeriksaan Penunjang
Resume
Pasien MRS dengan kejang. Kejang terjadi 1x pada saat dirumah dan 1x
pada saat pasien dirawat di UGD, kejang berlangsung > 15 menit dan terjadi
penurunan kesadaran setelah pasien mengalami kejang. Kemudian pasien di
rawat di AMC dan ketika dirawat di AMC pasien mengalami kejang lagi 2x yang
berlangsung >15 menit. Demam (+), sejak 1 hari, cairan berbusa dari mulut (+), Sesak
nafas (+), Batuk (-) sejak >1Minggu, Sakit perut (+). BAB >3 x sehari, BAK lancar.
Susah menelan (+). Memiliki riwayat kejang demam (+).

Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak sakit sedang,


kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital, nadi : 100 kali/menit, reguler, kuat
angkat, suhu 39 °C, respirasi 28 kali/menit. Tonsil T2/T2 tampak hiperemis, anemis (-),
Pada leher tidak ada pembesaran KGB dan Thyroid, pada pemeriksaan thorax tdk
ada suara tambahan, Pada pemeriksaan jantung ictus cordis teraba pada SIC V line
midclavicularis sinistra. Peristaltik (+) kesan normal. Nyeri tekan (-), kaku kuduk (-).
Kernig (-), Brudzinski (-)
 
TERAPI
ANJURAN
• Pemeriksaan Kimia darah ( GDS)
• Pemeriksaan Elektrolit ( K, Na )
• EEG
Follow Up
NO Hari/Tanggal Follow UP
1
15 desember 2015 Subjek (S) : Kejang (-), Demam (-), Batuk
(-), BAB (1x) Susah menelan (+),
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 100 kali/menit
- Respirasi : 28 kali/menit
- Suhu : 36,5 0C
- Tekanan Darah : 100/60 mmHg
- Bunyi napas : Bronkovesikuler +/+, RH -/-, WH -/-
Assesment (A) : Kejang Demam Kompleks,
Susp.Epilepsi
Plan (P) :
- IVFD RL 18 tpm
- Injeksi ceftriaxone 500 mg/12 jam
- Injeksi dexametason ½ amp/8 jam
- Paracetamol syrup 4x2 cth
- Stesolid syrup 3x1 cth
2 16 Desember 2015 Subjek (S) : panas (-), demam (-), Batuk (-), sesak nafas (-),
BAB dan BAK lancar
Objek (O) :
Tanda Vital
- Tekanan Darah: 100/60 mmHg
- Denyut Nadi : 102 kali/menit
- Respirasi : 28 kali/menit
- Suhu : 36 0C
- Bunyi napas : Bronkovesikuler +/+, RH -/-, WH -/-

Assesment (A) :
Plan (P) :
-IVFD RL 18 tpm
-Injeksi ceftriaxone 500 mg/12 jam
-Injeksi dexametason ½ amp/8 jam
-Paracetamol syrup 4x2 cth

Stesolid syrup 3x1 cth


3
Tanggal 17 desember Pasien meminta pulang paksa
:
DISKUSI
Pada kasus ini pasien masuk dengan Kejang yang terjadi sebanyak 4 kali yang
berlangsung >15 menit. Dimana sebelumnya pasien memiliki riwayat kejang
demam kompleks yang terjadi pada usia 1 tahun 3 bulan. Pada saat kejang
berlangsung pasien juga mengalami demam. Untuk menegakkan diagnosis kejang
demam anak berumur 6 bulan – 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang
tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang
demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria
modifikasi Livingston digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam.
(epilepsy triggered off by fever). Kejang atau epilepsi yang diprovokasi oleh
demam ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang,
sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetusnya saja
Etiologi kejang
Klasifikasi kejang demam
Klasifikasi Kejang
Patofisiologi kejang
• 1. Kemampuan membran sel sebagai
peacemaker neuron untuk melepaskan
muatan listrik yang berlebihan
• 2. berkurangnya inhibisi oleh
neurotransmitter GABA
• 3. meningkatnya eksitasi sinaptik oleh
neurotransmitter glutamat dan aspartat
Diagnosis
1. Dari anamnesis yang harus ditanyakan adalah adanya kejang, kesadaran, lama
kejang, suhu sebelum/ saat kejang, frekuensi, interval, keadaan pasca kejang,
penyebab demam di luar susunan saraf pusat. Riwayat perkembangan anak, riwayat
kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga. Pertanyaan juga harus
menyingkirkan penyebab kejang lainnya, misalnya tetanus.

2. Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, suhu tubuh, tanda
rangsang meningeal, refleks patologis, tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda
infeksi di luar SSP.

3. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang


demam, di antarany Pemeriksaan darah tepi lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium
serum, urinalisis, biakan darah, urin atau feses, Pungsi lumbal. CT SCAN/MRI,
EEG
Bila kejang berhenti, tentukan apakah anak termasuk dalam kejang demam
yang memerlukan pengobatan rumatan atau hanya memerlukan pengobatan intermiten
bila demam. Pengobatan rumatan adalah pengobatan yang diberikan terus menerus
untuk waktu yang cukup lama, yaitu 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan. Pengobtan rumatan diberikan bila kejang demam
menunjukkan salah satu atau lebih gejala berikut :
•kejang lama >15 menit
•anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum dan sesudah kejang misalnya
hemiparesis, Cerebral Palsy, retardasi mental.
•Kejang fokal
•Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi
•Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
•Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
•Kejang demam yang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
•Kejang demam ≥4 kali pertahun.
Pengobatan rumatan yang diberikan adalah:
•Asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi
2-3 dosis atau fenobarbital 3-4
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat
anak mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam.
Terdiri dari pemberian antipiretik ( parasetamol 10-15 mg/kgBB/
kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali
diberikan 3-4 kali) dan antikonvulsan (diazepam oral 0,3mg/kgBB
setiap 8 jam pada saat demam atau diazepam rektal 0,5 mg/kgBB
setiap 8 jam pada suhu >38,5 °C)
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang

• Tetap tenang dan tidak panik


• Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
• Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit,
jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
• Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
• Tetap bersama pasien selama kejang
• Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
• Bawa kedokter atau Rumah Sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
Kejang demam dapat berulang di kemudian hari atau dapat berkembang
menjadi epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko berulangnya kejang pada
kejang demam adalah:
a. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
b. Usia di bawah 12 bulan.
c. Suhu tubuh saat kejang yang rendah.
d. cepatnya kejang setelah demam

Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:


a. kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
b. Kejang demam kompleks.
c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
DAFTAR PUSTAKA
1. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia 2006
2. Roth HI, Drislane FW. Seizures. Neurol Clin 1998; 16:257-84.Bravo FG, Gotuzzo E. Cutaneous
tuberculosis. Clinics in Dermatology 2007; 25:173-80.
3. Tjahjadi,P.,Dikot,Y,Gunawan,D. Gambaran Umum Mengenai Epilepsi. In : Kapita Selekta
Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2005. p119-127.
4. Heilbroner, Peter. Seizures, Epilepsy, and Related Disorder, Pediatric Neurology: Essentials for
General Practice. 1st ed. 2007
5. Octaviana F. Epilepsi. In: Medicinus Scientific Journal of pharmaceutical development and medical
application. Vol.21 Nov-Des 2008. p.121-2.
6. Aminoff MJ dkk. Clinical Neurology. 6th ed. New York: McGraw-Hill.
7. Wilkinson I. Essential neurology. 4th ed. USA: Blackwell Publishing. 2005
8. PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Ed. 3. Jakarta. 2008
9. Kliegman. Treatment of Epilepsy.Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Saundres
Elsevier. 2008. 593(6)
10. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 1997, hal 573 – 761.
• TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai