Anda di halaman 1dari 38

Acute Coronary Syndrome

ANDRIS TAPA
N 111 17 107
Pendahuluan
• Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit
sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari
seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih
tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). 1,2

Dengan meningkatnya angka kejadian SKA di Indonesia, perlu


upaya pengendalian kejadian SKA dengan mengidentifikasi faktor
resiko yang berperan terhadap terjadinya SKA.
TINJAUAN PUSTAKA

• Definisi
Sindrom koroner akut (SKA) adalah sebuah
kondisi yang melibatkan ketidaknyamanan dada
atau gejala lain yang disebabkan oleh
kurangnya oksigen ke otot jantung (miokardium.
Sindrom koroner
akut

kumpulan gejala
meliputi angina pektoris
tidak stabil, infark
miokardium tanpa elevasi
segmen ST (NSTEMI) dan
infark miokardium dengan
elevasi segmen ST (STEMI).
• Epidemiologi 6
The American Heart Association

• >6 juta penduduk Amerika menderita penyakit koroner


(PJK) dan > 1 juta orang mengalami serangan infark
miokardium setiap tahun.
Etiologi 6
• Penyempitan arteri koroner karena robek/pecahnya
trombus
• Obstruksi dinamik karena spasme fokal
• Aterosklerosis progresif

Faktor Resiko Dapat dimodifikasi : 4


• Merokok
• Hiperlipidemia
• Hipertensi
• Diabetes Melitus
• Obesitas
Faktor Resiko Dapat dimodifikasi : 4
• Usia
• Jenis Kelamin
• Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner
Patofisiologi 4

proses pembentukan plak (plak aterosklerotik) akibat


akumulasi beberapa bahan seperti lipid-filled macrophage
(foam cells), massive axtracellular lipid dan plak fibrous yang
mengandung sel otot polos dan kolagen.
ACS

komposisi plak
Agregasi
dan penipisan Plak pada arteri
trombosit &
• Aterosklerosis tudung fibrus yang
menutupi plak
koroner yang
koyak/pecah
+ aktivasi jalur
koagulasi

Terbentuk
trombus yang
pelepasan zat vasoaktif mengakibatkan
. vasokontriksi penyumbatan
(total/parsial)

Iskemia

Infark miokard
ACS Gangguan
keseimbangan
oksigen

Penurunan ATP
sehingga terbentuk
produksi adenosine
lebih banyak ADP

• Adenosis bertujuan untuk menstabilkan aliran darah


• Aliran darah yang tidak bisa stabil ,menyebabkan adenosine terus dibentuk
sampai peningkatan kadar adenosine aktif neuron aferen simpatis jantung
• Meningkatnya denyut jantung
• Dan nyeri jantung disebabkan adenosine
Acute Coronary syndrome terdiri dari :
• STEMI
• NSTEMI
• UAP
• Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris
akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan
yang bersebelahan.

• Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika


terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST
yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan.
• Diagnosis SKA lebih kuat jika keluhan ditemukan pada pasien
dengan karakteristik sebagai berikut : 2
1. Pria
2. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non koroner
(penyakit arteri perifer / karotis)
3. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark
miokard,
4. Mempunyai faktor risiko: umur, hipertensi, merokok,
dislipidemia, diabetes mellitus, riwayat PJK dini dalam
keluarga,
Terapi awal yang adalah Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin (disingkat MONA), yang
tidak harus diberikan semua atau bersamaan.
1. Tirah baring
2. Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri
<95% atau yang mengalami distres respirasi
3. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak diketahui
intoleransinya terhadap aspirin.
1. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
2. Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
2 x 90 mg/hari kecuali pada pasien STEMI yang direncanakan untuk reperfusi menggunakan
agen fibrinolitik
3. Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari
(pada pasien yang direncanakan untuk terapi reperfusi menggunakan agen fibrinolitik,
penghambat reseptor ADP yang dianjurkan adalah clopidogrel)
4. Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang masih
berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat . jika nyeri dada tidak hilang,dapat diulang setiap
lima menit sampai maksimal tiga kali.
• Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG
sublingual.
• Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit,
Identitas Pasien
• Nama : Tn. L
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 56 tahun
• Agama : Islam
• Pendidikan terakhir : SMA
• Pekerjaan : Pedagang
• Alamat : jln Merpati
• Tanggal pemeriksaan: 26 September 2018
Anamnesis
• Keluhan Utama : Sesak napas
Riwayat Penyakit sekarang
• Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang
dirasakan ± 2 bulan dan memberat 3 hari terakhir, disertai nyeri
dada tembus belakang dirasakan sejak 2 bulan dan memberat 2
hari terakhir. Mual (-) demam (-) menggigil (+), batuk (+) berlendir
berwarna putih. Pasien juga mengeluh tangan terasa ngilu seperti
mau lepas. Pada kedua kaki terasa kram. Pasien juga merasakan
jantung berdebar, pasien merasa cepat lelah saat kekamar mandi
ataupun beraktivitas ringan. BAB (+) biasa, BAK (+) lancar.
Riwayat Penyakit dahulu
• Riwayat perokok aktif (+)
• Riwayat Hipertensi (+)
• Riwayat DM (-)
• Riwayat Kolesterol (-)
Riwayat Penyakit keluarga
• Tidak ada keluarga mengeluh penyakit yang sama
• Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit jantung,
hipertensi, dan DM
Riwayat pekerjaan
• Pasien adalah seorang wiraswasta
• Riwayat merokok sejak usia 18 tahun
• Riwayat minum alkohol tidak ada
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum :
• Kompos Mentis/ Sakit Sedang
• TB: 164, BB: 60, IMT: 22,22 kg/m2
• Tanda-Tanda Vital :
a. Tekanan darah : 140/90 mmHg
b. Pernapasan : 22 x/menit
c. Nadi : 120 x/menit
d. Suhu : 36,4 ºc
Kepala
• Wajah : Simetris
• Deformitas : (-)
• Bentuk : Normocephal
Mata
• Konjungtiva : Anemis (-/-)
• Sklera : Ikterus (-/-)
• Pupil : Isokor, diameter 2,5 mm/2,5mm,
refleks cahaya (+/+)
• Mulut : Sianosis (-/-)
Leher
• Kelenjar GB : Tidak ada pembesaran (-)
• Tiroid : Tidak ada pembesaran (-)
• JVP : Tidak ada peningkatan
• Massa Lain :Tidak ada
Dada
Paru-Paru
• Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris bilateral
• Palpasi : vocal fremitus ka=ki
• Perkusi : sonor kedua lapang paru (+/+)
• Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis teraba kuat angkat
• Perkusi :
Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas kiri : SIC V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I/II Murni reguler, bising jantung (-/-)
Perut
• Inspeksi : tampak datar,
• Auskultasi : peristaltik (+) 10 kali/menit
kesan normal
• Perkusi : Tympani pada seluruh regio
abdomen(+)
• Palpasi :nyeri tekan (+) epigastrium,
hepatomegali (-), splenomegali (-)
Anggota Gerak
• Atas : hangat (+/+), edema (-)
• Bawah : hangat (+/+), edema (-)

Pemeriksaan Khusus : -
Laboratorium
- RBC : 4,83 x106 /mm3
- HGB : 18 g/dl
- HCT : 48,1%
- PLT : 230 x103 /mm3
- WBC : 11,0 x103 /mm3
- GDS : 160 mg/dl
- KREATININ : 1,45 mg/dl
- UREUM : 21,5 mg/dl
EKG
Irama :Sinus
Laju QRS : 68x/menit
Regularitas : Reguler
Gelombang P: Normal
Interval PR : Normal
Kompleks QRS :
Normal
Interval QRS : Normal
ST : Depresi V2-V5
Resume
• Pasien laki-laki umur 56 Tahun, Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan
sesak napas yang dirasakan ± 2 bulan dan memberat 3 hari terakhir, disertai
nyeri dada tembus belakang dirasakan sejak 2 bulan dan memberat 2 hari
terakhir. Mual (-) demam (-) menggigil (+), batuk (+) berlendir berwarna putih.
Pasien juga mengeluh tangan terasa ngilu seperti mau lepas. Pada kedua
kaki terasa kram. Pasien juga merasakan jantung berdebar, pasien merasa
cepat lelah saat kekamar mandi ataupun beraktivitas ringan. BAB (+) biasa,
BAK (+) lancar. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan perokok aktif sejak
usia 18 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
• Tekanan darah : 140/90 mmHg
• Nadi : 120 x menit
• Suhu : 36,4 0 C
• Pernapasan : 22x/menit
• Palpasi : nyeri tekan pada regioepigastrium, organomegali (-)
Diagnosis kerja
• ACS NON-STEMI
Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa
1. Tirah Baring
2. Diet rendah lemak
3. Kebiasaan Merokok Dihentikan

Medika Mentosa
• 1. IVFD RL 20 tpm
• 2. Oksigen 2-4 liter/menit
• 3. Aspirin tab 160 mg dilanjutkan 75 mg/hari
• 4. Paracetamol 3x 500 mg
• 5. Clopidogrel 75 mg 1-0-0
• 6.ISDN 5mg 3x1
• 7. Atorvastatin 40 mg 0-0-1
• 8. Amlodipin 5mg 1-0-0
Prognosis
• Dubia ad malam
Pembahasan
• Berdasarkan kasus diatas, dari anamnesis diperoleh pasien masuk
dengan keluhan sesak napas yang dirasakan ± 2 bulan dan
memberat 3 hari terakhir, disertai nyeri dada tembus belakang
Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan jantung. Setelah
melakukan pemeriksaan fisik, didapatkan adanya depresi dari
segmen ST. Infark miokard tanpa elevasi segmen ST akut (NON-
STEMI merupakan indicator kejadian oklusi total pembuluh darah
pada percabangan arteri koroner
• Diagnosis Non STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan
angina pectoris akut tanpa disertai elevasi segmen ST
yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan.

• Adapun langkah awal dari penanganan sindrom koroner


akut yakni Terapi awal yang dimaksud adalah Morfin,
Oksigen, Nitrat, Aspirin (disingkat MONA), yang tidak
harus diberikan semua atau bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA

• Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Ri,
2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut. Departemen kesehatan
RI, Jakarta
• Ad editor; DL. Longo, AS Fauce, DL Kasper, SL Hauser, JL Jameson, J Loscalzo, ST Segment Elevation Myocardial
Infarction (STEMI), Harrison’s Manual of Medicine edisi 17, McGraw Hill 2009, Halaman 700-705
• Idrus A, Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 3, Jakarta 2007, Halaman 1615-1625
• PERKI, 2015. Pedoman tatalaksana Sindrom Koroner akut, ed. Centra Communication. Jakarta
• Torry, S.R.V., Panda A.L, Ongkowijaya, J. 2013. Gambaran Faktor Resiko Penderita Sindrom Koroner Akut. Manado;
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unsrat.
• Nawawi, R.A., Fitriani., Rusli, B., Hardjoen. 2006. Nilai Troponin T (cTnT) Penderita Sindrom Koroner Akut (SKA).
Indonesian Journal Of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol.12, No.3, 123-126. Makassar : Bagian Patologi Klinik
Unhas.
• Nakayama, N., et al. 2014. Clinical features and prognosis of patients with coronary spasm-induced Non-ST segment
elevation acute coronary syndrome. Journal of American Heart association.
• Husted., S. 2015 Antithrombotic Theraphy for long-term secondary prevention of acute coronary syndrome in high-risk
patients. Devepress. Denmark; Departement of Biomedicine, Centre for clinical pharmacology, Aarhus.
• Salvagno,G.L., Pavan, C., 2016. Prognostic biomarker in Acute Coronary Syndrome. Annals of Translational Medicine, Vol
4, No 13 July 2016
• Scottish Intercollegiate Guideliens network, 2007. Acute Coronary Syndrome. A National clinical guideline. Edinburgh.

Anda mungkin juga menyukai