Anda di halaman 1dari 31

LBM 6

SALMA SAVITA
30101407320
SGD 15
MENGAPA PASIEN ALAMI PENURUNAN KESADARAN MUNTAH MUNTAH DAN
KEJANG KURANG LEBIH 1 JAM YANG LALU SETELAH MENGHIRUP HAMA?
• Senyawa organofosfat dan karbamat
• Kedua jenis senyawa ini mengganggu fungsi sistem saraf. Efek toksik timbul karena
pengikatan dan penghambatan enzim asetilkolin esterase (AChE) yang terdapat pada
sinaps dalam sistem saraf pusat maupun otonom serta pada ujung saraf otot lurik.
• Secara normal, asetilkolin (ACh), yang merupakan suatu neurotransmiter,dilepas dari
prasinaps kemudian mengikat reseptor protein pada pascasinaps. Ikatan ini
menyebabkan pembukaan kanal ion dan depolarisasi membran pascasinaps. BilaACh
dilepas oleh reseptor, maka ia terhidrolisis oleh AChE menjadi kolin dan asetat dan
aktivitas perangsangannya terhenti. Jika AChE ini terhambat, maka hidrolisis tersebut
tidak terjadi dan ACh terakumulasi sehingga terjadi eksitasi saraf berlebihan.
• Pemaparan terhadap senyawa organofosfat menghasilkan spektrum efek klinisyang luas yang menunjukkan
perangsangan berlebih terhadap sistem kolinergik. Efek ini timbul dalam 3 kategori, yaitu :
1. Penghambatan AChE pada persambungan saraf otot yang menimbulkankejang otot karena kontraksi otot berlebihan, kelelahan,
dan kadang paralisis(efek nikotinik). Otot-otot yang mengalami keracunan akut seperti ini terutama adalah otot-otot pernapasan
karena paralisis diafragma dan otot dada yangdapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan kematian.
2. Penghambatan sistem saraf otonom (reseptor muskarinik) yangmengakibatkan nyeri lambung; diare; urinasi yang tidak
disadari; peningkatansekresi sistem pernapasan, terisinya bronkiolus dengan cairan; spasme otot halus dalam saluran
pernapasan, menyebabkan penyempitan jalan napas; dan penyempitan pupil (miosis) yang nyata.
3. Efek terhadap sistem saraf pusat (SSP) berupa tremor, bingung, bicara kabur,kehilangan koordinasi, dan konvulsi pada
pemaparan yang sangat tinggi. Penghambatan AChE disebabkan oleh pestisida tersebut pada sisi aktif yang pada keadaan
normal akan ditempati oleh ACh. Jika senyawa organofosfat digunakansebagai senyawa P=S, seperti paration atau malation,
maka mula-mula memerlukanaktivasi metabolik menjadi analog P=O, yang disebut okson, agar memiliki aktivitasantikolin
esterase (anti-AChE). Reaksi aktivasi ini biasanya dikatalisis oleh sistemsitokrom P450. Okson tersebut lalu terikat pada sisi aktif
dan mengalami pemecahandan melepaskan alkohol atau tiol, dan menyisakan enzim terfosforilasi.

• Inaktivasi enzim ini berlanjut hingga terjadinya hidrolisis enzim terfosforilasi itu. Waktu yang diperlukan untuk
reaktivasi enzim bebas bervariasi menurut senyawa organofosfatnya mulai dari beberapa jam hingga beberapa hari.
Pada beberapa senyawa, seperti paraokson, akan terjadi reaksi tambahan yang disebut “aging ”. Reaksi ini
menstabilkan enzim terfosforilasi sehingga enzim tersebut terhambat secara irreversibel. Dalam hal ini, sintesis AChE
yang baru diperlukan agar aktivitas enzim tersebut kembali membaik. Pestisida karbamat mirip dengan pestisida
organofosfat yang juga berikatan dengan sisi aktif dari AChE, membentuk enzim yang terkarbamilasi. Enzim
terkarbamilasi ini, berbeda dengan enzim terfosforilasi, cepat terhidrolisis dan tereaktivasi. Tanda-tanda dan gejala-
gejala keracunan karbamat adalah khas penghambatan koline esterase, seperti pusing, mual dan muntah, keringat
dingin, penglihatan kabur, salivasi berlebihan, kelelahan, nyeri dada, miosis, dan konvulsi pada kasus yang parah.
MENGAPA PASIEN TAMPAK HIPERHIDROSIS
HIPERSALIVASI DAN TREMOR PADA SEMUA
EKSTREMITAS ?
APA SAJA MACAM MACAM INTOKSIKASI ?

• Jenis-jenis keracunan (FK-UI,1995) dapat dibagi berdasarkan :


• Cara terjadinya, terdiri dari :
• Self Poisoning

• Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis
ini tak membahayakan. Pasien tidak bermaksud bunuh diri, hanya bermaksud untuk mencari perhatian saja.
• Attempted Suicide

• Pada keadaan ini, pasien bermaksud unutk bunuh diri, bisa berakhir dengan kematian atau pasien dpat
sembuh bila salah tafsir dengan dosis yang dipakai.
• Accidental Poisoning

• Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya faktor kesengajaan.


• Homicidal Poisoning

• Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang lain.
• Mula waktu terjadi, terdiri dari :
• Keracunan kronik

• Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelah pajanan. Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-kali dalam
dosis relatif kecil. Ciri khasnya adalah zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga terjadi akumulasi.
•  
• Keracunan Akut

• Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak orang (pada keracunan makanan dapat mengenai seluruh keluarga
atau penduduk sekampung), dan gejalanya seperti sindrom penyakit muntah, diare, konvulsi, dan koma.
•  
• Menurut alat tubuh yang terkena
• Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena, contohnya racun hati, racun ginjal, racun SSP, racun jantung.
•  
• Menurt jenis bahan kimia
• Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang sama, misalnya golonganalkohol, fenol, logam berat, organoklorin dan
sebagainya.
Penggolongan keracunan yang lain (Brunner & Suddarth, 2001) didasarkan pada :
• Racun yang tertelan atau tercerna
• Keracunan korosif, yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi
produk alkalin (Lye, pembersih kering, pembersih toilet, deterjen non pospat,
pembersih oven, tablet klinitest, dan baterai yang digunakan untuk jam, kalkulator,
dan kamera) dan produk asam (pembersih toilet, pembersih kolam renang, pembersih
logam, penghilang karat, dan asam baterai)
• Keracunan melalui inhalasi, yaitu keracunan yang disebabkan oleh gas (karbon
monoksida, karbon dioksida, Hydrogen Sulfid )
• Keracunan kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi)
• Keracunan melalui tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon, kalajengking,
dan laba-laba) dan gigitan ular
• Keracunan makanan, yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan kimia
(fermentasi) dan pembusukkan karena kerja bakteri (daging busuk) pada bahan
makanan, misalnya ubi ketela (singkong) yang mengandung asam sianida (HCn),
jengkol, tempe bongkrek, dan racun pada udang maupun kepiting
• Penyalahgunaan zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimulan (Amphetamin),
depresan (barbiturat), atau halusinogen (morfin), dan penyalahgunaan alkohol.
FISIOLOGI SARAF OTONOM
FISIOLOGI SARAF OTONOM
FISIOLOGI SARAF OTONOM
FISIOLOGI SARAF OTONOM
FISIOLOGI SARAF OTONOM
FISIOLOGI SARAF OTONOM
FISIOLOGI SARAF OTONOM
NICOTINIC VS MUSKARINIK
PX NEUROLOGI PASIEN SADAR TAPI TAMPAK BINGUNG DAN GELISAH
MUNTAH2
HASIL PX FISIK (MIDRIASIS, MULUT KERING, BISING USUS
BERKURANG, KULIT KEMERAHAN)
PATOFISIOLOGI
INTERPRETASI VITAL SIGN
TOXIDORM
TATA LAKSANA
BAGAIMANA TATALAKSANA AWAL PADA
PASIEN INI DI IGD ?
• General Management.
• Airways : jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
• Breathing : beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi.
• Circulation : pasang IV line, pantau vital sign. Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit ,
• Spesifik terapi.
• Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif. Direkomendasikan pada kasus yang mengancam.
• Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800 ml.
• Pharmacologic terapi.
• First line
• Atropine :
• ≥ 12 tahun : 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2
jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48 jam.
• Supportif :
• Diazepam 5-10 mg IV bila kejang
Nonpharmacologic
• Mendorong anggota keluarga tersebut untuk mencari pertolongan profesional, rumah
sakit atau LSM (lihat lampiran) yang tepat. Mereka yang mempunyai masalah
kesehatan jiwa tidak mau dilabel dengan ”gangguan jiwa”. Oleh karena itu persuasi
merupakan faktor kunci untuk membawanya ke dokter. Konsultasi dengan dokter tidak
cukup hanya satu kali. Untuk mendapatkan perubahan yang bermakna diperlukan
konsultasi yang teratur dan perlu mengikuti saran yang diberikan oleh dokter.
• Membantu anggota keluarga tersebut untuk mengatasi krisis dengan berbagai cara
yang realistik dan cocok dengan yang bersangkutan.
• Tetap mengobservasi dan mewaspadai tindakan, reaksi dan perilakunya.
• Perhatian khusus diberikan pada usia lanjut, penyakit terminal, gangguan jiwa
(depresi, alkoholisme, tindak kekerasan dan lain-lain) dan penderita cacat.
• Identifikasi lembaga atau tokoh dalam masyarakat untuk membantu kasus spesifik
(misalnya sekolah, lembaga tenaga kerja, lembaga sosial, institusi kesehatan, tokoh
agama dan sesepuh atau tokoh masyarakat).
• Dengan memberikan perhatian yang penuh kasih sayang, pengertian dan dukungan
(selain dari memberi pengobatan yang diperlukan secara teratur), dapat mencegah
terjadinya tindakan bunuh diri.
BAGAIMANA PENANGANAN SELANJUTNYA DAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA PASIEN DI
SKENARIO ?
• Rencana Tindakan Penatalaksanaan Umum Kegawatdaruratan Keracunan
• Prinsip Pertolongan pada Keracunan
• Prinsip pertolongan pada keracunan adalah mencegah penyebaran racun ke dalam tubuh
yaitu dengan cara :
• Emetic, yaitu mengeluarkan racun yang tertelan dengan jalan dimuntahkan, memberikan obat
pencahar untuk mencegah absorpsi lanjut oleh usus dan mempercepat defikasi
• Cathartic, yaitu mencuci atau menguras isi lambung (Gastric Lavage) dengan menggunakan
kateter lambung melalui mulut memakai air hangat biasa atau larutan khusus untuk lambung
• Neutralizer, yaitu menetralkan racun dengan memberikan obat antidote khusus dan antidote
umum
• Mengencerkan bahan racun yang terkonsumsi oleh tubuh dengan cara memberikan minum
yang banyak.
• Mencerna atau menelan racun
• Dapatkan kontrol jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
• Kaji ventilasi adekuat dengan observasi usaha ventilasi melalui analisis gas darah atau
spirometri.
• Kaji tanda vital kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan vena
sentral, dan suhu (internal dan perifer)
• Siapkan untuk veentilasi mekanik jika terjadi depresi pernafasan. Tekanan ekspresi
positif diberikan pada jalan nafas. Masker kantong dapat membantu menjaga alveoli
tetap mengembang.
• Berikan oksigen untuk depresi pernafasan, tidak sadar, sianosis, dan syok.
• Cegah aspirasi isi lambung dengan posisi kepala pasien diturunkan menggunakaan
jalan nafas orofaring dan pengisap
• Stabilkaan fungsi (kardiovaskuler) dari pantau EKG
• Masukkan kateter urinarius tidak menetap untuk memantau fungsi ginjal
• Dapatkan spesimen darah untuk test konsentraasi obat atau racun.
• Pantau status neurologi (meliputi fungsi kognitif) : pantau tanda vital dan status
neurologik lanjut
• Lakukan pemeriksaan fisik cepat.
• Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat. Hubungi
pusat kontrol racun di area jika agens toksisk tidak diketahui aatau jika
dibutuhkan mengidentifikasi anti dot untuk agens toksik yang diketahui
• Tangani syok yang tepat
• Hilangkan ataau kurangi absorbsi racun. Gunakan prosedur pengosongan lambung
sesuai ketentuan; hal berikut mungkin digunakan:
• Sirup ipekak untuk merangsang muntah pada pasien sadar
• Bilas lambung
• Karbon diaktivasi diberikan jika racun adalah salah satu yang dapat diabsorbsi oleh karbon
• Katartik, bila tepat
• Berikan terapi spesifik, berikan antagonis kimia yaang spesifik atau antagonis fisiologik
secepat mungkin untuk mengubah ataau menurunkan efek toksin.
• Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem syaraf pusat
atau paasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
Elekrokardiografi Radiologi

PENUNJANG

Analisis toxicologi Laboratorium klinik


Urin 50 ml DPL
Darah 10cc Fungsi Ginjal
Muntahan Fungsi Hati
Feses Sedimen urin
Analisa gas darah
Glukosa darah
DAFTAR PUSTAKA

• Katzung. Basic and Clinical Pharmacology 12th Edition


• Hemangi Rajput. Effect of Atropa Belladonna as an Anti-Cholinergic
• Robert S. Hoffman. Manual of Toxicologic Emergencies
• Megan. Diagnosis and treatment of drug induced hypertermia
• William F. Muscarinic Blocking Drugs
• The official newsletter of the callifornia poison control system. Anticholinergic
Plant

Anda mungkin juga menyukai