Anda di halaman 1dari 25

ANESTETIK LOKAL

Bagian Anestesiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Makassar
Definisi
 ANESTETIK LOKAL adalah suatu obat yang
dapat memblok secara reversibel konduksi suatu
impuls saraf.
 Secara kimiawi merupakan zat kimia yang
struktur kimianya t.a. 3 komponen :
1. Gugusan Aromatik (Benzena)
2. Gugusan Amino
3. Rantai Intermediate
– Amide
– Ester
Komponen anestetik lokal

RANTAI R
INTERMEDIATE N
R
AROMATIK AMINO
2 GOLONGAN

ESTER AMIDE
O O
R C R C
O R’ NH R’
Perbedaan Ester dan Amide
 Ester :
– Relatif tidak stabil.
– Dimetabolisme dalam plasma oleh enzym
pseudocholinesterase.
– Masa kerja pendek.
– Relatif tidak toksik.
– Dapat bersifat alergen, karena strukturnya mirip PABA
(para amino benzoic acid).
 Amide :
– Lebih stabil.
– Dimetabolisme dalam hati
– Masa kerja lebih panjang.
– Tidak bersifat alergen.
Dalam larutan Kation
anestetik lokal dalam 2 (bermuatan +)
bentuk
Basa
(netral)
 R Ξ NH+  R Ξ N + H+
 LAH+  LA + H+
Kation Basa

 Hanya bentuk basa yang berdifusi ke membran.


 Dalam lingkungan ASAM suatu LA tidak efektif (misalnya
abses, plegmon)
Contoh anestetik lokal
 Ester :  Amide :
 Procaine  Lidocaine
(Novocain) (Xylocaine).
 Mepivacaine
 Chlorprocaine
(Cabocaine).
(Nesacaine).
 Bupivacaine
 Tetracaine (Marcaine).
(Pontocaine)  Ropivacaine
(Naropin).
Pemilihan suatu AL didasarkan
atas :
1. Potensinya (potency).
2. Mula kerja (onset time).
3. Lama kerja (duration of effect).
4. Toksisitasnya (toxicity).
5. Saraf yang akan diblok (specific
nerve).
Mechanism
 Local anesthetic
 
 Binds to receptor site
 
 Na+ channel is blocked
 
 Sodium conductance 
 
 Rate of membrane depolarization 
 
 No action potential
 
 Conduction blockade
Farmakokinetik
Farmakokinetik suatu anestetik lokal ditentukan
oleh 3 hal :
1. Lipid/Water solubility ratio, menentukan ONSET.
2. Protein Binding, menentukan DURATION OF
ACTION.
3. pKa, menentukan keseimbangan antara bentuk
kation dan basa. Makin rendah pKa makin banyak
basa, makin cepat onsetnya.
Komplikasi penggunaan anestetik
lokal

1. Intoksikasi (overdosis).
2. Alergis (allergen – antibody).
• Sangat jarang pada gol. Amide,
• Ester yang sering.
Perbedaan Intoksikasi & Alergis
 Alergis
 Intoksikasi 1. Individual.
1. Berlaku umum. 2. Tdk tergantung
2. Tergantung dosis. dosis
3. Gejala berbeda. 3. Gejala sama.
4. Pengobatan 4. Pengobatan sama.
berbeda.
Intoksikasi AL, tergantung pada :

1. Dosis obat yg digunakan (dose)


2. Tempat injeksi (site of injection)
3. Obat yg digunakan (drug used)
4. Kecepatan injeksi (speed of injection)
5. Penambahan epinefrin (addition of
epinephrine)
Gejala Intoksikasi
 Intoksikasi suatu AL akan berefek pada:
– OTAK dan
– JANTUNG (miokard)

 Otak lebih peka dari Jantung


 Gangguan CNS lebih dahulu drpd CVS
Gejala intoksikasi AL :
Dimulai dgn EKSITASI diikuti dgn DEPRESI CNS &
CVS.
 Gejala CVS
 Gejala CNS 1. Tachycardia.
1. Numbness mouth & tongue. 2. Hypertension.
2. Tinnitus. 3. Bradycardia.
3. Visual disturbance.
4. Hypotension.
4. Apprehension.
5. Tachypneu. 5. Cardiac arrest.
6. Twitching.
7. Convulsions.
8. Coma.
9. Apneu.

Cardiac & Respiratory Arrest


Pencegahan intoksikasi
1. Gunakan dosis yang direkomendasikan.
2. Aspirasi berulang sebelum injeksi.
3. Tetap kontak verbal dgn pasien.
4. Kombinasi dengan adrenalin.
Memiliki beberapa keuntungan :
• Kalau IV, segera HR > 30-45 (test dose).
• Absorpsi lambat.
• Masa kerja memanjang.
• Perdarahan kurang (infiltrasi).
5. Premedikasi dengan Diazepam atau Lorazepam
secukupnya.
• Menenangkan penderita.
• Mengurangi konvulsi (ambang konvulsi ↑)
Pengobatan intoksikasi.
1. Beri oksigen via mask.
2. Segera pasang infus (IV-line).
3. Jika terjadi konvulsi :
• Beri diazepam (5-10 mg IV).
• Jika belum berhasil, beri Pentotal 50-100 mg IV
(increment 50 mg)
• Suksinilkolin pilihan akhir  intubasi.
4. Jika terjadi hipotensi / bradikardi.
• Beri ephedrin 5-10 mg IV.
• Dapat diikuti Atropin 0,5 mg IV.
5.
Pengobatan intoksikasi.
Jika terjadi cardiac arrest.
• Beri adrenalin 0.5 – 1 mg IV.
• Lakukan external cardiac massage & ventilation.
• Jika belum ada infus, lakukan intracardiac
adrenalin (0,5 – 1 mg) ICS 2 – 3.
Tindakan ini mengundang :
• Ventricle tachycardia atau
• Ventricle fibrillation.
Jika ini terjadi DC cardioversion.
Reaksi Alergi
 Sangat jarang, kalau ada biasanya gol. ester.
 Yg sering terjadi adalah “dugaan alergi”, pada kasus-
kasus “GIGI” akibat efek :
– Adrenaline sebagai additive.
– Zat preservasi, a.l. methyl paraben.
 Gejalanya berupa
– Takikardi, hipertensi.
Gejala Stress
– Berkeringat.
+
– Pucat, ketakutan. Adrenalin
– Takipneu.
 Bila ada keraguan (rhinitis chronica, exzema, asthma)
lakukan SKIN TEST
Teknik Anestesi pada Sirkumsisi
 2. Teknik :
 a. Field block  infiltrasi anestetik lokal pada
pangkal penis dan 2-4 cm
dari pangkal penis
 b. Blok n. dorsalis penis
 - Desinfeksi daerah suntikan
 - Tarik ke arah bawah penis
 - Tandai 2 tempat punksi 
 0,5 - 1 cm dari midline (jam 10:30 dan
13:30)
 - Masukkan jarum sampai menembus
fasia Buck
 - Lakukan aspirasi
 - Masukan 0,5 cc anestetik lokal
Kesimpulan
1. Penggunaan anestetik lokal sangat menguntungkan
sepanjang diberikan secara lege artis, karena :
• Safe (Aman).
• Simple (mudah digunakan).
• Cheap (murah).
• Painless (pascabedah)
2. Pemilihan suatu Anastetik Lokal didasarkan pada :
– Potensinya (potency)
– Mulai kerjanya (onset time)
– Lama kerjanya (duration)
– Toksitasnya (toxicity)
3. Diperlukan keterampilan RKP bagi pemberi dan
ketersediaan Rescucitation Kits & DC shock
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai