Departemen Patologi Klinik Ka. Instalasi UTD-RS Sultan Sulaiman PENANGANAN GIZI PADA HIV/AIDS • AIDS merupakan penyakit yang disebabkan karena tubuh terinfeksi virus HIV. • Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk me lawan infeksi dan penyakit. • Pengobatan HIV hanya bisa untuk melemahk an virus nya saja dengan obat anti virus dan asupan gizi yang optimal. PENULARAN HIV/AIDS • Hubungan seks yang tidak aman. • Bergantian jarum suntik saat menggunakan obat/narkotika. • Seks oral, memakai alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian. • Tranfusi darah dari orang yang terinfeksi • Memakai jarum, suntikan, perlengkapan me nyuntik lain yang sudah terkontaminasi, mis alnya spon dan kain pembersihnya. • Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui • Virus HIV dikenal juga sebagai virus yang rapuh , karena tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. • Virus ini hanya bisa tahan di dalam cairan tubuh (cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, dar ah, dan ASI) dari orang yang terinfeksi. • Tidak bisa menyebar melalui keringat atau urin. • Dengan kata lain jika kita sebagai tenaga kese hatan memberikan pelayanan kesehatan maupu n asuhan gizi seperti memberikan makan, obat atau memberikan edukasi, kita tidak perlu khaw atir, lakukanlah seperti kita menghadapi pasien lainnya.. PENGOBATAN HIV/AIDS Terapi : 1. Terapi obat 2. Terapi/asuhan gizi Untuk mempertahankan atau mencapai status gizi opti mal agar pasien HIV tidak cepat menuju ke AIDS. Tujuan memberikan asuhan gizi antara lain : • Mengoptimalkan status gizi dan kesehatan serta imunit as • Mempertahankan/mencapai BB normal • Mempertahankan massa otot polos • Mencegah defisiensi zat gizi • Menurunkan resiko terhadap penyulit/komplikasi baru ( diare, intoleransi laktosa, mual, muntah) serta memaksi malkan keefektifan intervensi obat. • Asuhan gizi pada pasien HIV/AIDS sebaiknya dilak ukan individual dan perlu diberikan konseling unt uk mengetahui kebutuhan gizi yang diperlukan. • Strategi yang terbaik dalam melakukan asuhan gi zi pada pasien HIV/AIDS dengan pendekatan ADI ME (Assesment, Diagonosa gizi, Intervensi gizi, Mo nitoring dan Evaluasi). • Namun sebelum melakukan terapi gizi sebaiknya dilakukan skrining gizi untuk mengetahui apakah pasien pada posisi beresiko malnutrisi atau hanya memerlukan intervensi biasa. • Pasien HIV sangat erat dengan kondisi malnutrisi. a. Assesment • Pengkajian gizi yang utama adalah mengetahui diagno sa medis lengkap dengan stadiumnya. • identifikasi hasil laboratorium pasien lebih penting dari pada keluhan pasien. • Hal lain yang perlu diidentifikasi adalah penyakit penye rta maupun riwayat penyakit sebelumnya seperti peny akit jantung, diabetes, kanker, dan infeksi opurtunistik yang ada misalnya TBC, sariawan dan lain-lain. • Riwayat diet atau riwayat makan/kebiasaan makan, ba gaimana penyediaan makan hari-hari, apakah ada riwa yat alergi, bagaimana penggunaan suplemen, dan jenis obat yang diminum. • Sosial ekonimi • Sehingga dpt diidentifikasi kemungkinan kekurangan z at gizi dan faktor penyebabnya. b. Diagnosa gizi Secara umum pasien HIV sering mengalami masalah gizi k urang, maka diagnosa gizi pada pasien HIV biasanya ada lah 1) Asupan makan dan minum secara oral kurang 2) Meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi 3) Gangguan menelan 4) Berubahnya fungsi saluran cerna 5) Kegemukan/obesitas 6) Pengetahuan yang rendah berkaitan dengan makanan d an gizi 7) Kelebihan asupan dari suplemen 8) Kemampuan menyiapkan makanan rendah 9) Kesulitan akses terhadap bahan makanan 10) Asupan makanan yang tidak bersih/aman c. Intervensi Gizi • Intervensi gizi diuraikan berdasarkan tahapan /st adium pada HIV yaitu stadium I, II dan III dan stadi um IV. 1) Stadium I : tujuannya adalah mempertahankan st atus gizi optimal dan mengoreksi jika ada defisie nsi zat gizi yang terjadi. Jadi syarat dietnya adalah energi dan protein tin ggi. Energi tinggi yang dimaksud adalah pemberia n energi dan protein kira 110 % diatas kebutuhan normal. • Suplementasi vitamin seperti vitamin C, B12, B6 da n asam folat serta mineral zat besi, seng, copper untuk membantu membangun sistem imunitas • Menjaga bahan makanan termasuk air bebas dari cemaran bakteri atau mikroba sehingga tubuh ter hindar dari penyebab infeksi oppurtunistik. • Higiene penanganan makanan, penyimpanan, persi apan, dan penyajian perlu diobservasi dengan bai k. • Menghindari mengkonsumi sayur dan buah dalam b entuk mentah atau tanpa dimasak, telur mentah a tau setengah matang, bahan makanan dalam kale ng maupun yang diawet. Beberapa petunjuk persiapan dan penyimpanan bahan makanan a gar aman a) Hindari bahan makanan sumber protein dikonsumsi tidak matang s eperti telur mentah, telur setengah matang, sushi, daging matang rendah dll b) Jangan gunakan telur yang sudah pecah, makanan kaleng yang k alengnya peyok c) Cairkan daging beku pada refrigerator (lemari pendingin) bukan s uhu ruang d) Gunakan susu yang sudah dipasteurisasi e) Simpan makanan panas dlm suhu panas (60-83 derjat Celsius). f) Simpanan makanan dingin pada suhu dingin ( -1 s/d 4 derajat C) g) Jangan mengkonsumsi makanan yang diletakkan dalam suhu 6 der ajat celsius sampai 60 derajat celsius lebih dari 2 jam. h) Taruh bahan makanan yang mudah rusak segera dari toko ke refri gerator. i) Simpanlah makanan/bahan makanan yang sudah di buka dalam te mpat yang kedap udara. 2) Stadium II/III : Tujuan intervensi gizi pada stadium ini adalah mengurangi gejala dan komplikasi seper ti anorexia, nyeri esophagus dan sariawan, malab sorpsi, komplikasi syaraf dan lain-lain. • Pada pasien ini sudah ada tanda tanda infeksi op purtunistik maka dalam perhitungan energi khusus nya BMR dinaikkan 20 s/d 50 % baik dewasa maup un anak-anak. • Protein kebutuhannya 10 % dari kebutuhan normal • Namun bagi pasien dengan penyakit penyerta sep erti sirosis, ginjal dan pankreatitis, kebutuhan pro tein menyesuaikan. 3. Berkaitan dengan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) s angat diperlukan untuk imunitas. • Defisiensi zat gizi mikro dapat mempengaruhi fungsi imu n dan mempercepat kemajuan penyakit. • Bahwa kadar vitamin A, B12, dan seng yang rendah ber hubungan dengan percepatan kemajuan penyakit. • Asupan vitamin C dan B berhubungan dengan peningka tan jumlah CD4 dan menurunnya progres HIV menjadi AI DS. • Pada stadium ini sering muncul sariawan, maka perlu sel alu menjaga kebersihan mulut, hindari bahan makanan yang panas, berikan makanan yang lunak (mushed pota to, telur orak arik, daging cincang), jika minum gunakan sedotan, hindari bahan makanan yang menyebabkan ke tidak nyamanan (terlau pedas, terlalu manis, terlalu ker 4. Stadium IV (Tahap akhir AIDS) : • Pada tahap ini pasien sudah dalam kondisi t erminal, biasanya pasien asupan oralnya re ndah (< 30 %), ataupun sudah menolak mak anan oral, dan mungkin makanan yang dibe rikan dalam bentuk enteral, atau gabungan enteral dan parenteral. • Masalah utama yang sering dikeluhkan adal ah diare dan malabsorpsi. • Syarat diet yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini adalah a) Asupan cairan perlu ditingkatkan untuk mempertahankan status hidra si b) Yoghurt dan bahan makanan lain yang mengandung kultur Lactobacill us acidophilus sebaiknya diberikan, untuk mengantisipasi efek dari pe nggunaan obat anti infeksi jangka panjang c) Porsi kecil tetapi sering untuk meringankan kerja saluran cerna d) Suplemen multivitamin untuk membantu penyediaan vitamin untuk diser ap oleh tubuh e) Suplemen minuman densitas tinggi oral mungkin berguna atau supleme n yang mempunyai kandungan energi mungkin juga berguna. f) Dukungan gizi mungkin perlu diberikan dalam bentuk enteral atau pare nteral g) Pemberian enzim pankreatik mungkin perlu diberikan, namun sebelumn ya perlu ditanyakan pada team asuhan gizi/dokter penanggung jawa b pasien h) Hindari kopi dan bahan makanan yang mengandung sorbitol, untuk me nghindari gerarakan peristaltik yang tidak diinginkan dan diare. Penanganan Gizi pada TBC • Tujuan memberikan asuhan gizi pada pasien TB adalah mempertahankan atau mencapai status gizi normal. • Penyakit TB merupakan penyakit saluran pe rnafasan yang berbahaya, karena bisa men jadi penyakit kronik yang panjang bahkan mematikan jika tidak melakukan pengobata n dengan baik. • Kunci utama disiplin dalam melakukan terapi obat dan asuhan gizi yang adekuat. Langkah-langkah dalam memberikan asuhan gizi d iuraikan berikut ini: 1. Assesement : a. Medis : diagnosa kondisi kesehatan sebelumnya. b. Obat : jenis obat yang diberikan apakah ada yan g antagonis dengan zat gizi. c. Riwayat sosial: status ekonomi, daya beli terhada p makanan, dukungan keluarga/teman, tingkat pe ndidikan, lokasi rumah. d. Antropometri: TB; BB saat ini, riwayat BB (BB terti nggi yang pernah dicapai, BB biasanya). IMT bagi dewasa, dan anak adalah BB/TB dengan standar p ertumbuhan anak, WHO 2005. e. Biokimia: Protein visceral (albumin, prealbumin), Hem atologi (haemoglobin, hematokrit),kemampuan imuno logi hasil lab, elektrolit, pH, glukosa, gas darah arte ri, serum alkalin phosphate (vitamin D), protombrin ti me (vitamin K); serum carotene, retinol binding prote in (vit. A), serum tocopherol (vit E), erytrosit hemoly sis (vitamin E), serum seng (seng). f. Klinis : lemas, g. Riwayat gizi : kebiasaan makan, food recall 1 x 24 j am, apakah ada gangguan fungsi menelan/menguny ah, apakah ada kemampuan untuk memasak atau m enyediakan makan, alergi makanan, makanan yang dibatasi sebelumnya, agama, budaya, suku yang ter kait dengan pola makan, edukasi gizi yang pernah d iperoleh. 2. Diagnosa gizi Diagnosa gizi yang sering ditemui pada pasi en penyakit TB adalah: a. Inadekuat asupan makanan/minuman. b. Hypermetabolime. c. Inadekuat asupan energi. d. Ianadekuat asupan protein. e. Interaksi makanan dan obat. f. Gizi kurang. g. Penurunan berat badan yang tidak diseng aja. h. Kesulitan menelan/kesulitan mengunyah. 3. Intervensi a. Pasien akan mengkonsumsi minimum 2200 k kal per hari. b. Meningkatkan densitas gizi makanan yang dikonsumsi dengan memberikan edukasi de ngan untuk memilih dan menyiapakan maka nan. c. Memberikan regimen diet dengan cukup le mak, tinggi asam lemak tidak jenuh tunggal , tinggi vitamin C, zat besi, tinggi vitamin A, B6, B1 dan D. d. Bentuk makanan lunak, cukup cairan dan s erat. 4. Monitoring dan evaluasi : a. Monitor berat badan minimal satu minggu s ekali. b. Pasien akan dimonitor asupan makanan per hari. c. Indikator keberhasilan pengobatan TB sala h satunya adalah peningkatan BB dan prot ein darah (albumin dan haemoglobin).