Anda di halaman 1dari 66

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

REFORMASI PERATURAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK


KEPENTINGAN UMUM UNTUK MEWUJUDKAN KEADILAN BAGI MASYARAKAT
DAN MENEGAKKAN KEADAULATAN PEMERINTAH

JAKARTA, 22 SEPTEMBER 2016


Reformasi Peraturan Pengadaan Tanah
Untuk Kepentingan Umum

(Sebagai Proses Pembelajaran Pengadaan Tanah Masa Lalu)

1. Pengadaan tanah merupakan kewajiban pemerintah untuk mewujudkan ketersediaan


tanah untuk berbagai pembangunan bagi kepentingan umum. Prinsip dasar dalam
pengadaan tanah, demokratis, adil, transparan, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia,
memberikan manfaat serta mengedepankan asas musyawarah. Peradilan adalah Pintu
terakhir dalam menghadapi kebuntuan dalam musyawarah antara pemerintah yang
memerlukan tanah dengan masyarakat selaku pemilik tanah (pemilik aset).
2. Pembangunan untuk kepentingan umum menjadi salah satu dasar bagi pemerintah untuk
melegitimasi dalam rangka melaksanakan pengadaan tanah, karena pemerintah menjamin
tersedianya tanah untuk mewujudkan pembangunan di segala bidang dan ternyata dalam
praktek di lapangan ketersediaan tanah semakin terbatas, dengan demikian pengadaan
tanah menjadi terhambat, dan berdampak pada pelaksanaan pembangunan akibatnya
pembangunan infratsruktur tidak dapat dilakukan tepat waktu sesuai jadwal yang telah di
tetapkan, dengan demikian terjadinya potensi kerugian yang sangat besar bagi pemerintah
karena proyek yang akan dibangun tertunda pengoperasiannya.
2
3. Keterbatasan ketersediaan tanah untuk pembangunan infrastruktur janganlah
dimaknai bahwa tanah sudah tidak tersedia, tetapi fakta di lapangan tanah-tanah
yang dibutuhkan oleh pemerintah ternyata telah dikuasai atau dimiliki oleh berbagai
badan hukum, baik privat maupun publik seperti, tanah aset pemerintah, tanah
kawasan hutan, dan tanah-tanah yang telah dimiliki atau dikuasai oleh masyarakat.
4. Dalam pemahaman masyarakat Indonesia tanah mempunyai nilai ekonomi yang
sangat tinggi dalam kehidupan masyarakat indonesia, karena tanah adalah sebagai
modal kehidupan dan penghidupan mereka dan tanah adalah sandaran hidup
mereka, sehingga apabila tanah diperlukan untuk pembangunan maka akan
menimbulkan reaksi cepat dari masyarakat berupa penolakan, perlawanan bahkan
tindakan anarkis dan tidak jarang timbul perkara di pengadilan. Kondisi ini sering
terjadi disaat pemerintah memerlukan tanah untuk kepentingan umum, fakta yang
demikian sangat disadari oleh pemerintah, namun di sisi lain pemerintah selalu
menjamin ketersediaan tanah dalam rangka menyelenggarakan pembangunan guna
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
3
5. Kurang harmonisnya hubungan masyarakat pemilik tanah dengan pemerintah yang memerlukan
tanah disaat akan merealisasikan kesepakatan yang diwujudkan dalam musyawarah disebabkan
berbagai faktor yaitu sebagai berikut :
1) Pengadaan tanah selalu identik dengan penggusuran serta pemaksaan;
2) Peraturan perundangan yang ada belum bisa mengatasi persoalan yang terjadi dalam praktek
di lapangan;
3) Aparat pemerintah yang mendapat mandat negara untuk melaksanakan pengadaan tanah
belum memahami secara maksimal terkait dengan regulasi mengenai pengadaan tanah;
4) Rencana lokasi pembangunan tidak melibatkan masyarakat pemilik tanah;
5) Masyarakat pemilik tanah dan masyarakat yang terkena dampak pembangunan belum
dilibatkan pada saat menetapkan lokasi pembangunan;
6) Penilai Publik/Penilai Pertanahan ditunjuk oleh Pemerintah;
7) Variabel-variabel untuk menentukan besarnya nilai ganti rugi ditetapkan oleh pemerintah;
8) Apabila ada keberatan dari masyarakat atas hasil penilaian, pengajuan bandingnya kepada
pemerintah;
9) Konsinyasi/penitipan ganti rugi bersifat subjektifitas pemerintah, bukan berlandaskan putusan
pengadilan;
10) Penetapan ganti rugi dirasakan masyarakat kurang adil dan layak;
11) Pelaksanaan pengadaan tanah belum dilakukan secara transparan;
4
12) Ganti rugi yang dibayarkan kepada masyarakat tidak menjamin kelangsungan hidup bagi
masyarakat pemilik tanah;
13) Pelaksanaan pembayaran ganti rugi dilakukan tidak tepat waktu sehingga nilai harga tanah
sudah berubah;
14) Pelaksanaan pembangunan belum memberikan manfaat bagi masyarakat pemilik tanah dan
wilayah lokasi pembangunan.
15) Kelemahan pemahaman masyarakat di dalam memaknai asas hukum pertanahan.
6. Bahwa masyarakat memahami hak atas tanah bersifat mutlak, kuat dan abadi, sehingga
pemikiran mereka hak atas tanah tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk
pemerintah, dan mereka mempunyai kebebasan dalam memanfaatkan tanah tanpa memikirkan
kepentingan orang lain, mereka kurang mendapatkan sosialisasi bahwa tanah juga berfungsi
sosial, sehingga tanah juga dapat dibebaskan oleh pemerintah apabila ada keperluan pemerintah
yang lebih besar untuk meningkatkan hajat hidup orang banyak, akan tetapi asas fungsi sosial
bukanlah sebagai tindakan pembenaran untuk menggusur atau mengambil hak masyarakat
dengan dalih untuk kepentingan umum, karena pada dasarnya pengadaan tanah harus
didasarkan musyawarah dan hak masyarakat harus dihormati dan diberikan ganti rugi yang adil
dan layak serta ganti rugi harus menjamin kelangsungan hidup bagi masyarakat bekas pemilik
tanah.
5
7. Dalam pelaksanaan pengadaan tanah selama ini potretnya sangat memprihatinkan, hal ini
dapat dibuktikan atas terhambatnya pembangunan untuk kepentingan umum seperti
Bandara, jalan tol, pembangkit listrik, pelabuhan, rel kereta api, waduk/bendungan,
perumahan, MRT, Rumah Sakit Sarana dan Prasarana lainnya, disamping pengadaan
tanah banyak hambatan, pemerintah sebagai penyelenggara pengadaan tanah cukup
banyak yang berhadapan dengan penegak hukum sampai akhirnya terjadi tindak pidana,
hal ini disebabkan karena peraturan yang ada tidak mampu lagi dapat mengatasi
dinamisnya persoalan yang timbul dalam praktek di lapangan, disamping itu juga
kurangnya aparat pelaksana pengadaan tanah dalam memahami aturan mengenai
pengadaan tanah. Guna mengatasi barbagai persoalan yang terjadi dalam pelaksanaan
pengadaan tanah, sekaligus menyamakan persepsi atas perbedaan antara masyarakat
pemilik tanah dengan pemerintah yang memerlukan tanah, dan mengatasi dampak sosial
yang sering terjadi dalam pengadaan tanah serta membangun partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pengadaan tanah, pemerintah telah memformulasikan suatu kebijakan
pengadaan tanah yang dapat meminimalisir resistensi atau dampak dari praktek
pengadaan tanah yang dilaksanakan oleh pemerintah.
6
8. Bahwa untuk mengatasi hambatan dan mengantisipiasi timbulnya persoalan
hukum dalam kegiatan pengadaan tanah, landasan hukum dalam penyusunan
Undang-Undang pengadaan tanah adalah Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Pasal 33 yang berbunyi sebagai berikut :
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
7
9. Disamping itu fungsi sosial atas tanah yaitu tanah haruslah
dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih besar bagi bangsa
Indonesia sebagaimana mandat negara kepada pemerintah yaitu
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mewujudkan
berbagai fungsi sosial atas tanah maka pemerintah membentuk
berbagai badan publik dan berbagai peraturan perundang-undangan
guna mewujudkan berbagai fungsi sosial atas tanah di Indonesia.
Kondisi terkini pemerintah telah mereformasi peraturan perundang-
undangan terkait pengadaan tanah berupa Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum, termasuk peraturan pendukungnya yaitu :
8
1) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012;
2) Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014;
3) Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2014;
4) Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015;
5) Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015;
6) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012;
7) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 6 Tahun 2015;
8) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 22 Tahun 2015;
9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012;
10) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.02/2013.

11) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2016.

Diharapkan undang-undang ini dapat menjadi solusi atas berbagai persoalan yang timbul selama ini
dalam pengadaan tanah yang dilaksanakan pemerintah dan sekaligus menjadi jembatan emas titik
temu antara masyarakat pemilik tanah dengan pemerintah yang memerlukan tanah, yang pada
akhirnya terbangunnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pembangunan untuk
kepentingan umum serta kesejahteraan bagi masyarakat semakin meningkat.
9
10. Bahwa dalam pelaksanaan undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dilakukan melalui 4 (empat) tahapan yaitu :
1) Perencanaan; 3) Pelaksanaan;
2) Persiapan; 4) Penyerahan Hasil.
Tahapan yang diatur dalam Undang-undang ini tidak diatur dalam peraturan-peraturan
pengadaan tanah sebelumnya.
11. Reformasi pada peraturan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan umum
Berdasarkan undang-undang pengadaan tanah telah terjadi reformasi yang sangat
fundamental dalam kegiatan pengadaan tanah, yaitu pelaksanaan pengadaan tanah
menjamin terwujudnya keadilan bagi masyarakat pemilik tanah, hal ini sebagaimana telah
ditetapkan dalam prinsip-prinsip dasar dalam pengadaan tanah yaitu sebagai berikut :
1. Mengedepankan prinsip musyawarah;
2. Masyarakat berhak mendapatkan informasi dan memberikan masukan dalam
pembangunan;
3. Keterlibatan pemilik tanah dalam setiap tahapan kegiatan;
4. Persetujuan pemilik tanah dalam penetapan lokasi pembangunan;
5. Terjaminnya kelangsungan hidup pemilik tanah atas ganti rugi yang diterima (ganti rugi
yang layak dan adil);
6. Pembangunan memberikan manfaat bagi masyarakat pemilik tanah dan bagi wilayah
lokasi pembangunan;
7. Segala perbedaan diselesaikan melalui badan peradilan (PTUN dan PN);
8. Kejelasan masalah objek dan subjek pengadaan tanah;
9. Penilaian besarnya nilai ganti dilakukan oleh lembaga independen;
10. Pemerintah tidak dapat campur tangan dalam menentukan besarnya nilai ganti rugi. 10
Bahwa untuk menjamin tersedianya tanah bagi kelangsungan pembangunan, Pemerintah
memberikan fasilitas kepada pelaku pembangunan untuk kepentingan umum berupa daya
paksa yang harus dilaksanakan, apabila keadilan telah diwujudkan sepenuhnya kepada
masyarakat dan hak-hak masyarakat telah dihormati serta telah ada putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap namun masyarakat tetap melakukan penolakan
maka Pemerintah mempunyai kedaulatan untuk menggunakan daya paksa, hal ini
sebagaimana telah ditetapkan dan dijamin oleh Undang-Undang pengadaan tanah yaitu
sebagai berikut :
1. Pembangunan untuk kepentingan umum wajib diwujudkan oleh Pemerintah;
2. Pemerintah menjamin tersedianya tanah dan tersedianya dana untuk pengadaan tanah;
3. Pengadaan tanah diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Milik Negara dan Badan Hukum Milik Negara yang mendapat penugasan khusus;
4. Pemerintah mempunyai kewenangan dalam menetapkan lokasi pembangunan;
5. Pemerintah menetapkan 4 (empat) tahapan dalam pengadaan tanah dengan membagi
tanggung jawab yang jelas dalam masing-masing tahapan;
6. Pelaksanaan pengadaan tanah waktunya terukur, kegiatannya jelas, dan outputnya pasti;
7. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dapat dilakukan pada tanah milik
masyarakat, tanah milik pemerintah maupun tanah-tanah yang dikuasai oleh
Pemerintah;
8. Jangka waktu pelepasan aset yang dimiliki/dikuasai pemerintah hanya dibatasi selama
60 Hari;
9. Pemerintah dapat menitipkan ganti rugi atas objek tanah yang masih bermasalah;
10. Pemerintah mempunyai daya paksa terhadap adanya Penolakan/keberatan atas
besarnya ganti rugi yaitu dengan melakukan penitipan ganti rugi di Pengadilan;
Kebijakan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Sistem Kepentingan Umum
UU 2 / 2012 tentang Pengadaan Perpres 71 /2012, 40/2014, PERKABPN 5/2012, PERMEN
Tanah 99/2014, 30/2015, 148/2015 ATR/BPN 6/2015, 22/2015
(Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Untuk
(Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk 1) Susunan Anggota Pelaksanaan
Kepentingan Umum)
Kepentingan Umum) Pengadaan Tanah
4 Tahapan Pelaksanaan 2) Pemberitahuan kpd masyarakat
3) Identifikasi & Inventarisasi
Pengadaan Tanah
I Pendahuluan Objek dan Subjek
I Perencanaan 4) Penunjukan Penilai (Appraisal)
1) Tujuan Pengadaan Tanah 1. Dasar Perencanaan 5) Musyawarah bentuk Ganti Rugi
2) Skema Umum Pengadaan 2. Kelembagaan 6) Penyerahan hasil
3. Substansi Perencanaan
Tanah 4. Dokumen Perencanaan PERMENDAGRI 72/2012
3) Prinsip-prinsip Perumusan II Persiapan
1. Tim Persiapan
UU 2/2012 2. Tim Kajian Biaya Operasional dan Pendukung
3. Tahap Kegiatan Pelaksanaan Pengadaan Tanah
II Pokok-Pokok Pengadaan Tanah
4. Penetapan Lokasi yang bersumber dari APBD
1) Jaminan Pemerintah dan III Pelaksanaan Penetapan Harga pelaksanaan
Pemda terhadap Tersedianya 1. Sosialisasi Pengadaan pengadaan tanah bersumber dari
Tanah Kepada Masyarakat APBD
Tanah dan Pendanaan 2. Inventarisasi dan
2) Pihak yang Berhak melepas identifikasi

tanahnya
3. Penetapan Penilai PMK 13 / 2013
4. Musyawarah
III Jenis Kepentingan Umum IV Penyerahan Hasil
1. Serah Terima Dokumen Biaya Operasional dan Pendukung
IV Penyelenggaraan Pengadaan Pengadaan Tanah Pelaksanaan Pengadaan Tanah
2. Kegiatan Pembangunan yang bersumber dari APBN
Tanah
3. Kegiatan Pendaftaran Pembentukan Tim & Honorarium
(Sertipikasi) Tim
1. PERENCANAAN PENGADAAN TANAH
(DOKUMEN PERENCANAAN)

Kelembagaan Substansi Perencanaan


1. Instansi Yang Memerlukan Tanah 1. Dasar, RTRW, RPJM, Renstra, RKP dan
2. Instansi Teknis Terkait Renja
2. Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan
3. Lembaga Profesional 3. Letak dan Luas tanah yang dibutuhkan serta
Perencanaan gambaran umum status tanah
4. Rencana Kebutuhan Anggaran
1. Dasar Perencanaan 5. Perkiraan Waktu Pengadaan Tanah dan
2. Materi Perencanaan Pembangunannya
6. Kelayakan Lokasi (P4T)
3. Study Kelayakan Perencanaan
7. Study dan Survei yang Diperlukan :
Hasilnya 1) Survei Sosial Ekonomi;
1. Dokumen Perencanaan Instansi 2) Kelayakan Lokasi;
3) Analisis Biaya dan Manfaat
2. Diserahkan Kepada Gubernur Pembangunan bagi wilayah dan
Masyarakat
Konsultasi Publik
4) Perkiraan Nilai Tanah;
Komunikasi antar pihak terkait guna 5) Dampak Lingkungan dan Dampak Sosial
kesepahaman dan kesepakatan atas Yang mungkin timbul
rencana pengadaan tanah 6) Studi lain yang diperlukan
13
2. PERSIAPAN PENGADAAN TANAH
(PENETAPAN LOKASI)

Pembentukan TIM Tahap Kegiatan


1. TIM Persiapan 1. Pemberitahuan Rencana Pembangunan
1) Instansi terkait 2. Pedataan Awal Lokasi
2) Bupati/walikota
3. Konsultasi Publik / Konsultasi Publik
3) Instansi yg Perlu Tanah
Ulang/Tim Kajian Keberatan/Ditolak atau
4) Satuan kerja perangkat Daerah
Provinsi terkait Diterima Keberatan Pihak yg
2. TIM Kajian Berhak/Pemindahan Lokasi
1) Sekretaris Daerah Provinsi 4. SK Penetapan Lokasi
2) Kepala Kantor Wilayah 5. Pengumuman penetapan Lokasi
BPN Provinsi
6. Keberatan Melalui PTUN (Penetapan
3) Instansi di Bidang Perencanaan
Pembangunan Daerah Lokasi Dikukuhkan/Dibatalkan)
4) Kakanwil KUMHAM 7. Kasasi melalui MA (Penetapan Lokasi
5) Bupati/Walikota /yang ditunjuk Dikukuhkan/Dibatalkan)
6) Akademisi 8. Penetapan Lokasi Berlaku 2 Tahun Dapat
3. Sekretariat Provinsi Diperpanjang 1 Tahun
4. Pendelegasian Persiapan Pengadaan
9. Durasi Maksimal 207 Hari
Tanah kepada Bupati / Walikota
14
3. PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH
(PEMUTUSAN HUBUNGAN HUKUM DAN PEMBAYARAN GANTI RUGI)

1. Tim Pelaksana Kanwil BPN 5. Tahapan Pelaksanaan Pengadaan


1) Kakanwil BPN Provinsi (Ketua)
Tanah
2) Kabid HTPT (Pejabat Eselon III)
3) Kakantah BPN Setempat 1. Peyiapan Pelaksanaan
4) SKPD Provinsi 2. Inventarisasi Fisik dan Identifikasi Yuridis
5) SKPD Kab/Kota 3. Penetapan Penilai
6) Camat 4. Penyampaian hasil Penilaian dan
7) Lurah/Kepala Desa dilanjutkan dengan Musyawarah
8) Kasi Pengaturan Tanah Pemerintah Penetapan Bentuk Ganti Kerugian
2. Tim Pelaksana Kantah BPN
(Apabila tidak sepakat proses pengadilan)
1) Kakantah BPN (Ketua)
2) Kasi HTPT (Pejabat Eselon IV) 5. Pemberian Ganti Kerugian
3) SKPD Kab/Kota (Eselon IV) 6. Penitipan Ganti Kerugian
4) Camat 7. Pelepasan Objek Pengadaan Tanah
5) Lurah/Kepala Desa 8. Pemutusan Hubungan Hukum Antara
6) Kasubsi Pengaturan Tanah Pemerintah Pihak yang Berhak dengan Objek
3. Sekretariat Pengadaan Tanah
4. Satuan Tugas yang Membidangi 9. Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar
Inventarisaasi dan Identifikasi Nominatif dan Data Administrasi
1) Data Fisik (Satgas A) Pengadaan tanah
2) Data Pihak yang Berhak (Satgas B) 10. Durasi Maksimal 382 Hari
15
4. PENYERAHAN HASIL PENGADAAN TANAH
(PEMENUHAN HAK KEPADA INSTANSI YANG MEMERLUKAN TANAH)

1. Serah Terima Dokumen Pengadaan Tanah Dari


Pelaksana Pengadaan Tanah Kepada Instansi yang
Memerlukan Tanah

2. Dimulainya Kegiatan Pembangunan Infrastruktur

3. Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah, Pemerintah


Daerah, BUMN Serta Swasta Dengan Skema KPS (PPP)

4. Kegiatan Pendaftaran Tanah (Sertipikasi)

16
PEMANTAUAN DAN SUMBER DANA

Pemantauan dan Evaluasi


Upaya Pengendalian Atas Penggunaan dan Pemanfaatan
Tanah Dilakukan BPN RI
Sumber Dana
1. APBN
2. APBD
3. BUMN/BUMD
4. Sumber-Sumber Lain Sesuai Ketentuan

17
KETENTUAN PERALIHAN

1. Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia ini diselesaikan berdasarkan ketentuan Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005
2. Proses Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan dimaksud meliputi :
1) Telah dituangkan dalam dokumen perencanaan/proposal pembangunan;
2) Telah dianggarkan pada tahun anggaran yang sedang berjalan;
3) Telah diterbitkan penetapan lokasi;
4) Telah terlaksana pelepasan hak;
5) Ganti kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri.
3. Proses Pengadaan tanah diselesaikan paling lama sampai dengan 31 Desember 2014, namun
telah diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2015 sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor
99 Tahun 2014, yanga kemudian dengan perpres 30/2015 dinyatakan semua kegiatan pengadaan
tanahtetapi telah mendapat Penetapan Lokasi Pembangunan atau Surat Persetujuan Penetapan
Lokasi Pembangunan (SP2LP) atau nama lain yang dimaksudkan sebagai penetapan Lokasi
pembangunan, proses Pengadaan Tanah dapat diselesaikan berdasarkan tahapan sebagaimana
diatur dalam Perpres 71/2012.
18
PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH
UNTUK KEPENTINGAN UMUM

(DILAKSANAKAN DAN DIMILIKI PEMERINTAH


UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT)

1. Pertahanan dan Keamanan Nasional.


2. Jalan Umum, Jalan Tol, Terowongan, Jalur Kereta Api, dan Fasilitas
Operasi Kereta Api.
3. Waduk, Bendungan, Bendung, Irigasi, Saluran Air Minum, Saluran
Pembuangan Air dan Sanitasi, dan Bangunan Pengairan Lainnya.
4. Pelabuhan, Bandar Udara, dan Terminal.
5. Infrastruktur Minyak, Gas, dan Panas Bumi.
6. Pembangkit, Transmisi, Gardu, Jaringan, dan Distribusi Tenaga Listrik.
7. Jaringan Telekomunikasi dan Informatika Pemerintah.
8. Tempat Pembuangan dan Pengolahan Sampah.
9. Rumah Sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah.
19
10. Fasilitas Keselamatan Umum.
11. Tempat Pemakaman Umum Pemerintah/Pemerintah Daerah.
12. Fasilitas Sosial, Fasilitas Umum, dan Ruang Terbuka Hijau
Publik.
13. Cagar Alam dan Cagar Budaya.
14. Kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah.
15. Penataan Pemukiman Kumuh Perkotaan dan/atau Konsolidasi
Tanah, Serta Perumahan Untuk Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Dengan Status Sewa.
16. Prasarana Pendidikan atau Sekolah Pemerintah dan Pemerintah
daerah.
17. Prasarana Olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah.
18. Pasar Umum dan Lapangan Parkir Umum.
20
PERPRES 40 Tahun 2014
- Tentang -
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
KETENTUAN PERUBAHAN

1. Biaya operasional dan biaya pendukung pengadaan tanah bagi


pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan oleh Badan
Hukum Milik Negara/ Badan Usaha Milik Negara yang mendapatkan
penugasan khusus, mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan.
2. Biaya operasional dan biaya pendukung pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum dalam rangka pembangunan
infrastruktur hulu minyak dan gas bumi, mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan.
3. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas, pengadaan tanah untuk
Kepentingan Umum yang luasnya tidak lebih dari 5 Hektar, dapat
dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang
hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar-menukar atau cara lain
yang disepakati kedua belah pihak.
22
PERPRES 99 Tahun 2014
- Tentang -
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum
KETENTUAN PERUBAHAN

1. Penetapan besarnya nilai ganti kerugian dilakukan oleh Ketua Pelaksana


Pengadaan Tanah berdasarkan hasil penilaian jasa Penilai atau Penilai
Publik.
2. Jasa Penilai atau Penilai Publik ditetapkan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan
Tanah berdasarkan hasil pengadaan jasa Penilai yang dilakukan oleh
Instansi yang memerlukan tanah.
3. Pengadaan jasa Penilai atau Penilai Publik dilakukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah.
4. Dalam hal nilai pengadaan jasa Penilai atau Penilai Publik diatas Rp
50.000.000,00, maka pengadaan jasa Penilai atau Penilai Publik dilakukan
dengan menggunakan metode pascakualifikasi.
5. Pelaksanaan pengadaan jasa Penilai dilaksanakan paling lama 30 hari kerja.
24
6. Proses pengadaan tanah yang belum selesai sampai dengan tanggal 31
Desember 2014 tetapi telah mencapai 75% dari luas kebutuhan tanah, dapat
diperpanjang proses pengadaannya sampai dengan tanggal 31 Desember
2015.
7. Pencapaian proses pengadaan tanah ditetapkan oleh pimpinan instansi
yang memerlukan tanah.
8. Penetapan lokasi pembangunan untuk pengadaan tanah diperpanjang
sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 oleh Gubernur atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya.
9. Dalam hal proses pengadaan tanah masih terdapat sisa tanah yang belum
selesai sampai dengan tanggal 31 Desember 2015, pengadaannya
diselesaikan berdasarkan tahapan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden ini.
25
PERPRES 30 Tahun 2015
- Tentang -
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum
KETENTUAN PERUBAHAN

1. Ketentuan Pasal 1 Angka 1


“Instansi yang memerlukan tanah adalah lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan BHMN/BUMN yang
mendapat penugasan khusus Pemerintah atau Badan Usaha yang mendapatkan kuasa berdasarkan
perjanjian dari lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan BHMN/BUMN yang mendapat penugasan khusus
Pemerintah dalam rangka penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum”.
2. Ketentuan Pasal 117 A
1) Pendanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dapat bersumber terlebih dahulu dari
dana Badan Usaha selaku instansi yang memerlukan tanah yang mendapat kuasa berdasarkan
perjanjian, yang bertindak atas nama lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, Pemerintah Provinsi, dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota.
2) Pendanaan Pengadaan Tanah oleh Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar
kembali oleh lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, Pemerintah
Provinsi, dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota melalui APBN dan/atau APBD setelah proses
pengadaan tanah selesai.
3) Pembayaran kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa perhitungan
pengembalian nilai investasi.
27
3. Ketentuan Pasal 123B
1) Proses Pengadaan Tanah yang belum selesai berdasarkan ketentuan Pasal 123 dan Pasal 123A tetapi telah
mendapat Penetapan Lokasi Pembangunan atau Surat Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan
(SP2LP) atau nama lain yang dimaksudkan sebagai penetapan Lokasi pembangunan, proses Pengadaan
Tanah dapat diselesaikan berdasarkan tahapan sebagaimana diatur dalam Perpres ini.
2) Proses Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dari tahapan Pelaksanaan
Pengadaan Tanah.
3) Seluruh dokumen yang ada dalam rangka Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. Penyiapan pelaksanaan;
b. Inventarisasi dan identifikasi;
c. Penetapan penilai;
d. Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian;
e. Pemberian ganti kerugian;
f. Pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus;
g. Penitipan ganti kerugian;
h. Pelepasan objek pengadaan tanah;
i. Pemutusan hubungan antara pihak yang berhak dengan objek pengadaan tanah;
j. Pendokumentasian peta bidang, daftar nominatif dan data administrasi pengadaan tanah;
k. Penyerahan hasil pengadaan tanah.
menjadi dokumen Pengadaan Tanah sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini
28
4) Penetapan Lokasi Pembangunan atau Surat Persetujuan Penetapan
Lokasi Pembangunan (SP2LP) atau nama lain yang dimaksudkan
sebagai penetapan Lokasi pembangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperbaharui untuk jangka waktu 2 tahun oleh
Gubernur.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan penyelesaian pengadaan
tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Kepala BPN.
4. Sebagaimana dimaksud dalam pasal 123B ayat (5) bahwa ketentuan lebih
lanjut mengenai tahapan penyelesaian pengadaan tanah diatur dalam
Peraturan Kepala BPN.

29
PERPRES 148 Tahun 2015
- Tentang -
Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor
71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum
TAHAPAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH (SESUAI PERPRES 148/2015)

Jangka Waktu
NO Kegiatan Dasar Hukum
Normal Perubahan
1. Pembentukan Tim Persiapan Pengadaan Tanah oleh Psl. 8 Perpres 10 Hari Kerja 2 Hari Kerja
Gubernur 148/2015
2. Pemberitahuan Rencana Pembangunan Kepada Psl. 11 20 Hari Kerja 3 Hari Kerja
masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan Perpres 148/2015
yang terkena dampak pembangunan
3. Penyampaian Surat Pemberitahuan Rencana Psl. 14 20 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Pembangunan sejak ditandatanganinya Surat Perpres 148/2015 (sejak Diterimanya
Pemberitahuan Rencana Pembangunan kepada Dokumen
masyarakat pemilik tanah. Perencanaan)

4. Proses Penanganan Keberatan oleh tim kajian atas Psl. 39 Perpres 14 Hari Kerj 3 Hari Kerja
keberatan pada pihak 148/2015
5. Proses Penetapan Lokasi kegiatan rencana Psl. 41 Perpres 14 Hari Kerja 7 Hari Kerja
pembangunan sejak adanya kesepakatan atau sejak 148/2015
ditolaknya keberatan dari pihak yang berkeberatan
6. Tenggang waktu Pengumuman Penetapan Lokasi (sejak Psl. 46 Perpres 3 Hari Kerja 2 Hari Kerja
dikeluarkan penetapan lokasi) 148/2015 (Paling Lambat)
7. Masa pengumuman penetapan lokasi Psl. 46 14 Hari Kerja 7 Hari Kerja
Perpres 148/2015 (Selama)
8. Pendelegasian kewenangan pelaksanaan persiapan Psl. 47 - 5 Hari Kerja
pengadaan tanah kepada Bupati/Walikota sejak Perpres 148/2015
diterimanya dokumen Perencanaan
9. Pembentukan Tim Persiapan oleh Bupati/Walikota Psl. 47 - 5 Hari Kerja
sejak diterimanya Pendelegasian. Perpres 148/2015
31
TAHAPAN PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH (SESUAI PERPRES 148/2015)

Jangka Waktu
NO Kegiatan Dasar Hukum
Normal Perubahan
1. Penetapan Pelaksana Pengadaan Tanah sejak diterimanya Psl. 49 Perpres - 2 Hari Kerja
pengajuan pelaksanaan pengadaan tanah 148/2015

2. Penugasan/pendelegaisan kewenangan pelaksanaan Psl. 50 - 2 Hari Kerja


pengadaan tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan sejak Perpres 148/2015
diterimanya pengajuan pelaksanaan pengadaan tanah

3. Pembentukan Tim Pelaksana Pengadaan Tanah oleh Kepala Psl. 51 - 2 Hari Kerja
Kantor Pertanahan sejak diterimanya Perpres 148/2015
Penugasan/Pendelegasian.

4. Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah membentuk Satgas A dan Psl. 54 - 2 Hari Kerja
Satgas B sejak dibentuknya Pelaksana Pengadaan Tanah Perpres 148/2015

5. Pelaksanaan Pengumuman Hasil Inventarisasi dan Psl. 60 Perpres 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja
Identifikasi berupa Peta bidang tanah dan daftar nominatif 148/2015 (Selama)
yang memuat objek dan subjek pengadaan tanah

6. Tenggang Waktu Penyampaian Undangan Musyawarah Psl. 69 Perpres 5 Hari Kerja 2 Hari Kerja
148/2015 (Paling Lambat)
kepada pemilik tanah sebelum tanggal pelaksanaan
musyawarah
7. Validasi oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah sejak berita Psl. 76 - 3 Hari Kerja
acara kesepakatan bentuk ganti rugi Perpres 148/2015

32
TAHAPAN PENYERAHAN HASIL PENGADAAN TANAH
(SESUAI PERPRES 148/2015)

Jangka Waktu

NO Kegiatan Dasar Hukum


Normal Perubahan

1. Penyerahan Dokumen Pengadaan Tanah dari Psl. 112 Perpres 7 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Ketua Pelaksanaan pengadaan tanah kepada 148/2015
instansi yang memerlukan tanah

2. Tenggang waktu masa Pendaftaran/ Psl. 112 Perpres 30 Hari Kerja 30 Hari Kerja
Pensertipikatan oleh Instansi yang 148/2015
memerlukan tanah sejak penyerahan hasil
pengadaan tanah

33
PENGADAAN TANAH SKALA KECIL

(1) Dalam rangka efisiensi dan efektifitas, pengadaan tanah untuk


kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 5 (lima) hektar,
dapat dilakukan langsung oleh instansi yang memerlukan tanah
dengan pihak yang berhak.
(2) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang luasnya tidak lebih
dari 5 (lima) hektar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai
dengan tata ruang wilayah.
(3) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak memerlukan penetapan lokasi.
(4) Penilaian tanah dalam rangka pengadaan tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Instansi yang memerlukan tanah
menggunakan hasil penilaian jasa penilai.

34
PENGADAAN TANAH OLEH BADAN USAHA

“Pengadaan tanah bagi pembangunan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 10 Huruf b sampai dengan
huruf r Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum yang dilaksanakan oleh badan usaha swasta,
dilakukan langsung dengan cara jual beli, tukar
menukar, atau cara lain yang disepakati oleh pihak
yang berhak dengan badan usaha swasta”.

35
KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Semua singkatan “BPN” sebagaimana dimaksud dalam Peraturan


Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan peraturan
perubahannya, harus dimaknai “Kementerian”;
2. Semua penyebutan “Kepala BPN” sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan
peraturan perubahannya, harus dimaknai ”Menteri”;
3. Semua penyebutan “sertipikat” sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan
peraturan perubahannya, harus dimaknai “sertifikat”

36
PERMENDAGRI NOMOR 72 TAHUN 2012
- Tentang -
Biaya Operasional Dan Biaya Pendukung
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah
SUMBER PENDANAAN BIAYA OPERASIONAL DAN PENDUKUNG

1. Biaya bersumber dari APBD.


2. Dana APBD digunakan untuk :
1) Tahapan Perencanaan;
2) Tahapan Persiapan;
3) Tahapan Pelaksanaan;
4) Tahapan Penyerahan Hasil.

38
PENGGUNAAN BIAYA OPERASIONAL DAN
BIAYA PENDUKUNG PENGADAAN TANAH

1. Perencanaan;
2. Persiapan;
3. Pelaksanaan;
4. Penyerahan hasil;
5. Administrasi dan pengelolaan;
6. Sosialisasi.

39
BIAYA KEGIATAN PERENCANAAN

1. Penelitian dan analisa terhadap rencana pembangunan dengan tata ruang, prioritas
pembangunan, rencana pembangunan jangka menengah, rencana strategis, dan
rencana kerja pemerintah;
2. Koordinasi dengan instansi teknis terkait;
3. Membuat analisa rencana pembangunan;
4. Melakukan kajian teknis dengan instansi terkait;
5. Melakukan kajian oleh lembaga profesional;
6. Merumuskan rencana pengadaan tanah;
7. Melakukan dan menganalisa maksud dan tujuan serta rencana pembangunan;
8. Merumuskan hasil kajian yang menguraikan maksud dan tujuan rencana
pembangunan;
9. Mendata objek dan subjek atas rencana lokasi pengadaan tanah;
10. Menentukan kepastian letak, status tanah dan luas tanah yang diperlukan;

40
11. Memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk proses pengadaan tanah;
12. Melakukan analisa, waktu yang diperlukan meliputi:
1) Persiapan pelaksanaan pengadaan tanah;
2) Pelaksanaan pengadaan tanah;
3) Penyerahan hasil pengadaan tanah;
4) Pelaksanaan pembangunan;
13. Melakukan kegiatan survei/sosial, kelayakan lokasi, termasuk kemampuan pengadaan
tanah dan dampak yang akan terkena rencana pembangunan;
14. Melakukan studi budaya masyarakat, politik, keagamaan, budaya, dan kajian amdal;
15. Melakukan analisa kesesuaian fisik lokasi terutama kemampuan tanah dituangkan dalam
peta rencana lokasi pembangunan;
16. Melakukan perhitungan ganti rugi ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman,
dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah;
17. Menyusun rencana kebutuhan biaya dan sumber;
18. Melakukan perhitungan alokasi anggaran meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
penyerahan hasil, administrasi, pengelolaan, sosialisasi;
19. Melakukan perhitungan dan analisis biaya yang diperlukan;
20. Melakukan analisa dan manfaat pembangunan.
41
BIAYA KEGIATAN PERSIAPAN
1. Pemberitahuan rencana pembangunan;
2. Pendataan awal lokasi;
3. Konsultasi publik/konsultasi publik ulang;
4. Penetapan lokasi;
5. Pengumuman penetapan lokasi;
6. Menerima Keberatan pihak yang berhak;
7. Melakukan Kajian atas keberatan pihak yang berhak;
8. Menerima/menolak keberatan pihak yang berhak;
9. Proses beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara;
10. Proses beracara di Mahkamah Agung atas keberatan dari
pihak yang berhak.
42
BIAYA KEGIATAN PELAKSANAAN

1. Penyiapan pelaksanaan pengadaan tanah;


2. Pemberitahuan kepada pihak yang berhak;
3. Inventarisasi aspek fisik;
4. Identifikasi aspek yuridis;
5. Publikasi hasil inventarisasi dan identifikasi serta daftar nominatif;
6. Keberatan dari pihak yang berhak dilakukan verifikasi ulang oleh satuan
tugas;
7. Penunjukan jasa penilai atau penilai publik oleh BPN dan pengumuman
penilai;
8. Menilai dan membuat berita acara penilaian;
9. Musyawarah dengan masyarakat;
10. Persetujuan dan pelepasan hak serta pembayaran;
11. Proses beracara di Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung;
12. Pemberian ganti rugi atau penitipan uang.

43
BIAYA KEGIATAN PENYERAHAN HASIL

1. Penyerahan hasil pengadaan tanah;


2. Pemantauan dan evaluasi;
3. Sertifikasi.

44
BIAYA ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN

1. Biaya administrasi dan pengelolaan untuk mendukung


tertib administrasi dan tertib pengelolaan dalam
pelaksanaan pengadaan tanah.
2. Pelaksanaan sosialisasi atau tatap muka mengenai
rencana pembangunan yang dilakukan oleh Tim
Persiapan baik secara langsung maupun tidak langsung
baik melalui media cetak maupun media elektronik.

45
3. Besarnya biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan oleh Gubernur untuk provinsi dan
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan dengan Keputusan
Gubernur mempedomani standar harga satuan yang berlaku.
4. Penetapan standar harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) dan ayat (4) huruf a dan b memperhatikan
satuan biaya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
5. Penetapan standar harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (4) huruf c mempedomani biaya tarif penerimaan
negara bukan pajak sesuai peraturan perundang-undangan di bidang
pertanahan.
46
PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DAN
BIAYA PENDUKUNG PENGADAAN TANAH

1. Biaya operasional dan biaya pendukung dikelola secara tertib, taat


pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan dan akuntabel.
2. Biaya operasional dan biaya pendukung dianggarkan ke dalam
program dan kegiatan, kelompok belanja langsung yang diuraikan
sesuai jenis, obyek dan rincian obyek belanja berkenaan.
3. Kode rekening penganggaran biaya operasional dan biaya
pendukung tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
4. Pertanggungjawaban biaya operasional dan biaya pendukung
berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan keuangan daerah.
47
KODE REKENING PENGANGGARAN
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG

1. Kegiatan Perencanaan Pengadaan Tanah


x.xx.x.xx.xx.xx Program ………
x.xx.x.xx.xx.xx.xxKegiatanPerencanaanPengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1 Belanja Pegawai
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.01 Honorarium PNS
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.01.02 Honorarium Tim Perencanaan Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.02 Honorarium Non PNS
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.02.01 Honorarium Tenaga Ahli
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2 Belanja Barang dan Jasa
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.01Belanja Bahan Pakai Habis
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.01.01 Belanja ATK
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.07Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.07.02BelanjaSewaGedung/Kantor/Tempat
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.11 Belanja Makanan dan Minuman
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.11.02 Belanja Makan dan Minum Rapat
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15 Belanja Perjalanan Dinas
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15.01 Belanja Perjalanan Dalam Daerah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15.02 Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.21 Belanja Jasa Konsultansi
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.21.01 Belanja Jasa Konsultansi Penelitian
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.21.02 Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan
48
KODE REKENING PENGANGGARAN
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG

2. Kegiatan Persiapan Pengadaan Tanah


x.xx.x.xx.xx.xx Program ………
x.xx.x.xx.xx.xx.xxKegiatanPersiapanPengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1 Belanja Pegawai
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.01 Honorarium PNS
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.01.02Honorarium Tim Persiapan Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.02 Honorarium Non PNS
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.02.01 Honorarium Tenaga Ahli
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2BelanjaBarangdanJasa
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.01Belanja Bahan Pakai Habis
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.01.01 Belanja ATK
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.06Belanja Cetak dan Pengadaan
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.06.03BelanjaPublikasi Proses Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.07Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.07.02BelanjaSewaGedung/Kantor/Tempat
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.11 Belanja Makanan dan Minuman
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.11.02 Belanja Makan dan Minum Rapat
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15 Belanja Perjalanan Dinas
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15.01 Belanja Perjalanan Dalam Daerah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15.02 Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah
49
KODE REKENING PENGANGGARAN
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG

3. Kegiatan Pelaksanaan Pengadaan Tanah


x.xx.x.xx.xx.xx Program ………
x.xx.x.xx.xx.xx.xxKegiatan Pelaksanaan Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3 Belanja Modal
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3.01Belanja Modal Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3.01.01BelanjaModal Pengadaan Tanah ………(DPA-SKPD
dilengkapidengan RAB)

50
KODE REKENING PENGANGGARAN
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG

4. Kegiatan Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah


x.xx.x.xx.xx.xx Program ………
x.xx.x.xx.xx.xx.xxKegiatanPenyerahanHasilPengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3BelanjaModal
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3.01BelanjaModal Sertifikasi Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3.01.01 BelanjaModal Sertifikasi Tanah ...... (DPA-SKPD
dilengkapidengan RAB)

51
PERMENKEU NOMOR 13/PMK.02/2013
- Tentang -
Biaya Operasional Dan Biaya Pendukung
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG SUMBER DANA
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

1. Biaya operasional dan biaya pendukung meliputi:


1) perencanaan;
2) persiapan;
3) pelaksanaan;
4) penyerahan hasil;
5) biaya administrasi;
6) biaya pengelolaan;
7) biaya sosialisasi;
8) tidak termasuk biaya ganti kerugian dan jasa penilai.

53
2. Besaran satuan biaya, Biaya Operasional dan Pendukung
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai standar
biaya.
3. Satuan biaya tidak tercantum dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai standar biaya, penggunaan biayanya harus
dilampiri dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
4. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak dikecualikan untuk
honorarium dan/atau fasilitas yang menambah penghasilan.
5. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak tercantum format
Lampiran I.
6. Besaran paling tinggi Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
untuk kegiatan tahapan pelaksanaan dan penyerahan hasil
tercantum dalam Lampiran II.
54
BIAYA INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI

1. pengukuran dan pemetaan batas keliling lokasi;


2. pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah;
3. identifikasi inventarisasi data pihak yang berhak dan
objek pengadaan tanah.
4. Biaya inventarisasi dan identifikasi mengacu Peraturan
Pemerintah mengenai jenis dan tarif atas jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
Badan Pertanahan Nasional.

55
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
(TAHAPAN PERENCANAAN)

1. Penelitian dan analisa terhadap rencana pembangunan dengan tata ruang,


prioritas pembangunan, rencana pembangunan jangka menengah, rencana
strategis, dan rencana kerja pemerintah;
2. Koordinasi dengan instansi teknis terkait;
3. Membuat analisa rencana pembangunan;
4. Melakukan kajian teknis dengan instansi terkait;
5. Melakukan kajian oleh lembaga profesional;
6. Merumuskan rencana pengadaan tanah;
7. Melakukan dan menganalisa maksud dan tujuan serta rencana pembangunan;
8. Merumuskan hasil kajian yang menguraikan maksud dan tujuan rencana
pembangunan;
9. Mendata objek dan subjek atas rencana lokasi pengadaan tanah;
10. Menentukan kepastian letak, status tanah dan luas tanah yang diperlukan;
56
11. Memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk proses pengadaan tanah;
12. Melakukan analisa waktu yang diperlukan termasuk tahapan pengadaan tanah yang meliputi:
1) Persiapan pelaksanaan pengadaan tanah;
2) Pelaksanaan pengadaan tanah;
3) Penyerahan hasil pengadaan tanah;
4) Pelaksanaan pembangunan;
13. Melakukan kegiatan survei/sosial, kelayakan lokasi, termasuk kemampuan pengadaan tanah
dan dampak yang akan terkena rencana pembangunan;
14. Melakukan studi budaya masyarakat, politik, keagamaan, budaya, dan kajian analisa mengenai
dampak lingkungan;
15. Melakukan analisa kesesuaian fisik lokasi terutama kemampuan tanah dituangkan dalam peta
rencana lokasi pembangunan;
16. Melakukan perhitungan ganti kerugian ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman,
dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah;
17. Menyusun rencana kebutuhan biaya dan sumber;
18. Melakukan perhitungan alokasi anggaran yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
penyerahan hasil, administrasi, pengelolaan, dan sosialisasi;
19. Melakukan perhitungan dan analisis biaya yang diperlukan;
20. Melakukan analisa dan manfaat pembangunan. 57
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
(TAHAPAN PERSIAPAN)

1. Pemberitahuan rencana pembangunan;


2. Pendataan awal lokasi;
3. Konsultasi publik/konsultasi publik ulang;
4. Penetapan lokasi;
5. Pengumuman penetapan lokasi;
6. Menerima keberatan pihak yang berhak;
7. Melakukan kajian atas keberatan pihak yang berhak;
8. Menerima/menolak keberatan pihak yang berhak;
9. Proses beracara di pengadilan tata usaha;
10. Proses beracara di mahkamah.

58
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
(TAHAPAN PELAKSANAAN)

1. Penyiapan pelaksanaan pengadaan tanah;


2. Pemberitahuan kepada pihak yang berhak;
3. Inventarisasi aspek fisik;
4. Identifikasi aspek yuridis;
5. Publikasi hasil inventarisasi dan identifikasi serta daftar nominatif;
6. Verifikasi ulang oleh satuan tugas;
7. Penunjukan jasa penilai atau penilai publik;
8. Menilai dan membuat berita acara penilaian;
9. Musyawarah dengan masyarakat;
10. Persetujuan dan pelepasan hak serta pembayaran;
11. Proses beracara di pengadilan negeri dan mahkamah agung;
12. Penyerahan pemberian ganti kerugian atau penitipan uang.
59
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
(TAHAPAN PENYERAHAN HASIL)

1. Tahapan penyerahan hasil :


1) penyerahan hasil pengadaan tanah;
2) pemantauan dan evaluasi;
3) sertifikasi.

60
TIM PENGADAAN TANAH

1. Tim pengadaan tanah :


1) tim persiapan pengadaan tanah;
2) tim kajian keberatan;
3) pelaksana pengadaan tanah;
4) satuan tugas.

61
PEMBENTUKAN TIM DAN HONORARIUM

1. Tim persiapan dan tim kajian dibentuk oleh Gubernur.


2. Pelaksana pengadaan tanah dibentuk oleh Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional atau Kepala Kantor Pertanahan.
3. Satuan tugas dibentuk oleh Badan Pertanahan Nasional.
4. Kepada tim persiapan, tim kajian, pelaksana pengadaan tanah,
dan satuan tugas diberikan honorarium.
5. Struktur dan besaran honorarium tercantum dalam Lampiran.
6. Struktur dan besaran honorarium merupakan batas tertinggi.
7. Honorarium untuk tim persiapan diberikan sejak pelaksanaan
pemberitahuan rencana pembangunan sampai dengan
pengumuman penetapan lokasi.

62
8. Honorarium untuk tim kajian keberatan diberikan sejak penginventarisasian
masalah sampai dengan hasil kajian diserahkan kepada Gubernur.
9. Honorarium untuk pelaksana pengadaan tanah diberikan sejak penyiapan
pelaksanaan sampai dengan penyerahan pemberian ganti kerugian atau
penitipan uang.
10. Honorarium untuk satuan tugas diberikan sejak penyusunan rencana jadwal
kegiatan sampai dengan penyerahan hasil inventarisasi dan identifikasi.
11. Biaya Operasional dan Biaya Pendukung dibebankan dalam (DIPA) satuan
kerja yang memerlukan pengadaan tanah.
12. Biaya Operasional dan Biaya Pendukung dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan
akuntabel.
13. Pelaksanaan pembayaran dan pertanggungjawaban Biaya Operasional dan
Biaya Pendukung sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
63
14. Proses pengadaan tanah yang sedang dilaksanakan sebelum Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 mengikuti Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 58/PMK.02/2008 sampai dengan paling lama tanggal 31 Desember
2014.
15. Pengadaan tanah yang dilaksanakan setelah Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 58/PMK.02/2008 sampai dengan Peraturan Menteri ini
diundangkan.
16. ketentuan mengenai biaya dalam proses pengadaan tanah yang
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 setelah
Peraturan Menteri ini diundangkan, mengikuti ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.
17. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 58/PMK.02/2008 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
64
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
NOMOR : .........................................................
Kode dan Nama Satuan Kerja : ..................................................................
Lokasi Pengadaan Tanah : ..................................................................
Tahun Anggaran : ..................................................................

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya selaku Pengguna Anggaran / Kuasa
Pengguna Anggaran, menyatakan bahwa saya bertanggung jawab penuh atas
penggunaan jenis satuan biaya di luar standar biaya yang ditetapkan / disetujui oleh
Menteri Keuangan dalam Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pada lokasi tersebut di
atas.
Penghitungan satuan biaya tersebut telah dilakukan secara profesional, efisien,
dan efektif.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

.............................., ..............................
Pengguna / Kuasa Pengguna Anggaran

65
..............................................................
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
UNTUK KEGIATAN PADA TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENYERAHAN HASIL
Biaya Operasional dan Biaya Pendukung untuk kegiatan pada tahapan pelaksanaan dan penyerahan
hasil ditentukan berdasarkan perhitungan dimulai dari 4% (empat persen) untuk nilai ganti kerugian
tanah sampai dengan atau setara dengan Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) pertama dan
selanjutnya dengan persentase menurun sebagai berikut :
paling tinggi
s.d Rp 10 miliar = (4 % X 10 miliar) =
Rp 400 juta

di atas
(biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya) paling tinggi
Rp 10 miliar s.d = =
+ (3% X 5 miliar) Rp 450 juta
Rp 15 miliar

di atas
(biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya) paling tinggi
Rp 15 miliar s.d = =
+ (2% X 15 miliar) Rp 850 juta
Rp 30 miliar
di atas
(biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya) paling tinggi
Rp 30 miliar s.d = =
+ (1% X 25 miliar) Rp 1,100 miliar
Rp 55 miliar
di atas
(biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya) paling tinggi
Rp 55 miliar s.d = =
+ (0,50% X 50 miliar) Rp 1,350 miliar
Rp 105 miliar

di atas (biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya) paling tinggi


= =
Rp 105 miliar + (0,25% X 100 miliar) Rp 1,600 miliar
66

Anda mungkin juga menyukai