Anda di halaman 1dari 23

CESTODA

(CACING PITA)

dr.Suri Dwi Lesmana,M.Biomed


Parasitologi FK Unri
PENDAHULUAN
• Subkelas: Cestoda, K: Cestoidea,
filum: Platyhelminthes
– spt pita
– pipih dorsoventral
– tidak punya alat cerna/sal vaskular
– Proglotid
– Skoleks
PENDAHULUAN
• Manusia merupakan hospes cestoda
dalam bentuk:
– C.dewasa: D.latum, T.saginata, T.solium,
H.nana, H.diminuta, D.caninum
– Larva: Diphyllobothrium sp, T.solium,
H.nana, E.granulosus, E.multilocularis,
Multiceps
SIFAT-SIFAT UMUM
• Badan c.dewasa t.d:
– Skoleks
– Leher
– Strobila proglotid  alat kelamin jantan&
betina (hermafrodit)

• Telur dilepas bersama proglotid atau


melalui lubang uterus.
• Embrio dalam telur disebut onkosfer 
bentuk infektif dalam HP
SIFAT-SIFAT UMUM
• Cara infeksi:
– menelan larva bentuk infektif
– menelan telur

• 2 ordo: 1. Pseudophyllidea
2. Cyclophyllidea
PSEUDOPHYLLIDEA
• Diphyllobothrium latum, D.mansoni
• Skoleks dengan 2 lekuk isap
• Lubang genital dan lubang uterus
di tengah-tengah proglotid

• Telur punya operkulum berisi sel


telur dikeluarkan bersama tinja
PSEUDOPHYLLIDEA
• Dalam air sel telur menjadi
onkosfer  korasidium  HP I:
Copepoda (Cyclops, Diaptomus) 
proserkoid  HP II: ikan,kodok 
pleroserkoid (sparganum) 
bentuk infektif
Diphyllobothrium latum
• Sejarah
– Dikenal sebagai spesies yang berbeda sejak
tahun 1602 oleh Plater di Switzerland
– 1977 Bonnet dapat membedakan dari T.solium
– Pertama diperiksa di Amerika oleh Wemland
(1858), selanjutnya Leidy (1879) pada penderita
yang mendapat infeksi di Eropa.
– Fokus endemik di Amerika utara tahun 1906
– Kasus autokton di Filipina tahun 1935
– 1963 di Formusa
– endemik di Papua nugini
• Hospes:
– Definitif: manusia
– Reservoar: anjing, kucing, mamalia lain:
walrus, singa laut, beruang ,babi, serigala

• Nama penyakit: difilobotriasis

• Distribusi geografik:
– Amerika, kanada, Eropa, Swis, Rumania,
Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika,
Malagasi, Siberia
Morfologi dan daur hidup
• C.dewasa:
– Warna gading, p : 10 m
– 3000-4000 proglotid 
jantan dan betina

• Telur:
– Punya operkulum,
– 70 x 45 µ
– Melalui lubang uterus
proglotid gravid
– Ditemukan dalam tinja
Morfologi dan daur hidup
• Telur menetas di air  korasidium 
HP I: Copepoda (Cyclops, Diaptomus)
 proserkoid  HP II: ikan salem 
pleroserkoid (sparganum)
• Cara infeksi: makan ikan yang
mengandung sparganum yang tidak
dimasak dengan baik  c.dewasa di
usus halus
Patologi & gejala klinis
• Gejala sal cerna: diare, tidak nafsu
makan, tidak enak di perut
• Anemia hiperkrom makrositer 
cacing menyerap vit B12 
defisiensi vit
• Obstruksi usus
• Diagnosis:
– menemukan telur atau proglotid dalam
tinja

• Pengobatan:
– Atabrin + Na-bikarbonas
– Niclosamid (Yomesan) obat pilihan
– Paromomisin
– Prazikuantel

• Prognosis: baik
• Epidemiologi:
– Di Indonesia belum ditemukan
– Di negara yang makan ikan mentah
– Perhatikan hospes reservoar
SPARGANOSIS
• Diphyllobothrium binatang
(anjing,kucing,dll)  D.mansoni

• Manusia sebagai HPII bila


mengandung sparganum
(pleroserkoid)

• Sparganosis
• Distribusi geografis:
– Asia timur, tenggara, Jepang, Indo-
cina, afrika, eropa, australia,
amerika utara-selatan, Indonesia
Morfologi &Daur hidup

• Dalam tubuh
manusia
sparganum
mengembara di
otot dan fasia 
tidak menjadi
dewasa
Morfologi &Daur hidup
• Daur hidup = D.latum
• HPI: cyclops  proserkoid
• HPII: hewan pengerat kecil, ular,
kodok  pleroserkoid/sparganum
Patologi dan gejala klinis
• Larva ditemukan diseluruh badan t.u: mata,
kulit, jar otot, toraks, perut, paha, inguinal,
dada dalam.
• Perentangan dan pengerutan larva 
peradangan dan edema jar sekitar, nyeri
• Peradangan lokal, nekrosis
• Sakit lokal, urtikaria raksasa periodik,
edema, kemerahan, menggigil, demam,
hipereosinofilia
• Konjungtivitis: bengkak,lakrimasi, ptosis
• Diagnosis:
– menemukan larva di tempat kelainan
– Identifikasi  binatang percobaan

• Pengobatan:
– Pembedahan/pengangkatan larva

• Prognosis
– Tergantung lokasi dan pembedahan
Epidemiologi
• Manusia mendapat infeksi karena:
– Minum air yang mengandung Cyclops
infektif
– Makan kodok, ular atau binatang
pengerat yang mengandung
pleroserkoid
– Mempergunakan daging kodok yang
infektif untuk obat

Anda mungkin juga menyukai